Siapa yang nggak tahu Kota Bogor? Kota yang dijuluki Kota Hujan ini sudah sangat dikenal banyak orang. Kalaupun ada yang nggak tahu, bisa jadi orang tersebut selama ini terasing di tengah hutan. Sebagai Kota Satelit, Bogor juga sering diasosiasikan sebagai kota yang hijau, romantis, dan punya banyak tempat untuk nongkrong. Hal itu membuatnya sering jadi tempat melepas stress bagi sebagian orang-orang di Jakarta.
Selain itu, karena banyak hotel dan resort, Kota ini juga sering jadi pilihan agenda pelatihan berhari-hari oleh perusahaan atau lembaga Kementerian (setidaknya sebelum efisiensi).
Tapi sadar nggak sih kalau sebenarnya Kota Bogor ini nanggung, terutama soal jangkauan terhadap transportasi publik lintas provinsi?
Bogor jarang jadi pemberhentian
Jadi begini, kalau diperhatikan, sangat jarang transportasi antarprovinsi memposisikan Bogor sebagai perhentiannya, baik sebagai kota perhentian sementara maupun perhentian terakhir.
Mulai dari pesawat deh. Di Bogor ini nggak ada bandara, sehingga kalau mau naik pesawat, tentu pilihan orang-orang ya mau nggak mau harus ke Bandara Soetta (Tangerang) atau Halim (Jakarta). Sebenarnya ini masih bisa diterima karena konteksnya kalau perjalanan jauh, apalagi luar pulau.
Tapi kondisi ini berlaku juga untuk kereta antarkota/provinsi. Ketika seseorang sedang di kota lain misalnya Solo, Jogja, atau Surabaya, kemudian ingin ke Bogor. Begitu membuka aplikasi tiket, hampir semua kereta berhentinya di Jakarta. Ya Stasiun Gambir atau Senen. Kadang Jatinegara. Kesannya kayak peta Jawa berhenti di situ.
Sementara Bogor nggak dianggap sebagai kota tujuan, cuma numpang disebut di rute KRL Commuter Line. Gambaran ini memberi kesan kalau ke Bogor, ya sudah lanjut aja sendiri!
Baca halaman selanjutnya




















