Desa Sumbersari di Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo, unik. Sebab, wilayah desa ini terpisah jadi dua karena pembangunan waduk.
Sebagai warga lokal di Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, saya nggak pernah bosan membahas kampung halaman saya. Gimana ya, kecamatan ini terlalu unik kalau dibandingkan daerah lain di Wonosobo, khususnya Wonosobo daerah atas.
Wadaslintang punya topografi, budaya, bahasa, bahkan batas-batas wilayah yang kadang berbeda jauh dari wilayah lain di Wonosobo. Dan dari sekian banyak desa di Wadaslintang Wonosobo, ada satu desa yang unik, namanya Desa Sumbersari. Meski wilayahnya cuma seuprit, keunikan desa ini segudang.
Daftar Isi
Jauh dari kesan Wonosobo yang ada di FYP TikTok
Kalau mendengar kata Wonosobo pasti orang-orang langsung terbayang gunung, dataran hijau, dan kebun-kebun sayur. Tapi kalau kalian datang ke Desa Sumbersari, semua bayangan mengenai Wonosobo yang seperti itu lenyap. Gunung? Kebun sayur? Dataran tinggi? Nggak ada!
Di desa ini adanya sawah, sungai, kebun, hutan, sama waduk. Nggak usah berharap pemandangan macam Dieng atau gunung tinggi seperti Gunung Prau. Jarak dari desa ini ke Gunung Prau saja lebih dari 70 kilometer.
Pokoknya kalau kalian mampir ke Desa Sumbersari, kalian nggak akan menyaksikan Wonosobo yang ada di FYP TikTok. Daripada berharap view cantik, mending asah skill berkendara kalian kalau ke sini. Kenapa? Ya karena akses ke Desa Sumbersari cukup menantang.
Jalan di Desa Sumbersari Wonosobo memang nggak rusak-rusak amat, tapi trek di beberapa spot cukup menguji kemampuan berkendara. Jalan berlubang, berbatu, licin, dan naik turun bakal menemani perjalanan kalian. Belum lagi ada beberapa spot jalan yang gelap. Kalau berkendara malam-malam, kalian bakal ditemani hamparan sawah dan kebun. Kalau kalian penakut, siap-siap saja gemetaran sepanjang jalan.
Wilayah Desa Sumbersari Wonosobo terbagi jadi dua karena pembangunan Waduk Wadaslintang
Selain wilayahnya yang jauh dari kesan Wonosobo, desa ini juga nggak biasa karena terbagi jadi dua wilayah. Wilayah pertama bisa disebut wilayah utara yang dan wilayah kedua bisa disebut wilayah selatan. Keduanya sama-sama berada di pinggir Waduk Wadaslintang namun punya perbatasan yang berbeda.
Wilayah utara punya daerah yang lebih luas dan bisa dibilang jadi pusat Desa Sumbersari karena pusat pemerintahan seperti balai desa ada di sini. Meski luas, sebenarnya lokasinya lebih terpencil. Nah, wilayah utara ini berbatasan dengan dua desa, yaitu Desa Kaligowong dan Desa Kumejing.
Beda lagi sama wilayah selatan yang justru lebih gampang diakses. Jalannya masih tergolong nyaman dan letaknya juga di daerah yang cukup ramai (buat standar Wadaslintang, ya). Tapi wilayah selatan ini terbilang kecil. Perbatasannya juga beda yang mana wilayah selatan berbatasan dengan Desa Kaligowong dan Desa Sendang Dalem di Kabupaten Kebumen.
Tapi kalau ngomongin soal budaya dua wilayah ini sama saja, sih. Kebanyakan masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Bahasa yang digunakan sehari-hari juga bahasa Jawa dialek ngapak. Cukup unik mengingat bahasa Jawa ngapak lebih sering dipakai di daerah Kebumen. Bahkan orang dari desa lain di Wadaslintang belum tentu paham sama bahasa ngapak yang dipakai di Desa Sumbersari.
Saat ini Desa Sumbersari Wonosobo memang terbelah jadi dua, tapi dulu beda lagi. Sebelum ada Waduk Wadaslintang sebenarnya desa ini ya seperti desa lainnya. Nggak terpisah dan jadi satu kesatuan, bahkan bisa dibilang jadi desa yang cukup besar, lho.
Tapi gimana lagi, pembangunan waduk di tahun 80-an membuat Desa Sumbersari dan desa-desa lain sekitarnya harus kehilangan beberapa wilayahnya. Masyarakat yang terdampak gimana? Ya mau nggak mau harus pindah bahkan sampai ikut program transmigrasi ke luar pulau.
Punya potensi yang cukup menjanjikan tapi kurang mendapat perhatian
Jangan salah, walau punya dua wilayah ternyata Desa Sumbersari Wonosobo ini nggak ketinggalan-ketinggalan amat. Ada banyak potensi di desa ini yang sebenarnya bisa digali dan dimanfaatkan. Beberapa di antaranya adalah sektor pariwisata, perikanan, dan perkebunan.
Ngomongin pariwisata sebenarnya di desa ini ada tempat wisata bernama Tanjung Serut. Tapi untuk menghidupkan pariwisata di sini memang perlu perjuangan lebih. Nggak sekadar merenovasi bangunan dan tempat wisata doang. Akses jalan, penerangan, dan promosi juga harus diperhatikan kalau mau sukses dan maju.
Perikanan juga jadi salah satu sektor unggulan. Ikan nila, mujaer, dan lele sering dijual oleh warga Sumbersari entah di pasar atau di rumah. Harganya juga tergolong murah dan kualitasnya juga oke karena hasil menjala langsung dari waduk. Saya juga sering beli ikan dari warga Desa Sumbersari Wonosobo, kok.
Terakhir, perkebunan di sini juga cukup menjanjikan. Area hijau di desa ini masih sangat luas. Kebun jenitri, buah-buahan, bahkan sayur macam cabai ada banyak. Kalau dikelola dengan baik harusnya sektor perkebunan bisa jadi salah satu sektor unggulan desa ini, lho.
Buat saya, Desa Sumbersari jadi bukti kalau Wonosobo nggak melulu soal Dieng dan gunung. Desa ini juga jadi saksi nyata pembangunan dan terbentuknya Waduk Wadaslintang. Desa ini juga punya banyak potensi, namun selayaknya daerah perbatasan lain, pemerintah daerah kurang memperhatikan desa ini. Heran, Dieng sama Wonosobo atas terus yang diperhatiin dan dibagusin.
Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.