Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Dear Kendal, Sampai Kapan Mau Jadi Daerah Medioker?

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
13 Februari 2023
A A
5 Hal Terkait Kendal yang Perlu Diketahui agar Lebih Kenal Terminal Mojok

5 Hal Terkait Kendal yang Perlu Diketahui agar Lebih Kenal (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

“Mas, asalnya dari mana?”

Pertanyaan daerah asal selalu menjadi tantangan bagi saya. Menjadi manusia yang dilahirkan dari dua latar belakang daerah yang berbeda membuat saya harus mengeluarkan jawaban yang sesuai dengan konteks dan lawan bicara. Kendal (Jawa Tengah) sebagai daerah asal dari Ibu dan Lembata (NTT) sebagai daerah asal dari Bapak saya.

Kendal menjadi daerah asal yang sering saya sebutkan ketika menjawab pertanyaan dari mana saya berasal. Konteksnya karena saya di Jakarta, menyebut Kendal dengan ditambahi dengan penegasan bahwa daerah itu berdampingan dengan Semarang membuat lawan bicara lebih mudah terpuaskan dan tidak menanyakan perihal hal-hal yang merepotkan. Misalnya bertanya apakah rumah saya dekat dengan Pulau Komodo atau tidak ketika saya memilih menjawab asal saya dari Lembata, NTT.

Tapi, lebih dari sekadar persoalan tentang daerah asal, Kendal sebagai kabupaten yang populasi penduduknya sekitar 1 jutaan ini memang tak pernah lepas dari bayang-bayang Kota Semarang.

Medioker, menjadi embel-embel yang pas untuk sebuah daerah yang berada di jalur pantura ini. Bahkan masuk dalam kawasan strategis nasional yang diatur oleh Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 dengan penyebutan Kedungsepur atau akronim dari Kendal-Demak-Ungaran-Semarang-Purwodadi pun tak membuat Kendal bergerak ke arah yang lebih futuristik selama 2 dekade terakhir. Tetep gitu-gitu aja.

Ibarat seorang anak SMA yang di kelas biasa-biasa saja. Tak pintar di pelajaran matematika, tak ambil pusing dengan pelajaran IPA, tak menonjol di pelajaran bahasa atau agama, tak superior di pelajaran olahraga, dan tak ikut organisasi atau ekstrakulikuler apa pun di sekolah. Hidup hanya ngikutin teman-temannya. Sehingga nilai rapotnya biasa aja, nggak ada yang spesial.

Itulah Kendal, tak ada terobosan kebijakan otonomi yang konkret dan terstruktur dengan baik. Ekonomi, sosial, pariwisata, hingga fasilitas publik. Semuanya hadir alakadarnya, alias medioker.

Pertumbuhan ekonomi kendal memang positif, tapi apa yang spesial dari itu? Bukankah wajar pertumbuhannya positif karena sebelumnya terkoreksi habis karena kondisi pandemi?

Baca Juga:

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

Kendal begitu bangga dengan hadirnya Kawasan Industri Kendal (KIK) yang katanya menjadi lumbung penyerap tenaga kerja. Diagungkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pada akhirnya KIK memang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak empat ribuan orang. Tapi dari mana asal jumlah empat ribuan orang itu? Benarkah diserap dari para pribumi Kendal? Bahkan ditargetkan KIK ini bisa menyerap 12 ribu orang. Tapi seperti apa spesifikasi yang dibutuhkan para pabrik di KIK ini jadi informasi yang amat eksklusif. Faktanya masih ada 40 ribu orang yang masih terseok-seok dalam siklus pengangguran.

Kendal, seperti manusia yang gagap dengan tren juga ikut-ikutan menghadirkan super app untuk membantu warganya mencari kerja. Tapi, hadirnya super app itu yah hanya sekadar hadir saja tanpa atribut dan kesiapan yang matang untuk diakses dan dijangkau oleh warganya. Muspro.

Bagaimana dengan fasilitas publik? Dulu, Kendal punya salah satu pasar terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Weleri. Sayang, pasar itu (di)terbakar pada 2020 silam. Sekarang? Para pedagangnya terlunta-lunta karena metode relokasi yang sangat tidak terencana dengan baik. Para pedagangnya terlantar di Terminal Bahurekso Kendal. Mereka diminta menyewa tempat itu, tapi hanya dibikinkan toko-toko yang sangat minimalis, alias medit.

Banyak pedagang akhirnya membangun sendiri tokonya yang semi permanen, namun mereka tetap harus dibebankan dengan biaya sewa. Parahnya ketika mereka sudah banyak mengeluarkan cuan untuk toko semi permanennya, lokasi itu ternyata hanya sementara karena akan direlokasi kembali ke tempat lain. Aneh betul.

Apakah rolekasi final untuk para pedagang Pasar Weleri jauh lebih baik? Sayangnya tidak, mereka bahkan akan direlokasi ke tempat yang bahkan lebih sempit daripada tempat relokasi sementara saat ini.

Bagaimana dengan transportasi publik?

Integrasi BRT yang ditarik dari Kota Semarang ujung-ujungnya menimbulkan masalah baru. Kehadiran BRT ini memang memberikan alternatif bagi warga Kendal dalam memanfaatkan transportasi yang terintegrasi hingga Kota Semarang, tapi yang terkena imbas negatifnya adalah para angkutan umum konvensional yang kemudian disepelekan oleh Pemkab Kendal. Jasa mereka sebagai alat transportasi publik selama ini tidak dibalas dengan ramah. Nasibnya jadi gak jelas karena penumpang telah beralih ke BRT yang tarifnya lebih murah.

Sudah seharusnya, kehadiran inovasi di bidang transportasi (dalam hal ini BRT) yang menggerus eksistensi transportasi konvensional agaknya jadi perhatian yang harus dicarikan solusinya. Rute dari BRT ini juga hanya terbatas di jalan pantura. Medioker bukan?

Nggak berhenti di situ, potensi alam yang bisa dioptimalkan sebagai ceruk destinasi wisata juga disulap dengan metode yang amat sangat medioker. Di Kendal, ketika ditanya tempat wisata yang ikonik, ada tiga destinasi yang sering disebut yaitu Pantai Sendang Asih, Pantai Kemangi, dan Curug Sewu. Ketiga destinasi itu tak memiliki keistimewaan yang patut dibanggakan.

Tidak ada kreatifitas konkret dari segi pengelolaannya. Pantai ya hanya sekadar pantai, curug hanya sebatas curug. Bahkan belakangan, Curug Sewu lebih sering digunakan sebagai lokasi dangdutan ketimbang oase untuk menyatu dengan alam. Sebenarnya ada beberapa objek wisata yang dikelola swasta seperti pantai cahaya, tapi rupanya sama aja.

Malu dengan Kabupaten Batang yang usianya lebih muda tapi sangat mengeksplorasi kekayaan alamnya dengan cermat sebagai objek wisata yang ikonik.

Semua itu kemudian diperparah dengan penataan Alun-alun Kota Kendal yang sangat amburadul apabila dibandingkan dengan tetangga daerah. Sangat tidak ramah terhadap para pejalan kaki dan sukar dinikmati ketika di akhir pekan.

Ayolah Kendal, jangan hanya sekadar meniru dan tergagap-gagap. Pak Bupati Kendal beberapa waktu lalu dalam acara Kendal Investment Talk mengatakan dengan bangga bahwa Kendal telah dikucur dana investasi sebesar USD2,55 miliar sejak 2016 yang berimbas pada penyerapan tenaga kerja mencapai 25 ribu orang.

Tapi kembali lagi, kenapa masih ada 40 ribuan pengangguran yang terlunta-lunta Pak?

Kenapa masih banyak orang kendal yang lebih ingin berkarier (mencari kerja) di daerah tetangga ketimbang Kendal? Kenapa masih banyak orang yang lebih memilih wisata di Batang, Semarang dan sekitarnya ketimbang di Kendal? Dan kenapa masih banyak orang yang kebingungan menjelaskan apa keistimewaan Kendal? Lebih penting, apa yang harus dibanggakan dari Kendal? Krupuk rambak?

Oh saya tahu, mungkin Kendal ini memang mau dijadikan Kota Sufi. Jadi maunya yang biasa-biasa saja di segala sektor. Nggak perlu ngoyo. Benar gitu ya? Repooot.

Penulis: Mohamad Iqbal Haqiqi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 3 Alasan Orang Kendal Terpaksa Mengaku Asli Semarang di Perantauan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2023 oleh

Tags: BRTkendalmediokerPengangguranSemarang
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Di Kampung Saya, Orang-orang Lebih Suka Main PES Dibanding FIFA terminal mojok.co

Main Master League PES dengan Tim Medioker Itu Jauh Lebih Menyenangkan

18 September 2020
Ilustrasi Ancaman Tenggelamnya Stasiun Semarang Tawang (Unsplash)

Stasiun Terbaik di Jawa Tengah Jatuh kepada Stasiun Semarang Tawang, No Debat!

30 Januari 2025
Rekomendasi 5 Mi Ayam Dekat Undip Semarang Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Mi Ayam Dekat Undip Semarang yang Pas buat Mahasiswa

20 Juni 2022
Pejalan Kaki "Dilarang" di Kota Semarang Mojok.co

Pejalan Kaki “Dilarang” di Kota Semarang

5 Mei 2024
Magelang dan Temanggung: Kota yang Terjebak dalam Bayang-Bayang Jogja dan Semarang

Magelang dan Temanggung: Dua Kota yang Terjebak dalam Bayang-Bayang Jogja dan Semarang

6 Maret 2025
5 Jajanan Kaki Lima ala Warlok Semarang yang Bikin Betah Tinggal di Sana Mojok.co

5 Jajanan Kaki Lima ala Warlok Semarang yang Bikin Betah Tinggal di Sana

8 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.