Blora, merupakan kabupaten kecil yang terletak di ujung paling timur Provinsi Jawa Tengah. Di wilayah ini dapat dipastikan kalian bakal kesulitan menemukan mall besar, gedung pencakar langit, atau jalan-jalan megah. Namun di balik kesederhanaan dan ketenangannya, Blora menyimpan sejarah tokoh besar yang justru sering terlupakan.
Sebagai warga lokal yang lahir dan besar di Blora, saya tak begitu kaget jika sejarah tokoh-tokoh besar asli Blora sering luput dari pengetahuan warganya. Tak dimungkiri, selama menempuh pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah, saya tidak menemukan pendidikan bermuatan lokal yang secara mendalam membahas sejarah dan tokoh-tokoh besar yang lahir di daerah ini. Bagaimana dengan daerah kalian, apakah hal serupa juga terjadi?
Parahnya, pemerintah setempat malah seperti ikut andil menghilangkan ingatan masyarakat. Ini terlihat dari kurangnya usaha untuk mengenalkan tokoh-tokoh Blora kepada masyarakat, baik melalui pendidikan bermuatan lokal atau sekadar memberikan penghargaan dengan menamai jalan atau bangunan. Tentu saja ini sangat disayangkan. Blora sebenarnya memiliki banyak tokoh yang semestinya dapat dikenang dan memperoleh penghargaan.
Peresmian Jalan Pramodya Anantatoer terancam gagal
Beberapa waktu yang lalu, Muchamad Aly Reza, salah satu reporter Mojok.co, menyoroti betapa sulitnya memberi penghargaan kepada tokoh asli Blora. Bahkan untuk memberikan apresiasi yang sederhana melalui penamaan jalan pun harus melalui proses yang rumit, penuh birokrasi, dan terhambat oleh berbagai alasan administratif. Hal ini menjadikan usaha untuk menghormati tokoh-tokoh Blora melalui penamaan jalan menjadi sangat berbelit-belit dan memakan waktu yang lama.
Nama yang diusulkan menjadi nama jalan adalah seorang sastrawan kritis bernama Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya Lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Beliau memiliki karya-karya yang menggugah pemikiran dan membangkitkan kesadaran akan perjuangan dalam menghadapi ketidakadilan.
Pada masa penjajahan Jepang, dia sempat dipenjara oleh pasukan Jepang karena keterlibatannya dalam kegiatan politik. Setelah Indonesia merdeka, Pramoedya kembali berjuang dengan tulisannya. Meskipun saat itu dia beberapa kali dipenjara oleh rezim Orde Baru karena pandangan-pandangannya yang kritis terhadap pemerintahan. Karya fenomenal Pramoedya Ananta Toer salah satunya adalah Bumi Manusia yang berhasil dijadikan film pada tahun 2019 lalu.
Rencananya, peresmian jalan Pramoedya Ananta Toer akan dilakukan pada peringatan satu abad Pram pada 6 Februari 2025. Sebagai warga Blora, saya sangat berharap penamaan jalan dengan nama tokoh-tokoh asli Blora ini dapat menjadi langkah awal untuk mengingat dan mengenalkan mereka kepada masyarakat luas. Ini bukan hanya soal memberi penghargaan. Tetapi juga tentang menanamkan rasa bangga terhadap sejarah dan kontribusi besar yang telah mereka berikan untuk bangsa dan daerah ini.
Baca halaman selanjutnya: Wacana memberi nama bandara dengan nama tokoh dari luar Blora…



















