Di tengah keresahan gara-gara virus corona kemarin ada ramai-ramai soal pengumuman SNMPTN. Yah, nggak aneh sih, dari tahun ke tahun SNMPTN memang selalu bawa huru-hara baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Timeline twitter jadinya dipenuhi tagar SNMPTN dan nama universitas-universitas yang menduduki daftar pelamar terbanyak. Ada yang membagikan kebahagiaan dan kebanggaan karena mereka lolos, ada juga yang berbagi kesedihan dan tentu saja (((sambatan))) karena tidak lolos.
Di tengah keramaian itu, ada beberapa orang yang tidak sengaja (atau malah sengaja ding) memercik api ke dalam bensin kayak akun @Kucingvictory yang mengupload bukti lolos SNMPTN lengkap dengan caption “Alhamdulillah lulus, kalian yang nggak lulus snmptn, ngapain aja selama 3 tahun? Aduuuuuh ?”.
Cuitan tersebut tentu saja mengundang keributan, sampai-sampai selebtweet @Cittairlanie ngebalasin salah satu komen di sana kayak gini:
To be frank, anak-anak di seluruh Indonesia gak pernah dapet transparansi indikator penilaian untuk SNMPTN. Lebih jauh lagi, kita gak punya model yang reliable utk memvaluasi skor anak dari sekolah yang berbeda. So far cuman diliat dari seberapa elite (re: unggulan) sekolahnya… https://t.co/StkS3RBDU4
— Cania Citta (@Cittairlanie) April 8, 2020
Saya jadi terpitchoe pengin ikut komentar juga hehe.
Buat saya, sejak awal harusnya warga twitter nggak perlu ketrigger komen postingan pamer lulus SNMPTN ini. Kenapa? Lha siapa tahu kalo orang yang pamer ini sebenernya emang sengaja memanfaatkan sikon buat pansos—alias bisa aja dia sengaja ngedit pengumuman SNMPTN biar banyak yang ribut di akunnya dia, terus impresi akunnya naik, dan bilang bilang “Rame amat, nggak mau mutualan apa nichh?”.
Yang harusnya jadi perhatian, saya pikir soal transparansi Kemdikbud dalam menentukan seorang siswa lulus/tidak lulus SNMPTN. Layaknya membeli kucing dalam karung, indikator lolos atau tidaknya seseorang hanya si pemilik atau panitia saja yang tahu. Peserta cukup menerima hasil.
Tapi saya nggak sepakat juga sama komennya Mbak Citta yang bilang SNMPTN ditentukan oleh asal sekolah—apakah unggulan atau tidak. Dari apa yang saya alami, saya merasa hal itu bukan jadi penilaian paling berpengaruh. Ada beberapa hal lain yang juga jadi penentu kayak punya prestasi (bukan cuma mata pelajaran aja, tapi juga prestasi ekstrakulikuler misal).
SNMPTN juga masalah strategi. Karena saingannya seluruh Indonesia, kalau nggak lolos, bisa jadi nggak punya strategi yang memadai. Jangan-jangan pesertanya ke-PD-an daftar di jurusan yang sulit dan banyak peminatnya padahal sebenarnya nilai dia nggak cukup untuk itu.
Nah soal asal sekolah, saya mau cerita sedikit soal sekolah saya.
SMA saya bukan sekolah unggulan. Tempatnya ada di sebuah kecamatan yang cukup terpelosok. Lapangan upacaranya saja masih tanah dan rumput. Dulu pas jaman saya belum disemen sama sekali. Kebanyakan orang tua siswa juga bekerja sebagai petani.
Tapi pas tahun 2014, banyak angkatan saya yang lolos SNMPTN. Ada yang diterima di kampus-kampus ternama kayak Undip, UNY, UNS, Unnes, dan kampus lainnya. Dari cerita teman-teman saya di kampus, banyak juga kok di antara mereka yang berasal dari SMA non unggulan.
Poin saya, nggak mungkin hanya asal sekolah saja yang jadi pertimbangan. Kalau di sekolah-sekolah non-unggulan misal sekarang banyak yang nggak lulus, mungkin bisa ditanyakan dulu ke kakak tingkat sebelumnya, jangan-jangan dulu ada yang lolos SNMPTN tapi tidak diambil yang menyebabkan pihak kampus nge-black list sekolah kalian.
Terakhir, ada faktor yang tidak kalah penting, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, ya, keberuntungan.
Tapi di luar itu semua, saya yakin teman-teman yang lolos SNMPTN adalah orang-orang pilihan. Dan yang belum lulus, mungkin ini cobaan untuk belajar lebih keras lagi. Penting juga untuk mengalihkan rasa kesal menjadi sesuatu yang lebih produktif dibanding ngehujat teman-teman yang lolos atau menyalahkan sekolah.
Saya ngerti kok gimana sedihnya ditolak SNMPTN, saya juga merasakannya dulu. Tapi saya terus belajar dan tidak putus asa sampai akhirnya saya sekarnag jadi alumni Undip meskipun dengan jurusan Ilmu Perpustakaan yang sering diremehkan orang. Hehe.
Masuk perguruan tinggi tidak semata tentang nilai, dik. Itu semua juga berhubungan dengan doa dan usahamu. Usahamu lho ya, bukan usaha orang dalem. Hehe.
Buktikan bahwa kalian bisa masuk PTN walau otak kalian pas-pasan, buktikan kalau kalian mampu meski dari keluarga sederhana. Usahalah! Biar pas masuk PTN kamu bisa pamer dengan hasil keringat sendiri.
BACA JUGA SNMPTN Lolos Terus Ngerasa Jenius? Sombhong Amat, Kalian Cuma Beruntung dan tulisan Rinawati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.