Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
14 November 2020
A A
Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola terminal mojok.co

Cerita tentang Desa yang Tidak Memiliki Lapangan Sepak Bola terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Lapangan dan kota, sudah biasa tampaknya jika keduanya ditakdirkan untuk bercerai. Seperti termaktub dalam lagu “Bola Raya” milik Silampukau. “Tanah lapang kami berganti gedung. Mereka ambil untung, kami yang buntung”. Bercerainya lapangan sepak bola dan perkotaan erat kaitanya dengan kritik sosial, di saat rumput berganti beton, riang berganti cuan. Silampukau hanya satu dari sekian seniman dan kritikus lainnya yang mengangkat soal minimnya lapangan bola di perkotaan. Lantas bagaimana minimnya lapangan di pedesaan?

Memang tampak lucu bagaimana bisa di desa tidak ada lapangan sepak bola, yang mana jarak rumah satu ke rumah berjauhan dan tak ada beton yang melawan. Alias masih banyak lahan kosong. Bukan hanya bercerai, merasakan pernah bersama pun tidak. Padahal ingin rasanya merasakan bermain bola di antara pohon-pohon jati dan mahoni, pepohonan yang lumrah di dataran rendah seperti desa saya. Romantisme seperti ini tidak pernah benar-benar saya dapatkan sepenuhnya.

Sebenarnya masalah pertama ada pada topografi desa saya, kontur tanahnya berbukit-bukit. Lebih tepatnya desa saya dan sekitarnya yang masih satu kecamatan, sementara desa lain yang berbeda kecamatan lapangan sepak bola masihlah lumrah. Terkadang malah dalam satu desa terdapat lebih dari satu lapangan. Masalah lain, sampai detik ini belum pernah terdengar wacana pengadaan lapangan. Entah karena kultur sepak bola tak sepenuhnya kuat mengakar atau sebenarnya bibit itu ada dan bisa menjadi sebuah kultur yang kuat karena tidak ada wacana bibit itu layu. Sebuah paradoks. Sebab, anak-anak di desa saya terlahir sebagai maniak bola, sebelum beranjak dewasa.

Untuk mendapatkan pengalaman bermain sepenuhnya di lapangan maka kami harus menyebrang ke desa sebelah, pun sebenarnya kami tidak punya hak untuk terus menumpang. Jangan dibayangkan seberapa dekat jarak satu desa ke desa lain, jarak satu dusun ke dusun lain saja terbilang jauh, itu pun harus melewati jalan yang menanjak.

Keadaan ini membuat bocah-bocah di desa saya terbiasa menjadi pengembara, menyinggahi satu lapangan ke lapangan lain. Untuk dapat merasakan itu, maka kami harus melakukan sebuah agenda, melaksanakan pertandingan separingan. Selain jarak desa satu ke desa lain terbilang jauh, masalah topografi ini yang membuat perjalanan tampak lebih terasa jauh dan melelahkan. Lebih lagi bocah seperti kami hanya bisa mengandalkan kaki, dan mentok-mentok sepeda untuk melakukan perjalanan.

Zaman tersebut anak-anak belum dibekali smartphone, untuk melaksanakan sebuah pertandingan persahabatan demi merasakan bermain sepak bola sepenuhnya di rumput hijau, kami harus menantang anak desa lain dengan cara door to door. Artinya calon lawan pun tak tau kalau ternyata kedatangan tamu tanding. Sudah jauh, ditambah ikut mencari lawan. Kalau kalah pun wajar, sebelum pertandingan separuh stamina saya dan teman-teman sudah kadung habis.

Wacana pertandingan sparingan tidak dilakukan setiap hari, untuk pertandingan biasa sesama anak satu desa atau dusun, saya biasa melakukannya dengan nomaden. Berpindah satu pekarangan rumah ke pekarangan rumah lain. Orang di desa biasanya memiliki pekarangan rumah yang lumayan luas, walaupun tak pernah lebih besar dibanding standar lapangan futsal.

Saya pun sering terusir jika bermain sepak bola seperti ini, tak pernah menetap selama bertahun-tahun. Dari yang pekarangan direnovasi hingga ditanami jagung, sayur, singkong dll.. Pun sebenarnya si empunya rumah keberatan kalau dinding-dinding kayunya bergetar terkena sepakan plastik para bocah. Lebih lagi, bola sering masuk rumah, bahkan kamar.

Baca Juga:

Lika-Liku Pengelola Lapangan Mini Soccer, Belum Sebulan Sudah Berhadapan dengan Preman dan Penduduk Resek

Manajemen Tolol Penyebab PSS Sleman Degradasi dan Sudah Sepatutnya Mereka Bertanggung Jawab!

Dan jika ada wacana, “Besok bikin gawang ya!” itu artinya kami bersiap untuk berpindah lapangan karena terusir. Pernah suatu ketika kami benar-benar tak mempunyai lapangan, hingga terpaksa membabat lahan di tengah ladang yang jauh dari pemukiman. Selain jauh, aroma kembang mawar menjelang maghrib membuat bocah-bocah di desa saya bermain dibarengi dengan berdirinya bulu kuduk. Bagaimana tidak, disana tak pernah terlihat mawar tumbuh. Entahlah.

Minimnya fasilitas ini, pada akhirnya mengubur keinginan anak-anak di desa saya menjadi pesepak bola. Mimpi itu kadung layu setelah menyadari, bahwa akar rumput hijau tak pernah bisa mengakar di tanah dan tak dibiarkan mengakar di masyarakatnya. Padahal bakat-bakat alam itu ada, pun selalu dibarengi dengan mimpi yang tinggi pula sebelum kandas menyadari realita. Lebih lagi, jauhnya akses menuju perkotaan, membuat orang tua enggan merajut mimpi sang anak ke jenjang pendidikan sepak bola dini seperti SSB. Tapak-tapak kecil itu hanya tertinggal di pekarangan-pekarangan rumah, pun dengan mimpinya.

BACA JUGA Daftar 7 Vokalis Band Indonesia dengan Gaya Paling Ikonis di Era 2000-an dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 November 2020 oleh

Tags: lapanganSepak Bola
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Piala Dunia U-20 Batal: Ketika Politisi Sok Jadi Pahlawan, Rakyatlah yang Jadi Korbannya, ganjar, koster

Piala Dunia U-20 Batal: Ketika Politisi Sok Jadi Pahlawan, (Impian) Rakyatlah yang Jadi Korbannya

31 Maret 2023
Menebak Karakter Seseorang dari Tim yang Dipakai di Football Manager wonderkid terminal mojok.co

Daftar Wonderkid yang Harus Anda Beli di Gim Football Manager 2021

9 Desember 2020
liverpool

Surat Terbuka: Untuk Jürgen Klopp dan Liverpool FC

31 Mei 2019
Susahnya Dianggap Kaya Hanya karena Punya Mobil Kreditan terminal mojok.co

Belajar Mobil atau Motor di Lapangan yang Sudah Jelas Dilarang Bisa Dihukum Pidana

31 Mei 2020
Kasta Tempat Berdiri di Lapangan Sepak Bola Tarkam terminal mojok.co

Kasta Tempat Berdiri di Lapangan Sepak Bola Tarkam

9 Februari 2022
liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Ketika Kepolisian Indonesia Fobia dengan Sepak Bola

13 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.