Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

4 Keistimewaan Bojonegoro di Mata Orang Blora yang Memantik Rasa Iri

Dimas Junian Fadillah oleh Dimas Junian Fadillah
19 Oktober 2025
A A
4 Keistimewaan Bojonegoro di Mata Orang Blora yang Memantik Rasa Iri

4 Keistimewaan Bojonegoro di Mata Orang Blora yang Memantik Rasa Iri (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bojonegoro sukses membuat orang Blora seperti saya iri…

Ada sebuah pepatah klasik yang sering kita dengar. Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Kalimat ini lazim digunakan untuk meredam rasa iri seseorang agar tak terlalu sibuk membandingkan hidup sendiri dengan orang lain. Nggak ada yang salah juga, namun izinkan saya tidak setuju sepenuhnya. Dalam beberapa hal, membandingkan bukan hanya boleh, tapi perlu. Demi membuka mata bahwa apa yang kita anggap “cukup” bisa jadi hanyalah rasa syukur yang terbungkus rasa pasrah.

Inilah yang saya rasakan ketika memandang ke arah timur, tepatnya ke kabupaten tetangga, Bojonegoro. Secara geografis, ia hanya terpaut beberapa puluh kilometer dari Blora. Tapi secara capaian pembangunan dan kemajuan infrastruktur, jaraknya terasa seperti dua zaman yang berbeda.

Bojonegoro ibarat tetangga yang bukan hanya punya rumput hijau, tapi juga taman tematik, sistem irigasi canggih, dan rumput sintetis kualitas dunia. Oleh sebab itu, saya akan bahas empat keistimewaan Bojonegoro yang tentu saja memantik rasa iri dan segunung harapan bagi warga Blora.

#1 Bojonegoro memiliki stadion sepakbola yang masih layak disebut stadion

Di Blora, sepak bola tampaknya kini lebih hidup dalam ingatan daripada di lapangan. Stadion Kridosono, yang dulu menjadi simbol kejayaan lokal, sudah dibongkar sejak 2019 dan disulap menjadi ruang terbuka publik. Fungsinya pun berubah total. Lebih cocok untuk jogging ringan atau sesi foto sore hari ketimbang ajang kompetisi sepak bola.

Memang ada wacana revitalisasi untuk Stadion Kridaloka di Jepon, tapi seperti banyak rencana lainnya. Ia masih sebatas kabar baik dalam bentuk kalimat pasif: akan direncanakan, akan disiapkan, akan dianggarkan.

Sementara itu, Bojonegoro masih mempertahankan Stadion Letjen H. Soedirman sebagai fasilitas olahraga yang aktif. Digunakan untuk pertandingan, markas Persibo, dan bahkan dirancang untuk naik kelas menjadi stadion bertaraf internasional dengan dana pengembangan Rp 300 miliar.

Rasanya menyedihkan jika bibit unggul sepak bola dari Blora yang punya harapan menjadi generasi penerus Pratama Arhan harus menyeberang kabupaten lain hanya untuk mencari tempat latihan yang layak.

Baca Juga:

3 Fakta Menarik tentang Blora yang Jarang Orang Bicarakan

3 Kuliner Ekstrem Blora yang Mungkin Nggak Cocok di Lidah Banyak Orang, tapi Menarik untuk Dicoba

#2 Infrastruktur jalan Bojonegoro sangat mantap

Selanjutnya adalah tentang infrastruktur jalan. Hal mendasar yang seharusnya tidak perlu dijadikan prestasi, tapi nyatanya masih jadi mimpi di beberapa wilayah. Di Bojonegoro, laporan per April 2025 menunjukkan bahwa 93% jalan kabupaten dalam kondisi mantap. Untuk ukuran daerah non-metropolitan, angka ini bukan hanya impresif, tapi patut diapresiasi.

Sebagai perbandingan, Blora masih berada di angka 62%. Bahkan dengan target optimistis, capaian kemantapan jalan baru akan menyentuh 69% di akhir 2025. Jadi, jika kalian merasa suspensi kendaraan terasa berat setiap kali melewati jalan Kabupaten Blora, itu bukan karena mobilnya yang rusak, melainkan karena jalannya memang kurang mantap aja.

Perbedaan ini tentu saja tak hanya berdampak pada kenyamanan berkendara, tapi juga pada efisiensi ekonomi, akses pendidikan, layanan kesehatan, dan tentu saja citra daerah. Karena setidaknya jalan yang bagus tidak akan membuat wisatawan merasa seperti sedang ikut uji adrenalin di jalanan off-road meskipun secara gratisan.

#3 Punya moda transportasi gratis untuk pelajar

Alih-alih menganggap urusan transportasi pelajar sebagai tanggung jawab keluarga masing-masing, Bojonegoro justru memilih pendekatan yang logis dan membumi. Mereka menyediakan angkutan gratis khusus pelajar. Melalui program Apel Gratis, sebanyak 107 armada kini beroperasi di tujuh rute utama, melayani lebih dari 4.400 perjalanan siswa setiap hari. Sebuah angka yang tak hanya menunjukkan niat, tapi juga sistem yang benar-benar bekerja.

Bandingkan dengan Blora, di mana anak-anak masih harus memikirkan sendiri cara sampai ke sekolah. Tidak ada layanan angkutan khusus, tidak ada kebijakan yang mendukung, bahkan wacananya pun masih samar-samar. Praktiknya? Banyak siswa yang terpaksa mengendarai motor sebelum cukup umur, atau bergantung pada tumpangan siapa saja yang bisa diandalkan pagi itu.

Bukan karena Blora tidak mampu, tapi lebih karena belum melihat ini sebagai persoalan mendesak. Padahal kalau urusan ke sekolah saja sudah jadi tantangan, bagaimana bisa bicara soal peningkatan mutu pendidikan?

#4 Jadi kota minyak sungguhan, bukan sekadar julukan

Blora sering disebut sebagai “kota minyak”, tapi Bojonegoro tampaknya tidak sekadar ingin mendapat julukan tersebut. Mereka benar-benar jadi daerah pemilik sumber minyak. Dengan cadangan minyak bumi yang melimpah, terutama dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu, Bojonegoro berhasil mengelola potensi itu menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang signifikan. Penerimaan Dana Bagi Hasil Migas mereka bahkan pernah menembus angka triliunan rupiah.

Berbeda dengan Blora yang juga termasuk wilayah dalam Blok Cepu. Namun sayangnya, peran itu lebih terasa simbolis ketimbang strategis. Gagah di peta, tapi minim dalam realisasi. Sumber daya alamnya memang ada, tapi dampaknya bagi daerah masih terasa seperti cerita yang diceritakan ulang. Selalu menarik, tapi tak pernah nyata.

Dana bagi hasil migas memang mengalir, tapi laju dan volumenya lebih mirip selokan yang tersumbat: lambat, kecil, dan tidak mencerminkan potensi yang sebenarnya. Dengan kondisi seperti ini, menyematkan julukan “kota minyak” pada Blora rasanya hanya memperpanjang ironi. Mungkin lebih baik dicabut saja daripada terus mengingatkan warga pada potensi besar yang tak pernah sungguh-sungguh dikelola dan berdampak.

Demikianlah empat hal yang cukup membuat warga Blora merasa iri saat menoleh ke arah Bojonegoro. Tentu, setiap daerah punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun dalam kasus ini, Bojonegoro tampaknya tidak sekadar unggul, tapi unggulnya wes kebangetan.

Barangkali sudah waktunya Pemkab Blora tak sekadar mengamati, tapi juga mulai belajar. Siapa tahu, Bojonegoro bersedia berbagi kiat sukses. Bukan hanya sibuk membagikan reels tentang kedekatan antar bupati saja. Karena memang jika menilik pencapaiannya, Bojonegoro sangat masuk akal disebut kabupaten paling “Matoh!”

Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Alasan Blora Kalah Pamor Dibanding Kabupaten Tetangga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Oktober 2025 oleh

Tags: bloraBojonegorocepu blorakabupaten bloraKabupaten Bojonegorokota minyakpotensi kabupaten blora
Dimas Junian Fadillah

Dimas Junian Fadillah

Lulusan S1 Ilmu Politik, tertarik dengan tata kelola & politik lokal.

ArtikelTerkait

Plat Nomor K dan Jepara Remajamu Merusak Nama Baik Orkes (Pixabay)

Kebiasaan Anak Muda di Daerah Plat Nomor K Khususnya Jepara yang Merusak Nama Baik Orkes Dangdut

24 November 2023
Blora Dibakar Keserakahan: Julukan Kota Minyak Nggak Membuat Sejahtera, Justru Bikin Sekampung Menderita

Blora Dibakar Keserakahan: Julukan Kota Minyak Nggak Membuat Sejahtera, Justru Bikin Sekampung Menderita

21 Agustus 2025
Blora, Kabupaten Kecil yang Dirusak oleh Kelakuan Bodoh Ormas (Wikimedia)

Blora, Kabupaten Kecil yang Dirusak oleh 3 Kelakuan Bodoh Ormas, Bikin Malu dan Menyusahkan Masyarakat Waras Lainya

24 Juli 2025
Alasan Warga Blora Bagian Timur Ogah Main ke Alun-Alun Kabupaten Mojok.co

Alasan Warga Blora Bagian Timur Ogah Main ke Alun-Alun Kabupaten

6 Mei 2025
Kecamatan Kradenan Blora dan Kecamatan Kradenan Grobogan: Saudara Kembar Beda Kabupaten yang Bernasib Sama

Kecamatan Kradenan Blora dan Kecamatan Kradenan Grobogan: Saudara Kembar Beda Kabupaten yang Bernasib Sama

7 Juli 2025
Ironi Blora: Bukan Lumbung Pangan, tapi Jadi Lumbung Utang   cepu

Blora Bukan Cuma Cepu, Sudah Sewajarnya Kecamatan Lain Diperhatikan agar Tak Merasa Jadi Anak Tiri!

14 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.