Derita Fresh Graduate Hari Ini: Lapangan Kerja Kian Sempit dan Syarat Lowongan Kerja Makin Aneh

Derita Fresh Graduate Hari Ini: Lapangan Kerja Kian Sempit dan Syarat Lowongan Kerja Makin Aneh Mojok.co

Derita Fresh Graduate Hari Ini: Lapangan Kerja Kian Sempit dan Syarat Lowongan Kerja Makin Aneh (unsplash.com)

Setelah lulus kuliah dan menyandang status fresh graduate, besar harapan saya untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus. Tentu saja dengan lingkungan kerja suportif. Namun, nasib berkata lain. Mendapat pekerjaan di saat seperti ini sulitnya minta ampun. Keluhan ini tidak hanya dirasakan fresh graduate, tapi juga pelamar yang sudah punya pengalaman. Rasanya lowongan kerja semakin semakin sempit. Kalaupun ada, syaratnya kadang bikin geleng-geleng kepala. 

Kini, kegiatan saya sehari-hari hanya mantengin situs lowongan kerja. Sayangnya, bukan kesempatan yang saya dapatkan, tapi malah kumpulan syarat lowongan kerja tidak masuk akal. Kalau dipikir-pikir, syarat-syarat itu kadang lebih mirip wishlist calon menantu idaman ketimbang kriteria karyawan. Persyaratan itu lama-lama membuat proses mencari kerja bukan sekadar melelahkan, tapi juga bikin kita merasa rendah diri. Seolah-olah manusia biasa tak cukup layak masuk dunia kerja. Beberapa di antaranya yang bikin tepok jidat:

#1 Syarat lowongan kerja pelamar harus berpenampilan menarik

Saya rasa, siapa saja yang mengusulkan syarat ini dalam syarat lowongan kerja harus segera tobat. Berpenampilan menarik atau good looking kan relatif. Terlebih, istilah good looking ini tidak pernah didefinisikan secara jelas. Apa maksudnya? Muka harus glowing bak artis iklan skincare? Hidung mancung? Kulit putih seperti tepung terigu? Saya selalu bertanya-tanya, memangnya apa sih hubungan good looking ini dengan performa kerja ?

Bayangkan saja, posisi yang dilamar admin data, pekerjaan sehari-harinya hanya berkutat dengan komputer, exel, dan dokumen yang entah kapan selesainya. Namun, loker masih saja menuliskan syarat good looking di kolom persyaratan. 

Kadang saya jadi ragu, ini sebenarnya ini lowongan kerja atau audisi ajang kecantikan sih? Tanpa disadari persyaratan good looking ini merupakan bentuk diskriminasi yang terus dirawat sampai sekarang. Padahal ada hal yang jauh lebih penting dari good looking, yaitu kompetensi. Buat apa kalau cantik aja, tapi tidak bisa berkontribusi untuk perusahaan. Rugi, dong. perusahaan sudah kasih gaji.

Baca halaman selanjutnya: Maksimal 25 tahun dan punya pengalaman kerja segudang

#2 Maksimal 25 Tahun dan punya pengalaman kerja segudang

Ini syarat yang logikanya bikin jidat pengen di tempelin tembok. Coba dihitung, rata-rata orang lulus kuliah umur 22-23 tahun. Perusahaan ingin mencari pekerja dengan pengalaman kerja setidaknya 2 tahun. Itu berarti para pencari kerja harus bekerja full time sejak masih kuliah. Hal yang benar-benar berat dan sulit dilakukan. 

Lucunya lagi, kalau ada yang nekat kerja sambil kuliah, biasanya malah ditanya, “Kenapa IPK-nya rendah?” Lha, mau pintar akademik atau pengalaman kerja sih? Pilih salah satu, dong. Jangan maruk. Perusahaan pengin para pelamar punya pengalaman dan IPK tinggi tapi daya tawarnya cuma gaji UMR

Padahal, sebenarnya, semua skill itu bisa diajarkan, kalau perusahaan tidak maruk dengan mencari keuntungan sebesar-besarnya. Seharusnya, perusahaan mengadakan pelatihan untuk para pekerjanya itu. Saya yakin, mereka pasti bisa jika dilatih dan bisa kerja. Tapi, kenyataanya, perusahaan maunya yang instan, dengan menuntut kandidat wajib punya pengalaman terlebih dulu. Lalu, bagi yang baru lulus kuliah, harus mencari pengalaman di mana? 

#3 Syarat lowongan kerja belum menikah

Syarat ini tidak kalah absurd. Banyak perusahaan menginginkan karyawan yang masih single atau lajang agar bisa fokus kerja. Seolah-olah begitu orang menikah, produktivitas langsung drop. Padahal banyak orang yang sudah menikah justru lebih rajin karena ada tanggung jawab baru, Misal, bayar cicilan, beli susu anak, sampai mikirin harga beras.

Kadang saya suka mikir, jangan-jangan syarat “belum menikah” ini bukan soal fokus kerja. Tapi, lebih pada strategi perusahaan agar bisa mengontrol hidup karyawannya semaksimal mungkin. Bayangkan, kerja sibuk, gaji pas-pasan, tidak boleh menikah pula.

#4 Tinggi dan berat badan proporsional

Ini sebenarnya melamar kerja atau ikut audisi jadi model? Kalau posisi yang ditawarkan pramugari atau model iklan, wajar saja. Tapi, kalau kerjaannya hanya duduk depan komputer jadi admin, kenapa harus diukur tinggi badan segala? 

Lebih kocaknya lagi, proporsional ini ukurannya apa? Kalau pakai standar Body Mass Index (BMI) pun, sering kali ukuran itu juga nggak adil. 

#5 Siap bekerja dibawah tekanan

Ini dia syarat legendaris yang hampir selalu nongol di setiap lowongan kerja. Entah kenapa, perusahaan di Indonesia hobi sekali menulis kalimat ini. Seolah-olah karyawannya nanti akan dijadikan batu bata untuk penahan tembok yang mau roboh.

Kalau dipikir-pikir, siapa sih yang tidak bisa kerja di bawah tekanan? Semua orang pasti pernah ngerasain. Bedanya, ada yang tekanannya soal deadline laporan, ada juga yang tekanannya soal utang di warung. Jadi sebenarnya, “siap bekerja di bawah tekanan” ini maksudnya apa? Tekanan target? Tekanan kerja lembur nggak dibayar? Atau tekanan gaji kecil tapi disuruh loyal sampai tua?

Kalau memang perusahaan bangga dengan tekanannya, sekalian saja ditulis di brosur rekrutmen “Di sini Anda akan bekerja di bawah tekanan, tapi jangan harap tekanan itu diimbangi dengan gaji yang sepadan” Kan lebih jujur.

Pada akhirnya, persyaratan bodoh semacam ini bikin para pencari kerja, khususnya fresh graduate, merasa seolah-olah manusia biasa tidak cukup layak untuk masuk dunia kerja. Padahal yang dibutuhkan Perusahaan itu sebenarnya sederhana, karyawan yang mau belajar, bisa bekerja sama. Tentu saja semua itu perlu digaji dengan layak. 

Jadi, berhenti mengatakan anak muda yang malas kerja. Sementara persyaratan kerja sudah diskriminatif dari awal. Lapangan kerja makin sempit, eh yang dicari malah muluk-muluk. Padahal banyak pencari kerja yang sebenarnya punya kapasitas, tapi kandas karena terhalang kriteria yang bodoh dan absurd.

Penulis: Fitrotin Nisak
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA HRD yang Merasa Dirinya Superior dan Paling Berkuasa Menentukan Nasib Pekerja Memang Pantas Jadi Musuh Bersama.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version