Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Bicara Soal Gangguan Kesehatan Mental, Memangnya Sudah Cek Ke Ahlinya?

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
2 Juli 2019
A A
kesehatan mental

kesehatan mental

Share on FacebookShare on Twitter

Selama saya kuliah di jurusan Psikologi, beberapa dosen saya selalu mewanti-wanti dan memberi wejangan selama belajar apalagi kalau sudah lulus nanti, hati-hati dalam memberi labeling pada seseorang mengenai gangguan psikologis atau kesehatan mental. Sebab, hal itu tidak bisa sembarangan dilekatkan kepada diri seseorang—perlu pemeriksaan lebih mendalam melalui ahlinya. Baik dari psikolog, psikiater, atau ahli medis lainnya.

Selama belajar delapan semester sampai dengan lulus, pesan itu selalu saya ingat dan terngiang-ngiang hingga sekarang. Itu kenapa saya tidak berani memberi penilaian atau asal melabeli seseorang dengan gangguan psikologis. Apalagi di semester 4 saat kuliah, saya juga sempat mendapatkan mata kuliah dan belajar mengenai kode etik.

Saya menyadari, sebetulnya untuk memahami hal seperti itu—tidak sembarang memberi sebutan atau labeling—bisa didapat juga dari disiplin ilmu lain atau bahkan membaca buku yang masih berkaitan. Tidak ada yang salah dari proses belajar selama itu baik dan memberi manfaat bagi sesama. Bahkan—menurut orang bijak—jika tidak melakukan kesalahan tandanya belum belajar.

Namun, banyak dari beberapa teman saya yang seringkali masih membuat geram dengan sebutan sembarang yang dinobatkan kepada teman yang lain. Salah satunya panggilan (maaf) autis bagi orang yang terlalu fokus bermain hape. Tolong, tidak seperti itu menggunakan kata autis. Sampai dengan saat ini, masih ada beberapa teman yang secara sembarang menggunakan kata tersebut tidak pada porsinya. Bagi saya, ini menjadi masalah serius bahkan secara tidak sadar dapat mencederai pengidap autis itu sendiri.

Lalu yang terkadang membuat saya geleng-geleng kepala adalah saat ada seseorang mengaku—atau lebih tepatnya asal sebut—bahwa dirinya insomnia padahal memang sedang begadang atau ada tugas yang dikerjakan. Tujuannya untuk apa, sih? Kalau memang sekadar keren-kerenan saja, baiknya disudahi dan dicukupi.

Bapak saya adalah pengidap insomnia dan sudah melalui pemeriksaan sebelumnya. Beliau mengalami kesulitan memulai sekaligus mempertahankan tidur hampir selama tiga tahun—dalam pedomannya, salah satu kriteria insomnia sendiri adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur minimal selama satu bulan.

Memangnya kalian pikir jika mengidap insomnia itu keren? Kalian tahu bagaimana rasanya aktivitas sehari-hari terganggu selama tiga tahun dan seringkali merasa gelisah karena untuk tidur saja sulit bahkan terasa tidak nyaman—begitu yang Bapak sampaikan saat bercerita. Bapak sudah melakukan beberapa cara mulai dari berolahraga secara rutin, terapi alternatif, sampai dengan ke Psikiater. Setelahnya, walau belum sembuh seutuhnya paling tidak sesekali Bapak dapat tidur dengan nyenyak.

Jika hal ini sudah menjadi kebiasaan dalam lingkar pergaulan, baiknya segera dihentikan ke-soktahu-an tersebut—baik dalam penyebutan yang ditujukan kepada seseorang atau diri sendiri—jika salah, dapat menyebabkan seseorang berpikir, “memang iya ya? Jangan-jangan betul gue kayak begitu”. Tujuan awalnya mungkin hanya untuk bahan candaan, tapi tanpa sadar bisa membuat orang lain kepikiran.

Baca Juga:

Lingkungan Kerja Toxic Membuat Karyawan Tidak Sejahtera Jiwa dan Raga

Ketika ODGJ Harus Merawat Orang Sakit: Berusaha Tetap Tegar meski Diri Benar-benar Ambyar

Kalau sudah demikian, mau bertanggung jawab atas ketidaktahuan orang lain bahkan jika sampai hal yang tidak diinginkan terjadi? Karena segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik, mental, pun kejiwaan, semuanya tidak bisa hanya dengan sembarang cek di Google, perlu pemeriksaan mendalam dari tenaga ahli.

“Tapi waktu googling, ciri-cirinya sama kok kayak yang gue alami”, ya kalau acuannya hanya dari internet, ga serta merta seseorang langsung dipastikan mengidap gangguan kesehatan tertentu dong, wahai Bambang dan Maemunah. Bisa jadi hanya gejala awal atau lebih mengarah ke kecenderungan. Tentu hal tersebut beda dengan diagnosis—yang pastinya sudah melalui penelitian atau pemeriksaan mendalam dan tidak sembarangan.

Sampai dengan saat ini, sebelum bepergian saya selalu mengecek sampai dua kali—untuk sekadar memastikan—pintu rumah sudah dikunci atau belum, apakah kompor gas sudah dimatikan berikut juga dengan keran air. Hal tersebut tidak membuat saya langsung mengklaim diri sendiri sebagai OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Ya, memang hanya ingin memastikan saja bahwa rumah aman sebelum bepergian.

Saya juga suka dengan kerapihan dan sesuatu yang tertata, serta menjaga kebersihan badan apalagi sebelum makan—dengan cara mencuci tangan. Apakah hanya dengan contoh demikian saya menobatkan diri sebagai seseorang yang mengidap OCD, perfeksionis, atau clean freak? Tentu tidak, dong, Bambang. Sebab, sudah selayaknya saya menjaga kerapihan dan kebersihan. Selain anjuran dari kepercayaan yang saya anut, dengan menjaga kebersihan tandanya saya juga menjaga kesehatan diri sendiri—juga orang di sekitar.

Tabik. Gomawo.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: Kesehatan Mental
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

story medsos

Sebulan Tak Melihat Story Medsos: Ini yang Kurasakan!

26 Agustus 2019
Untuk Kamu yang Masih Nggak Percaya kalau Gangguan Kesehatan Mental Itu Ada terminal mojok.co

Untuk Kamu yang Masih Nggak Percaya kalau Gangguan Kesehatan Mental Itu Ada

11 Oktober 2021
joker

Joker dan Viktimisasi

8 Oktober 2019
pernikahan

Jangan Nunggu Dirujuk, Datanglah ke Psikolog Sebelum Pesta Pernikahan Berlangsung

4 Oktober 2019
gangguan jiwa psikolog Depresi Itu (Nggak) Cuma Butuh Didengarkan

Depresi Itu (Nggak) Cuma Butuh Didengarkan

6 November 2019
Lingkungan Kerja Toxic Membunuh Jiwa dan Raga Karyawan (Unsplash)

Lingkungan Kerja Toxic Membuat Karyawan Tidak Sejahtera Jiwa dan Raga

28 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

30 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.