Wacana memberi nama bandara dengan nama tokoh dari luar Blora
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Pemkab Blora kurang tertarik menggunakan nama tokoh asli Blora untuk penamaan jalan atau bangunan penting lainnya. Pada tahun 2021, misalnya, Pemkab Blora justru mengusulkan untuk memberi nama Bandara Ngloram dengan nama Gus Dur. Tak dapat disangkal jika Gus Dur adalah salah satu tokoh besar Indonesia yang memiliki citra positif dengan menjunjung nilai pluralisme.
Akan tetapi memberikan nama bandara dengan nama tokoh yang berasal dari luar wilayah Blora tentu saja terasa kurang tepat, bahkan wagu. Mengapa? Karena penghargaan semacam itu sepatutnya diberikan kepada tokoh-tokoh yang lahir dan berjuang di wilayahnya karena memiliki ikatan sejarah yang lebih kuat dengan daerah setempat.
Logikanya, Blora memiliki tokoh besar lain yang tak kalah penting dan sangat layak untuk diberi penghargaan dalam bentuk penamaan bandara. Salah satunya adalah Samin Surosentiko. Beliau dikenal karena perjuangannya yang luar biasa dalam melawan penjajahan Belanda. Hingga kini, ajaran dan perjuangan Samin tetap hidup di tengah masyarakat adat Samin. Mengingat kontribusi besar Samin terhadap sejarah daerah ini, penamaan bandara dengan namanya akan lebih mencerminkan ikatan kuat antara tokoh tersebut dengan Blora.
Selain itu, Tirto Adhi Soerjo juga merupakan tokoh penting asal Blora yang patut diperhatikan. Sebagai pelopor pers Indonesia, dia menggunakan tulisan dan perjuangannya untuk mengangkat isu-isu sosial dan ketidakadilan pada masa penjajahan Belanda. Pengaruh dan warisan yang dia tinggalkan dalam dunia jurnalistik sangatlah besar. Sudah seharusnya Blora, sebagai tempat kelahirannya, menghormati Tirto Adhi Soerjo dengan mengabadikan namanya pada bangunan vital di Kabupaten Blora.
Entah mengapa pemerintah setempat tidak terpikir untuk mengusulkan pemberian nama bandara dengan nama Samin Surosentiko atau Tirto Adhi Soerjo, dan justru memilih nama Gus Dur. Padahal, pemberian nama tokoh asli Blora pada jalan atau bangunan akan lebih memperkuat rasa bangga masyarakat.
Ketidakpedulian Pemkab jadi biang kerok masyarakat tak kenal tokoh penting di daerahnya
Terlalu prematur jika hanya menuding ketidakpedulian pemerintah Blora menjadi akar masalah dari hilangnya ingatan masyarakat terhadap tokoh-tokoh di daerahnya. Meskipun pada dasarnya pemerintah memiliki peran besar dalam mengenalkan dan menjaga ingatan kolektif masyarakat tentang kontribusi para tokoh lokal yang berhasil membangun sejarah dan identitas daerah Blora.
Namun, sebagai warga lokal, saya juga harus paham bahwa pemerintah itu manusia. Kadang bisa lupa, atau nggak selalu fokus pada hal-hal penting seperti ini. Meski kita berharap mereka lebih peduli, nggak ada salahnya jika kita memberi ruang untuk rasa kecewa. Apalagi jika kita terus-terusan berharap pemerintah yang bakal ngurus semuanya, mungkin kita akan menunggu lama, bahkan bisa jadi sia-sia. Pada akhirnya, yang harus tergugah adalah kesadaran diri sendiri agar lebih mengenal dan mengenang tokoh-tokoh penting di Blora secara mandiri.
Penulis: Dimas Junian Fadillah
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















