Bisa jadi ini rasa iri kepada pekerja Surabaya
Analisis kedua saya mampir kepada sebuah kecurigaan. Bahwa bisa jadi si sopir ojek online itu cuma sebatas iri, bukan ingin menyakiti hati. Rasa iri di sini merujuk kepada 2 situasi yang sebaiknya Aish dan Dea memahaminya.
Pertama, mungkin si sopir ojek online iri kepada Dea karena punya opsi dalam hidupnya. Aish, sebagai pekerja Jogja dengan segala keterbatasannya, punya opsi dalam memilih tempat kerja itu sebuah kemewahan. Mungkin si sopir memandang Dea punya privilege itu, sementara dia tidak.
Si sopir mungkin merasa “terjebak” dengan keharusan bekerja di tanah kelahirannya karena berbagai alasan yang tidak kita ketahui. Misal, dia tidak bisa merantau karena harus mengurus orang tua yang sudah makin renta. Ini cuma misalnya, kan kita nggak mungkin bilang orang lain sok tahu hanya karena sebuah pertanyaan random.
Rasa iri yang kedua terkait pendapatan. Jelas, si sopir tidak tahu Dea akan dapat gaji berapa. Kan mereka berdua nggak saudaraan. Kenal juga nggak.
Saya sendiri, sebagai warga Jogja, kalau lihat pendatang dari kota besar kayak Surabaya, bisa berpikiran sama. Mungkin, dia mau pindah ke sini karena standar gajinya ikut kota besar. Misal, ikut UMR Surabaya atau UMR Jakarta. Menduga seperti ini tidak sama dengan sok tahu, ya.
Curiga itu nggak sehat, Aish dan Dea
Terakhir, rasa curiga kepada keramahan itu nggak sehat. Iya, kita nggak akan tahu intensi orang kalau belum ada aksi nyata. Tapi, di sisi lain, selalu ada kemungkinan bahwa si sopir ojek online memang tulus bertanya. Apalagi dia orang Jogja yang katanya ramah dan murah senyum. Mungkin dia memang Jogja tulen.
Kalau Aish atau Dea malah curiga, ya mohon maaf, pekerja Surabaya yang jatuhnya sok tahu. Kalau sudah begini, kan jadinya nggak enak. Di hari-hari kelam karena negara nggak sehat, janganlah warga saling curiga hanya karena pertanyaan sepele.
Yuk, makan gudeg aja di Jogja. Saya tahu tempat yang enak dan nggak bikin citra gudeg jadi makanan mahal.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pandangan Saya Terhadap Jogja Berubah Setelah Merantau, Ternyata Kota Ini Nggak Istimewa Amat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















