Kemarin pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri mengumumkan pemenang lomba simulasi new normal yang telah dilaksanakan, ada 84 pemda. Anggaran yang dipersiapkan untuk hadiah pemenang lomba tersebut adalah sebanyak Rp168 miliar dengan skema pembagian 3 miliar untuk juara pertama, 2 miliar untuk juara kedua, dan 1 miliar untuk juara ketiga, kurang lebih mirip lomba anak-anak SD yang jumlah hadiahnya dibalik dari juara yang didapatkan, satu dapat tiga dan tiga dapat satu.
Adapun bentuk lomba yang dilaksanakan adalah membuat video berdurasi 2 menit yang berisi video simulasi protokol kesehatan melibatkan tenaga kesehatan serta pemda itu sendiri. Kemudian untuk pemenangnya sangat beragam, mulai dari ujung timur sampai ujung barat semuanya kebagian, tapi ada satu daerah yang tidak ada dalam daftar pemenang, yaitu DKI Jakarta. Kayak gini ya konsekuensi kalau nggak akur sama pemerintah pusat. 🙁
Terlepas dari bagaimana perlombaannya atau bagaimana sistem penilaian ataupun berapa jumlah pemda yang ikut, sebenarnya pemerintah bisa membuat lomba yang lebih kompetitif, tapi biar lebih kompetitif pesertanya jangan pemda lagi. Buat rakyat biasa aja. Seperti yang kita tahu, sekarang ini semua serbasulit, lumayan kan 3 miliar bisa buat biaya bersalin ratusan orang. Berikut rekomendasi saya tentang lomba yang seharusnya dibikin pemerintah dibanding mengadakan lomba video new normal tingkat pemda.
Alternatif selain lomba video new normal #1 Lomba tahan tawa
Rekomendasi lomba yang pertama adalah lomba tahan tawa. Sifat lomba ini adalah wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuannya nanti agar pemerintah nggak malu-malu banget karena sering diketawai. Seperti yang kita tahu, kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi ini memang sangat ndagel dan menimbulkan gelak tawa, jadi dengan diadakannya lomba ini pemerintah juga bisa sekalian membungkam kritik yang masuk. Gimana? Praktis 2 in 1, bisa lomba tapi bisa sekalian membungkam.
Alternatif selain lomba video new normal #2 Lomba menyanjung
Rekomendasi lomba yang kedua adalah lomba menyanjung. Untuk sifat dari lomba ini, hampir mirip dengan lomba yang pertama, jadi nanti sifatnya wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Bedanya, jika yang pertama adalah lomba untuk diam, sedangkan lomba yang ini adalah lomba untuk bersuara atau bahasa gaulnya membacot. Untuk sistem penilaiannya, dicari kontestan yang menyanjung paling mashook dan paling disuka oleh pemerintah. Jadi tujuan lomba ini adalah agar pemerintah semakin yakin kebijakan yang diambil memanglah tepat untuk masyarakat. Tapi bentar, kan sudah ada buzzer? Halah nggak papa, gas aja.
Alternatif selain lomba video new normal #3 Lomba bersabar
Rekomendasi lomba yang ketiga adalah lomba bersabar. Dari yang kita ketahui, kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi ini memang amburadul dan ramashook. Untuk sistematika dari lomba bersabar ini, mirip lomba pertama dan kedua, namun lomba ini harus diadakan ketika pemerintah sudah sadar jika kebijakannya memang ramashook. Jadi untuk menutupi kebobrokan dan untuk membungkam masyarakat secara halus, bisa dibuat lomba bersabar ini sehingga pemerintah bisa tetap percaya diri padahal dia tahu kebijakannya ramashook.
Alternatif selain lomba video new normal #4 Lomba mengeluh
Rekomendasi lomba keempat yang sekaligus menjadi rekomendasi terakhir adalah lomba mengeluh. Lomba ini dipersiapkan jika lomba ketiga gagal dilaksanakan. Jadi, ketika pemerintah sudah sadar kebijakannya ramashook namun pemerintah tidak bisa membungkamnya dengan lomba bersabar, bisa dibuatlah lomba mengeluh. Seperti yang kita ketahui, keluhan-keluhan yang beredar di Indonesia bukannya meresahkan, tapi malah cenderung lucu, hal itu terbukti dari buku “Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini” yang kebetulan diterbitkan oleh Buku Mojok.
Nantinya sistematika lomba ini adalah rakyat Indonesia dipersilakan untuk mengeluh sesuka hati dan dibebaskan secara penggunaan bahasa, boleh bahasa kasar, bahasa halus, ataupun bahasa gaib. Namun, untuk pemilihan pemenangnya dipilih sambatan yang paling tidak menyakiti pemerintah karena itulah tujuan lomba ini: bisa disambati, namun tetap ingin diapresisasi.
Nah, bagaimana empat rekomendasi lomba yang bisa dilakukan oleh pemerintah? Menarik kan? Saya sangat merekomendasikan lomba-lomba di atas untuk dilakukan oleh pemerintah, daripada nanti-nanti banyak masyarakat yang semakin frustrasi dan ingin pindah kewarganegaraan, lebih baik segera laksanakan lomba ini untuk meredam gejolak tersebut.
BACA JUGA Masya Allah, Negara Mana Coba yang Pemerintah dan Rakyatnya Qanaah Kayak Kita? dan tulisan Imron Amrulloh lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.