Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Berdamai dengan Corona Sama Saja Berdamai dengan Pemerintah Inkompeten

Aris Rahman P. Putra oleh Aris Rahman P. Putra
19 Mei 2020
A A
Cerita Prihatin yang Mungkin Dipahami Pedagang Pinggir Jalan Ketika Hujan terminal mojok.co

Cerita Prihatin yang Mungkin Dipahami Pedagang Pinggir Jalan Ketika Hujan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saat saya sedang mengerjakan tulisan ini, total sudah sebulan lebih saya sama sekali tak keluar rumah kecuali buat urusan yang sangat mendesak semisal: membeli makanan, mengambil uang di ATM, memeriksakan kuping yang tuli sebelah, atau membeli kuota internet.

Bulan ini adalah bulan terakhir saya bekerja. Itu artinya, bulan ini adalah bulan terakhir saya bakal memperoleh uang. Beruntung saya memutuskan mudik lebih dini (jauh sebelum corona berada di tahap parah-parahnya) dengan mengendarai motor sejauh ratusan kilometer dari Yogyakarta menuju Surabaya. Setidaknya, dengan berada di rumah bersama dengan orang tua, saya bisa jauh lebih berhemat sekaligus sedikit tenang menghadapi pagebluk yang entah kapan akan berakhir ini.

Konsekuensinya, saya mesti masuk daftar ODP dan menjalani karantina selama empat belas hari. Tapi apa boleh buat. Dalam kondisi saya, mudik jelas adalah hal paling masuk akal yang bisa saya tempuh ketimbang terlantar di perantauan sebatang kara menghadapi hari depan yang begitu mengkhawatirkan.

Kedua orang tua saya tinggal di suatu kampung di Surabaya. Hanya berdua, sebab saya anak semata wayang. Bapak dan Ibuk sehari-hari mencari uang dengan berdagang kaki lima. Dan merebaknya kasus corona jelas memberikan dampak yang lumayan besar terhadap penghasilan mereka berdua.

Sebelum berlakunya PSBB di kawasan Surabaya Raya, penghasilan mereka sudah tak sebesar biasanya karena banyak pelanggan tak lagi bekerja, entah dengan alasan dirumahkan dan macam-macam lainnya. Sesudah PSBB diberlakukan, penghasilan Ibuk dan Bapak menjadi nol besar. Mereka tak lagi dapat berjualan dan memutuskan untuk di rumah saja mengikuti anjuran pemerintah sembari mencoba bertahan hidup dengan sisa uang yang dimiliki dan sedikit gaji saya yang masih tersisa. Yang patut disyukuri, setidaknya sampai sekarang ini, saya dan sekeluarga tak sampai perlu khawatir untuk perkara makanan untuk setidaknya dua bulan ke depan. Dan rezeki sering datang dari arah yang tak terduga-duga.

Ada seorang tetangga yang cukup berbaik hati memberi kami dan beberapa warga lain nasi bungkus. Saat buka puasa, musala dekat rumah terkadang memberi nasi kotak. Sementara Bapak, yang untuk sementara waktu tak dapat berjualan, menghabiskan waktunya seharian memancing di sungai depan rumah. Sudah dua kali ini Bapak berhasil menggondol ikan sebesar pahanya. Saking besarnya, seusai memasaknya, Ibuk membagi dengan beberapa tetangga. Sisanya kami jadikan lauk makan selama tiga hari berturut-turut. Beberapa hari lalu sebuah mobil pikap masuk ke kampung sambil membagi-bagi sembako. Bukan dari pemerintah, tapi dari perusahaan swasta. Meski jumlahnya terbatas, bagi orang yang tak punya penghasilan sama sekali, ini sedikit melegakan. Listrik kami sudah tak perlu lagi membayar sebab peraturan pemerintah. Bantuan sembako dari pemerintah sendiri datang tak lama berselang. Tepatnya dari Pemerintah Kota Surabaya.

Berangkat dari hal tersebut, rasanya bohong sekali kalau saya mengatakan pemerintah sama sekali tak melahirkan kebijakan yang baik di masa pandemi ini. Kebijakan semacam pemberian sembako (meski pembagiannya masih jauh dari optimal) dan pembebasan dan pemotongan biaya listrik untuk kategori tertentu sangat layak untuk diberi apresiasi. Meski pelaksanaannya masih jauh dari memuaskan, hal-hal tersebut adalah hal yang riil saya rasakan dan lumayan meringankan beban. Akan tetapi, terlalu naif juga apabila mengatakan kerja pemerintah baik-baik saja.

Penanganan corona sama sekali belum menampakkan perkembangan yang membahagiakan. Kasus masih saja terus bertambah di beberapa daerah dan belum menampakkan tanda-tanda akan melandai.

Baca Juga:

Terserah kalau Pemerintah Suka Bikin Istilah-istilah Baru, seperti PSBB hingga PPKM

Apa sih Pentingnya Meminta Terawan Tampil ke Publik?

Di Jakarta, penerapan PSBB sedikit mulai memperlihatkan hasil, meski kita tak boleh buru-buru merayakannya sebagai sebuah kemenangan mengingat bisa jadi penurunan kurva tersebut hanyalah ilusi dari pengetesan yang masih rendah.

Surabaya Raya sendiri baru memulai PSBB-nya agak terlambat karena transmisi lokal sudah terjadi dengan masif jauh sebelum pemberlakuan PSBB. Hal ini mulai sedikit tersingkap dengan pertambahan kasus yang cukup besar tiap harinya. Dan yang agak mulai mengkhawatirkan, bila tak segera ditangani dengan baik, Jawa Timur pada umumnya, dan Surabaya pada khususnya, akan menjadi episentrum penyebaran corona yang baru. Saya tentu berharap hal tersebut tak benar-benar terjadi.

Akan tetapi, belakangan ini, pemerintah pusat masih saja sempat-sempatnya mengeluarkan pernyataan yang membingungkan (sekaligus menyebalkan) masyarakat. Munculnya wacana pelonggaran PSBB jelas kontraproduktif terhadap upaya penghentian penyebaran corona di daerah-daerah mengingat dalam kondisi normal PSBB saja, pertambahan angka kasus positif masih cukup tinggi tiap harinya. Tanggal-tanggal menuju “hidup normal” telah ditentukan seolah-olah virus corona telah benar-benar enyah dan dipastikan akan menurut dengan jadwal yang ditetapkan pemerintah tersebut. Padahal, beberapa daerah baru saja memulai pertempurannya dengan menerapkan PSBB, sehingga wacana pelonggaran benar-benar menjadi sangat mengkhawatirkan.

Yang mengesalkan lagi, dalam sebuah video yang diunggah oleh Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis, 7 Mei 2020, Bapak Presiden kita yang teruwuwu, Pak Jokowi, mengucapkan hal menggelikan. Beliau mengimbau masyarakat untuk mulai belajar untuk berdamai dengan corona.

Pernyataan yang sedikit gegabah sekaligus agak angkuh karena sejak awal masyarakat sudah terbiasa berdamai dengan segala macam kepahitan hidup yang diderita tanpa berharap banyak kepada pemerintah, juga berdamai dengan kenyataan selalu dijadikan kambing hitam (perhatikan berapa seringnya Juru Bicara penanganan Covid-19 mengucapkan “masyarakat tidak patuh” sebagai biang keladi terus bertambahnya kasus positif corona) atas inkompetensi pemerintah dalam menangani kasus corona ini.

Tapi sebagaimana kita juga tahu, bahwa rasa damai, seperti halnya kesabaran, juga memiliki batas. Bila pemerintah tak kunjung mampu meyakinkan masyarakat bahwa kasus corona akan dapat mereka tangani dengan baik. Dan pemerintah masih saja terus-terusan menyalahkan rakyat atas inkompetensinya. Saya takut sekali akan ada satu titik di mana masyarakat benar-benar sudah bosan dengan segala imbauan pemerintah, dan sepenuhnya tunduk dengan naluri purbanya untuk bertahan hidup.

BACA JUGA Orang yang Nggak Mau Pakai Masker dan Bilang Kalau itu Haknya, Masuk Akal Nggak sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Mei 2020 oleh

Tags: berdamai dengan coronapsbbwabah corona
Aris Rahman P. Putra

Aris Rahman P. Putra

ArtikelTerkait

karya fiksi UT kuliah ekonomi kuliah sastra kuliah online mahasiswa s-1 dan s-2 Sebagai Penulis, Saya Sering Disangka Romantis dan Bisa Menjadi Sekretaris kuliah online

Satu Semester di Rumah, IPK Ditentukan oleh Kecepatan Sinyal, Mending Kuliah Online Bubar Aja

7 Juni 2020
setya novanto bebas revisi pp 99 2012 yasonna loaly bebas umur 64 tahun penjara sukamiskin

Daftar Kegiatan Setya Novanto jika Jadi Dibebaskan Berkat Revisi PP 99/2012

7 April 2020
cara daftar kartu prakerja siapa saja yang bisa ikut apa manfaat tujuah phk mojok

Ingin Mendaftar Kartu Prakerja tapi Bimbang

16 April 2020
khofifah indar parawansa gubernur jawa timur risma tri rismaharini wali kota surabaya sinetron konflik mobil tes pcr wabah corona mojok.co

Konflik Khofifah-Risma Adalah Contoh Sinetron yang Baik

2 Juni 2020
tren bersepeda di tengah pandemi wabah corona tren olahraga mojok.co

4 Alasan Orang Tiba-tiba Suka Bersepeda Belakangan Ini

11 Juni 2020
istilah new normal salah diganti adaptasi kebiasaan baru mojok.co

Pemerintah Akui Istilah New Normal Salah. Lho, Bukannya Sudah Serbasalah sejak Awal?

19 Juli 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.