• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Berdebat dengan Dosen yang Tak Mau Kalah Perihal ‘NKRI Harga Mati’

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
25 Februari 2021
A A
Berdebat dengan Dosen yang Tak Mau Kalah Perihal 'NKRI Harga Mati' terminal mojok.co

Berdebat dengan Dosen yang Tak Mau Kalah Perihal 'NKRI Harga Mati' terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Suatu hari ketika mengikuti mata kuliah postmodernisme, dosen saya memberikan tugas kelompok kepada mahasiswanya. Kebetulan kelompok saya mendapatkan tema studi analisis wacana pada kala itu sehingga muncul topik seputar “NKRI harga mati”. Sebuah tema yang agak susah-susah gampang, tergantung yang melakoni saja.

Untuk topik yang dikaji sendiri, dosen sebenarnya nggak menentukan. Mahasiswa dibebaskan untuk memilih topik apa pun sesuka hati mereka, yang terpenting tetap menggunakan perspektif postmodernisme.

Sebab kelompok saya mendapatkan bagian studi analisis wacana, akhirnya saya tebersit untuk menganalisis wacana “NKRI harga mati”, yang menurut saya ini merupakan wacana yang cukup langgeng dan sangat populer di telinga masyarakat Indonesia.

Sempat teman kelompok saya sedikit ragu dengan topik yang akan saya angkat. Pasalnya topik tersebut terlalu berbau unsur sara atau mungkin terlalu sensitif baginya. Namun, saya berusaha menegaskan kepadanya, selagi memiliki data atau sumber yang dapat dipercaya, lantas kenapa harus ragu mengkajinya? Toh, ini juga ruang akademik, bukan ruang adu ayam jago.

Oke, singkat ceritanya hingga pemaparan hasil riset, masih belum ditemui halangan yang berarti menurut saya. Justru, saat pemaparan hasil riset tersebut, di bagian slide akhir ppt, saya sisipkan quote bang Rocky Gerung, “NKRI harga mati. Harganya berapa? Matinya kapan?” Bukannya apa-apa, saya hanya ingin merangsang atau senggaknya menggugah dialog kepada mahasiswa mengenai wacana ini, alias ngajak tawuran argumen secara nggak langsung.

Setelah pemaparan hasil riset, tampaknya apa yang saya harapkan akhirnya terwujud, bahkan mungkin di luar ekspektasi saya. Pasalnya, yang mempertanyakan hasil riset saya bukan hanya mahasiswa, melainkan dosen pengampu mata kuliah juga ikut campur tangan. Bahkan beliau seolah-olah nggak terima secara pribadi atas hasil riset saya.

Jadi, dalam riset saya menunjukkan bahwa wacana “NKRI harga mati” itu dicetuskan oleh seorang ulama yakni KH. Moeslim Rifa’I Imampuro, atau biasa disapa dengan Mbah Liem.

Nah, di titik inilah dosen saya nggak terima. Bukan soal makna dari wacana tersebut, melainkan beliau nggak sepakat jika pencetus wacana “NKRI harga mati” itu adalah seorang ulama, bahkan lebih khususnya Mbah Liem.

Pasalnya beliau secara tegas mengakui bahwa ia tahu betul sosok Mbah Liem sehingga beliau merasa nggak mungkin jika Mbah Liem yang menjadi pencetus wacana tersebut. Selain itu, dosen saya juga menguatkan pendapatnya dengan melempar sosok pencetus wacana ke tokoh lain bahwa pencetus wacana “NKRI harga mati” itu merupakan seorang politikus partai, yang kebetulan saya lupa namanya.

Padahal asal kalian tahu bahwa dalam setiap argumen saya di hasil riset tersebut berlandaskan data dan sumber yang dapat dipercaya. Terutama informasi sosok Mbah Liem sebagai pencetus wacana tersebut memiliki cukup banyak sumber, salah satunya yang saya temui yakni informasi yang diberitakan oleh Detik News.

Saya menduga mungkin saja dosen saya terlalu terikat oleh moral unggah-ungguh kepada sosok ulama sehingga argumen saya mengenai Mbah Liem langsung nggak disepakatinya. Mirisnya, beliau nggak menampilkan data yang memperkuat argumennya, beliau hanya menjelaskan bahwa beliau tahu betul sosok Mbah Liem sehingga beliau merasa nggak mungkin mbah Liem melakukan itu.

Apa yang dilakukan dosen saya ini bukankah malah melunturkan nilai objektivitas suatu riset? Bukankah terlalu subjektif jika mengunggulkan moralitas pribadi? Bukannya saya amoral atau bagaimana. Hanya saja ini ruang akademik, lo. Masak iya begitu?

Sempat eyel-eyelan itu memanas, hingga akhirnya dosen saya dengan otoritasnya sebagai seorang dosen mengambil alih forum kuliah dan menyuruh kelompok saya untuk menutup hasil risetnya sembari berdalih bahwa pencetus wacana “NKRI harga mati” adalah seorang politikus partai, bukan mbah Liem.

Mulai dari situ saya sedikit sadar bahwa pendidikan kita terlalu tegak lurus pada satu pandangan, bahkan lingkungan kampus sekalipun yang katanya memiliki prinsip kebebasan berpendapat. Apalagi ketika mata kuliah postmodernisme saat aliran filsafat tersebut semestinya berprinsip plural, bukan tunggal. Halah, omong kosong semua!

BACA JUGA Panduan untuk Berdebat dengan Dosen yang Konservatif dan Moderat dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: berdebat dengan dosenkeresahan mahasiswaperkuliahan

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

agen perubahan

3 Sisi Positif Ngomongin Dosen yang para Mahasiswa Perlu Tahu

31 Mei 2021
Susahnya Punya Dosen yang Pro Presiden, tapi Selalu Merasa Netral mojok.co/terminal

Susahnya Punya Dosen yang Pro Presiden, tapi Selalu Merasa Netral

10 Maret 2021
Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik terminal mojok.co

Tipe-tipe Dosen Ketika Mahasiswanya Protes Nilai Akademik

28 Februari 2021
Entah Kenapa Mendengar Nama Kota Lamongan Saja Sudah Bikin Lapar mojok.co/terminal

Jurusan Perikanan Dibilang Jurusan Lalapan dan Katanya Bernasib Tidak Sedap

24 Januari 2021
Saya Mahasiswa Ushuluddin yang Masa Depannya Dipertaruhkan oleh Mulut Tetangga terminal mojok.co

Saya Mahasiswa Ushuluddin yang Masa Depannya Dipertaruhkan oleh Mulut Tetangga

22 Desember 2020
Titik di UNS Solo, ISI, dan Sekitarnya yang Perlu Dihindari karena Bikin Muntab terminal mojok.co

Titik di UNS Solo, ISI, dan Sekitarnya yang Perlu Dihindari karena Bikin Muntab

10 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Memetakan Perjalanan Orang Tua Mencari Pendidikan Berkualitas untuk Anak terminal mojok.co

Memetakan Perjalanan Orang Tua Mencari Pendidikan Berkualitas untuk Anak

Secercah Hidayah dari Kursi Bioskop yang diberi Jarak terminal mojok.co

Secercah Hidayah dari Kursi Bioskop yang diberi Jarak

Niat Nabung Malah Jadi Boros, Sejak Hadirnya M-Banking Sialan di Hidup Saya terminal mojok.co

ATM Setor Tunai dan m-Banking Sialan Adalah Bahaya Laten Keuangan Saya



Terpopuler Sepekan

Masa Jabatan Kepala Desa 9 Tahun? Nggak Kapok Punya Pimpinan Nggak Becus?
Pojok Tubir

Nggak Usah Berisik, Perpanjangan Masa Jabatan Kades Sudah Benar kok!

oleh Moh. Rofqil Bazikh
6 Februari 2023

Nggak usah kemrecek!

Baca selengkapnya
Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

Dosa Penjual Lumpia Semarang yang Bikin Lumpianya Bau Pesing

6 Februari 2023
5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Februari 2023
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=p4e22R45FOg

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!