Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Betapa Anehnya Jika Calon Pejabat Masih Mencatut Silsilah Keluarga di Baliho

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra oleh Raihan Rizkuloh Gantiar Putra
14 Agustus 2021
A A
Betapa Anehnya Jika Calon Pejabat Masih Mencatut Silsilah Keluarga di Baliho terminal mojok

Baliho masih efektif? (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

“Ada yang berubah, ada yang bertahan karena zaman tak bisa dilawan. Yang pasti kepercayaan harus diperjuangkan,” ucap Chairil Anwar satu waktu. “Kepercayaan” yang harus diperjuangkan ini macam-macam bentuknya dan memang, kadang-kadang, mesti dievaluasi hingga diubah. Salah satu contohnya adalah kegemaran calon pejabat yang senang mengandalkan silsilah keluarga dan mencatut nama mereka di baliho untuk menarik minat masyarakat.

Mencatut nama keluarga seperti kakek atau ayah sang calon merupakan praktik yang lumrah terjadi terutama di pemilihan kepala desa (Pilkades). Di desa-desa sekitar saya misalnya, ada saja calon-calon yang dalam balihonya menambah embel-embel silsilah keluarga seperti “Cucu dari Bapak blablabla” atau “Anak dari Bapak blablabla” entah tujuannya untuk apa. Padahal tak semua orang tahu siapa kakek atau ayah si calon tersebut. Dan kalaupun tahu, korelasinya apa dengan kapasitas sang calon?

Jika ada calon-calon yang model beginian, dapat dipastikan bahwa nama-nama yang dicatutnya di baliho merupakan orang-orang yang cukup berpengaruh dan dalam satu titik, disegani. Biasanya, mereka yang dicatut, dulunya merupakan mantan pejabat ataupun tokoh masyarakat. Namun, karena nama-nama tersebut agaknya kurang populer lagi, mereka (calon-calon ini) mengingatkan kembali kepada calon pemilih bahwa mereka adalah keturunan dari orang-orang yang hebat.

Mas Yusuf Arifin dalam opininya di Kumparanplus berjudul Baliho Politik menegaskan bahwa baliho politik adalah bentuk paling dangkal. Tidak komunikatif. Tidak kreatif. Tidak imajinatif. Dan sesungguhnya oportunistis -mungkin memanfaatkan ketenaran individu dan menumpang momentum- karena tidak menawarkan hal esensial. Meski ia berbicara dalam konteks berseliwerannya baliho Mbak Ketua DPR, saya kira apa yang ia katakan sangat pas dengan kondisi yang ada di desa-desa sekitar saya.

Tentu saja Mbak Ketua DPR tak perlu mencatut Presiden pertama ataupun kelima Indonesia di baliho politiknya (buat apa juga, sih, wong sudah pada tahu). Sementara itu, calon-calon di kakek atau ayah mereka yang berpengaruh itu karena mungkin mereka kurang percaya diri dengan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai bakal calon kepala desa.

Inilah yang sebetulnya menggelikan. Bagi saya, jika seseorang punya kapabilitas dan pede untuk menjadi pemimpin, dia nggak perlu repot-repot mencatut daftar silsilah keluarga yang berpengaruh demi menaikkan elektabilitas. Lihat Mas Gibran dan Mas Bobby, mereka adalah keluarga Pak Jokowi. Tapi, apakah pernah kita melihat Mas Gibran dan Mas Bobby menggunakan nama Presiden Jokowi di balihonya? Nggak, kan? Itu berarti mereka sangat nggak tahu diri percaya diri ketika hendak nyalon.

Justru, jika orang-orang tersebut mengandalkan nama-nama keluarganya di dalam baliho mereka, itu adalah tanda kalau mereka ini nggak percaya diri dan nggak punya kapasitas maupun kapabilitas lantaran nggak menawarkan hal-hal yang penting ihwal nama keluarganya yang berpengaruh itu. Artinya, demi menutupi ketidakmampuan, mereka menggunakan nama-nama berpengaruh agar setidaknya terlihat mantap jiwa dan berwibawa.

Tak ada yang salah sebetulnya dari keluarga yang saling mendukung. Hanya saja, jika praktiknya dangkal seperti ini, hal tersebut sama sekali nggak memberikan pencerdasan dan malah menghasilkan penyesatan. Tolonglah, kami-kami ini—generasi yang oleh orang-orang tua disebut sebagai penerus bangsa—jangan diwarisi politik tahi kucing. Dari hal sesederhana baliho saja sudah aneh, apalagi kelak ketika menjabat.

Baca Juga:

Komentar Jelek Pejabat Bikin Hidup Orang Indonesia Tambah Suram

Mobil Dinas Pejabat Itu Memang Harus Mahal, kalau Bisa, Pilih yang Paling Mahal Sekalian

Setidaknya, contohlah Mas Gibran, Mas Bobby, atau Mbak Puan yang mencapai posisinya sekarang dengan mekanisme yang “terlihat” meritokrasi. Jangan terlalu vulgar lah kalau mau menggunakan pengaruh keluarga, hehehe.

BACA JUGA Kisah Nelangsa Baliho Kepak Sayap Kebhinekaan dan tulisan Raihan Rizkuloh Gantiar Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: BalihoPejabatPojok Tubir Terminalsilsilah keluarga
Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Raihan Rizkuloh Gantiar Putra

Duh, lieur kieu euy.

ArtikelTerkait

jerinx musik hardcore rock post hardcore punk mojok

Jerinx, Nora, dan Kemarahan yang Salah Sasaran

23 Juni 2021
influencer beli followers instagram, Tren Instagram Stories Terbaru Bikin Banyak Orang Gede Rasa! Penghapusan Jumlah Like di Instagram dan Kebiasaan Pamer Kehidupan

Influencer Melahirkan Ketimpangan Sosial, dan Saatnya Berhenti Memakluminya

3 Juni 2021
Wedding Cinematic: Tren yang Bikin Biaya Nikah Makin Mencekik terminal mojok.co

Wedding Cinematic: Tren yang Bikin Biaya Nikah Makin Mencekik

30 Mei 2021
Pengalaman Ikut Swab Test Antigen Drive Thru, Nggak Ribet walau Agak Deg-degan terminal mojok.co

Mencoba Memahami Warga Madura yang Menolak Swab Gratis

24 Juni 2021

Ketika Retorika Politikus Indonesia Memprediksi Juara Euro 2020

21 Juni 2021
Dewi Ambarsari: Cintanya Dikhianati Seorang Bupati, Berakhir Mengutuk Pejabat Pemerintahan yang Masuk ke Dusun Setono Kediri

Dewi Ambarsari: Cintanya Dikhianati Seorang Bupati, Berakhir Mengutuk Pejabat Pemerintahan yang Masuk ke Dusun Setono Kediri

8 September 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.