Siapa yang tidak kenal dengan Kabupaten Gresik, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang termasyhur dengan Kota Industri. Pabrik-pabrik di Gresik membentang luas mulai dari Kawasan Industri Gresik yang terletak di pusat kota hingga Pabrik Mie Sedaap yang terletak di Kecamatan Manyar. Ratusan Pabrik ini jelas menyedot banyak tenaga kerja mulai dari level operator hingga top management. UMR yang tinggi membuat banyak fresh graduate tergoda untuk mengadu nasib ke Kota Santri ini, saya salah satunya.
Tentu sebagai pendatang saya wajib adaptasi agar dapat merasa nyaman di kota perantauan. Nah, untuk adaptasi perihal pangan, ada beberapa hal yang menggelitik bagi saya yang tumbuh dan besar di Jogja. Bukan perihal rasa yang terlalu pedas atau kurang manis. Bukan juga mengenai nasi krengsengan atau nasi krawu yang khas Gresik. Tetapi, beberapa aksesoris kuliner yang membuat hati terheran-heran.
Penasaran? Yuk kita bahas satu per satu.
#1 Bihun bakso berwarna biru muda
Idealnya buruh mendapatkan makan siang gratis di pabrik agar nilai gizinya terjaga, namun hal tersebut tidak berlaku bagi pabrik kami. Karyawan diwajibkan membeli makan siang masing-masing.
Saya masih terbawa suasana di Jogja, di mana salah satu menu andalan untuk makan siang adalah bakso. Bakso sangat cocok disantap siang hari karena kesegaran kuahnya. Dan saya pikir, bakso Gresik harusnya tak berbeda dengan bakso Jogja. Tentu saya memesan bakso komplit agar kenyang.
Betapa terkejutnya saya bihun yang datang berwarna biru muda persis warna biru langit. Kejutan tidak hanya sampai di situ apabila bihun tersebut tercelup air kuah bihunnya akan berubah warna menjadi putih. Sangat ajaib bukan? Bukaaan.
#2 Lontong dibungkus plastik
Selain pangsit, pelengkap saat makan bakso adalah lontong. Lontong lazimnya dibalut menggunakan daun pisang. Namun di Gresik saya menemukan lontong dibungkus menggunakan plastik. Pikiran saya traveling membayangkan plastik tersebut turut dikukus di atas air mendidih selama berjam-jam. Apakah lontong berplastik ini layak untuk dikonsumsi?
Saya masih belum habis pikir kenapa penjual lebih memilih plastik daripada daun pisang. Apakah daun pisang mulai langka di Gresik gara-gara dipukuli oleh salam dari Binjai? Wallahualam.
#3 Tutup gelas berlubang
Saat makan di warung biasanya saya memesan teh tawar. Bukan karena kesehatan, karena harga teh tawar lebih murah dibandingkan dengan minuman lainnya. Saat makan di Pujasera Wisma Semen Gresik, Jalan Veteran Gresik, betapa terkejutnya saya tatkala teh tawar pesanan saya datang. Teh tawar disajikan dengan tutup gelas yang berlubang sebagai tempat sedotan.
Jelas tutup gelas berlubang ini sangat inovatif. Debu-debu yang berterbangan dan lalat-lalat nakal tidak akan bisa hinggap ke dalam gelas. Penemu tutup gelas berlubang tersebut pantas mendapatkan penghargaan.
#4 Mi kuah langsung di tas kresek
Selain Jalan Kapten Dulasim, Pasar Senggol merupakan pusat kuliner di Gresik. Bagaimana tidak? Terletak di dekat Hotel Sapta Nawa dan Universitas Gresik membuat Pasar Senggol penuh sesak dengan aneka macam jajanan. Salah satu warung terlaris adalah chinese food.
Oleh karena tempat makan yang sempit, saya memilih take away mi rebus. Setelah menunggu beberapa lama saya shock melihat mi rebus pesanan saya langsung dibungkus di tas kresek putih putih, tidak dibungkus menggunakan plastik bening terlebih dahulu. Untung tas kreseknya baru, tidak memakai tas kresek bekas indomaret.
Itulah empat hal yang membuat saya shock saat kulineran di Gresik. Awalnya sih saya merasa aneh, tapi lama kelamaan sudah mulai terbiasa, kayak hubungan kita: fana dan tak nyata.
Sumber gambar: Ya sayaInBaliTimur via Wikimedia Commons
Penulis: Arief Nur Hidayat
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal Istimewa yang Bisa Kamu Dapat di Gresik