Semua orang membahas efisiensi anggaran pemerintah dan kengerian yang mengikuti. Dari terancam dirumahkannya pegawai bahkan di lini pemerintahan sekalipun, tukin dosen yang tidak tersampaikan sebagaimana haknya, hingga dugaan berhentinya manfaat KIP Kuliah, dibahas tanpa henti. Belum lagi, dampak ikutan pada sektor swasta.
Terlepas dari beberapa hal yang terkesan seperti telah terselesaikan setelah ramai di media sosial seperti yang terjadi pada RRI—alias, seperti main pahlawan-pahlawanan dari masalah yang seharusnya tidak pernah ada. Tapi, benarkah yang orang-orang bahas itu efisiensi?
Efisiensi, menurut KBBI, diartikan dalam dua penjelasan yang senada:
n ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kesangkilan
n kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya)
Wah, bahkan memeriksa arti lema di KBBI, pun, dibatasi kuotanya perhari. Bahkan setelah saya login ke akun KBBI saya, lho. Apakah ini juga bagian dari so-called efisiensi itu?
Yah, entahlah. Kembali ke makna lema efisiensi. Ada kata-kata kunci yang terus muncul: mampu menjalankan dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya.
Kabar bahwa salah satu dampak “efisiensi” pada BMKG adalah tidak optimalnya deteksi gempa dan tsunami karena anggaran yang minim, seharusnya menjadi satu di antara tanda jelas bahwa yang terjadi bukanlah efisiensi. Ketika BMKG tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya ketika terjadi pemotongan anggaran, maka jelas, ini tidak memenuhi definisi efisiensi.
Beda bahasa pun tetap sama saja
Tidak berbeda jauh ketika ditarik dari bahasa asal serapannya, bahasa Inggris. Berdasarkan Oxford Dictionary, efficiency juga tidak hanya menekankan “waktu, tenaga, biaya yang tidak terbuang percuma”. Akan tetapi ia juga tidak pernah melepaskan makna “melakukan sesuatu dengan baik dan tepat”.
Ibarat mahasiswa ngekos di Kota Malang. Efisiensi adalah ketika uang bulanan ternyata turun, maka ia pindah dari kos ber-AC ke kos yang hanya difasilitasi kipas angin. Lalu, yang awalnya makan mengandalkan katering sehat, berpindah jadi masak sendiri.
Mungkin ini contoh yang subjektif karena buat badan saya, AC di Kota Malang masih merupakan sebuah hal yang lewah (dan saya cukup lama di kota ini, bukan hanya untuk rekreasi).
Tapi, begitulah. Pindah dari kos ber-AC ke kos berkipas angin dan beralih dari katering ke masak sendiri, adalah efisiensi karena tidak mengurangi kualitas ia untuk berkuliah/bekerja di rantauan. Outputnya tetap sama, memiliki tempat tinggal yang nyaman dan bisa makan dengan baik.
Ini berbeda jika karena uang bulanan turun, ia pindah dari kos ber-AC ke kos yang hanya memiliki pintu tanpa ventilasi satu pun, apalagi jika masih mempertahankan langganan katering sehatnya itu.
Ketika tujuan tak mampu tercapai, maka itu bukan efisiensi
Sempitnya, efisiensi adalah ketika input turun tetapi output tidak mengalami penurunan. Jika contoh mahasiswa ngekos tadi mengalami penurunan uang bulanan dari yang ngekos di kos ber-AC sampai hanya bisa numpang tinggal dan makan dari satu teman ke teman lain, misalnya, itu bukan efisiensi lagi.
Ketika output dari BMKG yang tadinya bisa cepat mengabarkan gempa dan memperingatkan tentang bahaya tsunami menjadi terganggu atau bahkan tidak bisa, itu bukan efisiensi. Input turun, output amblas. Sudah di luar makna efisien.
Pengetatan anggaran yang terasa sampai bawah tapi kunjungan kenegaraan perlu hingga enam pesawat dan ditambah pula enggan menaiki mobil selain jenama tertentu, jelas ini bukan efisiensi anggaran.
Agar tidak terdengar jahat
Tampaknya, mungkin memang ada kesengajaan digunakannya kata “efisiensi”. Agar tidak terdengar jahat-jahat amat, mungkin? Entah apa seharusnya jika bukan efisiensi anggaran, karena sejujurnya saya hanya terpikir kata “kesembronoan”. Tapi, menurut saya, hal yang baik dan harus disegerakan untuk menyebut ini dengan kata lain selain “efisiensi”, meski dimulai dari kita yang masyarakat biasa saja ini. Misalnya, sebut saja “pengurangan anggaran”. Apapun, jangan efisiensi. Karena ini bukan efisiensi dan tidak efisien.
Sebab, bayangkan, jika makna efisiensi terus dan terus bergeser. Orang-orang berkeluarga yang tidak bertanggung jawab lalu mengabaikan kewajibannya menafkahi atas nama efisiensi juga bisa jadi, tidak terelakkan.
Apakah saya mengeskalasikan keadaan terlalu cepat? Saya rasa, tidak. Kita sudah melihatnya terjadi pada frasa “tegak lurus”. Frasa yang tadinya hanya bermakna “berdiri tegak membentuk sudut 90°; garis tegak”, kini tercatat memiliki makna lain yang bertolak belakang: searah, sejalan, istikamah—malah seperti makna dari “paralel”.
Sementara, KBBI tidak (benar-benar) salah karena ia hanya merekam apa yang dipahami oleh masyarakat luas. Sehingga, jangan biarkan suatu waktu, KBBI mencatat perubahan makna efisiensi ini.
Penulis: Annisa R
Editor: Rizky Prasetya



















