Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Bukannya Meringankan, Kerja Kelompok Malah Menambah Beban

Wiena Amalia Salsabilla oleh Wiena Amalia Salsabilla
9 Desember 2022
A A
Bukannya Meringankan, Kerja Kelompok Malah Menambah Beban

Bukannya Meringankan, Kerja Kelompok Malah Menambah Beban (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama S3 (SD-SMP-SMA) semua siswa pasti pernah terlibat dalam yang namanya kerja kelompok. Tentu bukan rahasia umum lagi kalau kerja kelompok diibaratkan menang lotre, alias untung-untungan. Kadang dapat kelompok yang bagus, kadang zonk.

Alih-alih meringankan, penugasan dalam bentuk kelompok malah jadi beban. Beban karena anggota yang ilang-ilangan, yang kerjanya asal-asalan, dan yang akhirnya numpang menulis nama doang.

Tipe anggota kelompok macam inilah yang pada akhirnya menciptakan ketidakadilan karena penilaian ditepuk rata dalam satu kesatuan kelompok, bukan per individu. Jadi, si yang ilang-ilangan itu, yang asal-asalan itu, nasibnya cuma dua: nilainya jadi ikutan bagus meski dengan kinerja yang ala kadarnya atau membuat nilai satu kelompok jadi ikutan jelek gara-gara kinerjanya tersebut. Padahal anggota kelompok yang lain sudah berkontribusi dengan baik bahkan tidak jarang mem-backup pekerjaan mereka yang seadanya itu.

Sayangnya, tipe anggota seperti ini tidak berhenti hanya di SMA. Setelah jadi mahasiswa pun masih banyak anggota kelompok yang tidak bisa memposisikan diri dengan baik di kelompoknya.

Apalagi setelah kuliah kegiatan jadi semakin bejibun. Ikut organisasi lah, kepanitiaan lah, magang lah, dan beragam kegiatan lainnya yang sering dijadikan kambing hitam kalau mereka lagi ghosting alias ilang-ilangan.

Padahal seharusnya setelah menjadi mahasiswa, mereka harus semakin aware terhadap penugasan yang melibatkan banyak orang ini. Rasa bertanggung jawab dan saling menghargai seharusnya semakin dipupuk setelah dua belas tahun berkutat dengan kerja kelompok.

Kan yang punya kesibukan bukan hanya seorang, kalau setiap anggota saling adu nasib karena urusannya masing-masing, terus, kapan tugasnya selesai?

Apalagi jika melihat pada definisinya, kerja kelompok adalah bentuk pembelajaran yang menitikberatkan pada interaksi setiap anggota dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama (Moedjiono, 199/1992: 61).

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Kata bersama-sama ini harusnya di-highlight setiap anggota kelompok bahwa butuh kerja sama yang baik demi selesainya tugas tersebut. Ya, kalau tidak bisa aktif dan inisiatif, setidaknya tugas bagiannya sendiri dilakukan dengan baik lah. Kalau memang sedang sibuk, ya setidaknya mengabari lah.

Tapi, apa mau dikata. Mengatur orang kan bukan kuasa kita. Mau se-bawel apa pun, kalau anggota kelompok itu tetap susah diatur, ya tetap saja tugasnya tidak akan selesai. Pada akhirnya lagi-lagi beberapa orang harus bekerja ekstra mem-backup kerjaan si ilang-ilangan dan si ala kadar itu.

Menanggung beban yang sebetulnya bukanlah kewajiban kita tentu bukan hal yang mudah. Anggota kelompok yang menimbun emosi dari teman yang mangkir dari kewajibannya bukan tidak mungkin akan terkena gangguan kesehatan mental.

Dilansir dari Alodokter, risiko kesehatan mental ini dapat berupa depresi dan gangguan kecemasan. Mereka akan selalu merasa cemas manakala anggota kelompoknya ini menghosting atau mengerjakan seadanya.

“Duh, kalau tugasnya nggak selesai gimana?”

“Kalau ngumpulinnya telat gimana?”

“Kalau nilainya jelek gimana?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti akan berdengung di kepala mereka sehingga pada akhirnya, mereka harus turun tangan lagi membackup kerjaan anggota yang mangkir itu.

Jika terjadi terus-menerus, bukan tidak mungkin juga kalau mereka akan jatuh sakit akibat kelelahan. Ya, seperti yang semua orang tahu, mahasiswa bisa mengerjakan tugas sampai larut malam bahkan sampai tidak tidur sekalian. Dan setelah itu semua, ending-nya juga tetap sama, nilai mereka tetap dipukul rata.

Mengerikannya lagi, meski terlihat kecil, nyatanya dampak dari anggota kelompok yang tidak bertanggung jawab ini tidak berhenti di lingkungan perkuliahan. Penilaian buruk anggota kelompok pada orang yang ilang-ilangan dan asal-asalan itu akan membekas dan berimbas pada hubungan di luar perkuliahan meski tugas kelompok itu sudah selesai.

Mereka jadi tidak respect dengan orang tersebut sehingga tidak ingin tergabung dalam satu kelompok yang sama lagi dengan orang itu. Mereka juga berpotensi menjadi individualis karena merasa bahwa bekerja mandiri lebih efektif dan tentunya tak banyak makan hati dibandingkan bekerja secara kelompok dengan orang-orang modelan begitu.

Dalam hal ini, pada akhirnya, pihak yang lebih bisa diandalkan adalah mereka yang memberikan penilaian alias para pengajar itu sendiri.

Meski tidak bisa mengontrol mahasiswa untuk aktif berkontribusi dalam penugasan kerja kelompok, dosen setidaknya memiliki power untuk memberikan penilaian secara lebih adil dengan mewajibkan setiap kelompok melaporkan rincian pembagian tugas setiap anggota. Jadi, mahasiswa tidak hanya memberikan hasil kerja mereka, tetapi juga melaporkan behind the scene tugas tersebut.

Dengan laporan seperti ini, dosen jadi tidak hanya memberikan penilaian secara garis besar kelompok, tetapi juga menilai secara lebih subjektif dari kinerja seluruh anggota agar mereka yang kerjanya lebih banyak, ya mendapat nilai lebih bagus sedangkan yang seadanya, ya mendapat nilai seadanya juga.

Kalau ada yang protes tentang nilainya yang lebih kecil, bukti laporan kontribusi tiap anggota kan sudah jelas sehingga nilainya pada akhirnya dapat dipertanggung jawabkan.

Penulis: Wiena Amalia Salsabilla
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sistem Pembagian Tugas Kerja Kelompok Itu Sebenarnya Ora Mashok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2022 oleh

Tags: kerja kelompokKuliahMahasiswaSekolahtugas
Wiena Amalia Salsabilla

Wiena Amalia Salsabilla

Mahasiswa Jurnalistik Unpad 2020 yang suka isu-isu sosial dan senang menulis.

ArtikelTerkait

Departemen di Kampus yang Sering Menelurkan Anggotanya Menjadi Ketua Organisasi terminal mojok

Departemen Kampus yang Sering Menelurkan Anggotanya Menjadi Ketua Organisasi

18 Agustus 2021
satpol pp

Satpol PP Itu Emang Brutal, atau Hasil dari Kegagalan Pemerintah?

26 Oktober 2021
Bikin Solid hingga Nggaya dengan ‘Gwajam’, Jaket Angkatan di Kampus Korea Selatan terminal mojok

Bikin Solid hingga Nggaya dengan ‘Gwajam’, Jaket Angkatan di Kampus Korea Selatan

6 Juni 2021

Tolong, Jangan Suuzan sama Mahasiswa yang Ngerjain Skripsi di Coffee Shop

1 Juni 2021
Konten TikTok Buiramira: Jalan Ninja Mahasiswa yang Bingung Skripsi dan Malas Bimbingan mahasiswa akhir

Konten TikTok Buiramira: Jalan Ninja Mahasiswa yang Bingung Skripsi dan Malas Bimbingan

12 Oktober 2023
Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

16 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.