Entah sudah berapa lama kita tidak mendengar kata “bimbel” bersanding dengan kata “UN (Ujian Nasional). Entah sudah berapa lama pembicaraan soal bimbel itu terpisah jauh dari ujian nasional. Juga, entah sudah berapa lama tempat-tempat bimbel ini tidak dipenuhi oleh anak-anak sekolah menjelang bulan-bulan digelarnya ujian nasional atau UN. Maklum, eksistensi ujian nasional ini memang sudah tidak ada (dihapus) sejak 2021.
Nah, pada awal tahun 2025, eksistensi UN ini perlahan mengintip dari dalam tanah, mencoba muncul (dimunculkan) kembali ke permukaan. Adalah Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Kabinet Merah Putih yang mewacanakan UN akan digelar kembali. Perihal kembalinya UN ini memang masih sebatas wacana, dan memang tidak akan langsung digelar tahun ini. Abdul Mu’ti menambahkan bahwa UN akan kembali digelar setidaknya pada tahun 2026.
Meskipun masih hanya sebatas wacana, perdebatan mulai muncul terkait kembalinya UN ini. Ada banyak orang yang mendukung, tapi tidak sedikit juga yang menolak, tentunya dengan argumen mereka masing-masing. Perdebatan mengenai wacana kembalinya UN ini juga bikin situasi pendidikan Indonesia agak kurang jelas. Para orang tua murid bingung, para siswa bingung, para guru juga bingung, semuanya bingung.
Namun, di tengah perdebatan dan kebingungan, ada satu pihak yang sepertinya cukup diuntungkan jika UN ini benar-benar dimunculkan kembali. Iya, pihak tersebut adalah tempat-tempat bimbel. Dengan kembalinya ujian nasional, tempat-tempat bimbel ini akan kebanjiran siswa-siswi kelas 3 sekolah menengah yang ingin belajar agar bisa mengerjakan soal dan ngasih tips cara lulus ujian nasional. Intinya, tempat-tempat bimbel ini akan “panen banyak.”
Sekarang pertanyaannya, apakah ikut bimbel untuk membantu lulus UN jika UN memang kembali digelar itu efektif? Mari kita cari jawabannya.
Daftar Isi
Apa posisi ujian nasonal ketika nanti muncul kembali?
Sebelum lebih jauh, mari kita cari tahu apa dan di mana posisi UN ini nantinya ketika muncul kembali. Dalam sejarahnya, ujian nasional ini selain sering berganti nama, juga beberapa kali berganti-ganti posisi. Selama beberapa dekade, UN ini menjadi penentu utama kelulusan, hingga akhirnya beberapa tahun lalu tidak lagi digunakan sebagai penentu kelulusan sebelum akhirnya dihapus total.
Nanti, jika UN kembali digelar lagi, kita perlu tahu apa posisinya. Apakah UN ini kembali menjadi penentu kelulusan atau tidak. Kalau kembali menjadi penentu kelulusan (yang mana ini adalah ide buruk), maka sebaiknya ikut bimbel saja. Ya setidaknya untuk bisa mengerjakan soal dan tahu cara lulus ujian nasional, lah. Tapi, kalau tidak menjadi penentu kelulusan siswa, ya mending nggak usah ikut bimbel. Buang-buang uang aja. Toh, bimbel cuma ngajarin ngerjain soal aja, nggak ngajarin biar jadi benar-benar pintar.
Bimbel dan “cara cepat”
Kita harus akui bahwa ketika menghadapi UN, kita cuma pengin bisa mengerjakan semua soal-soalnya dengan tepat waktu, kalau bisa lebih cepat dari yang lain, tentunya dengan hasil yang tidak mengecewakan. Mau kita termasuk anak yang pintar atau goblok di sekolah, yang penting kita bisa mengerjakan semua soal UN. Sayangnya, sekolah kadang tidak membaca situasi ini, dan bimbel hadir sebagai solusi cara lulus ujian nasional paling tokcer.
Bimbel menawarkan apa yang selama ini mungkin tidak ditawarkan oleh sekolah. Jika sekolah hanya mengajarkan materi-materi yang nantinya akan menjadi bahan soal UN dan gimana cara mengerjakan soalnya dengan cara standar, bimbel mengajarkan tentang gimana cara mengerjakan soal UN, dengan cara-cara yang menyingkat waktu, atau yang kerap mereka sebut dengan “cara cepat.”
“Cara cepat” ala bimbel ini memang jadi semacam resep rahasia mereka. Para siswa yang ikut bimbel semacam dapat senjata baru berupa “cara cepat” ketika nanti mengerjakan soal UN. Bayangkan saja, misalnya cara standar untuk mengerjakan satu soal matematika bisa memakan waktu 3 menit. Tapi dengan “cara cepat” dari bimbel, satu soal matematika bisa dikerjakan nggak lebih dari dua menit. Ini jelas mempersingkat waktu.
Makanya, kalau ditanya apakah ikut bimbel itu efektif membantu para siswa bisa lulus UN, jawabannya iya. Tujuannya cuma bisa mengerjakan soal dan lulus UN saja, kan? Output-nya cuma itu aja, kan? Kalau cuma itu tujuannya, ikut bimbel memang efektif banget, karena bimbel jagonya. Namun, pendidikan, kan, bukan cuma tentang UN saja. Pendidikan bukan tentang para murid bisa mengerjakan soal UN dan lulus dari sekolah saja.
Benang kusut yang menjerat UN, bimbel, dan pendidikan Indonesia
Pertanyaan tentang efektif atau tidaknya ikut bimbel untuk membantu lulus UN memang sudah terjawab. Ikut bimbel untuk membantu lulus UN itu efektif, kok, asalkan tujuannya cuma itu saja. Toh, kalian cuma butuh diajarin ngerjain soal UN dengan cepat dan tepat saja, kok. Itu sudah cukup kalau tujuannya cuma mau lulus UN.
Pada akhirnya, jika nanti UN benar-benar digelar kembali dan bimbel dibanjiri siswa lagi, ini sama saja kayak berjalan mundur ke belakang. Apalagi kalau sampai UN menjadi penentu kelulusan lagi. Padahal pemerintah sudah benar dengan menghapus UN. Pemerintah tinggal menggenjot pemerataan pendidikan di seluruh penjuru Indonesia. Sayang, pemerintah nggak benar-benar niat melakukannya dan malah mengembalikan UN di tengah pemerataan pendidikan yang lagi mandek.
Yaudah, lah. Mau gimana lagi? Kalau nanti UN memang benar-benar akan digelar kembali, lalu kalian bingung mau ikut bimbel atau tidak, kalian mending ikut bimbel aja. Target kalian cuma pengin lulus ujian nasional aja, kan?
Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya