Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Beratnya Menjadi Guru TK di Desa: Pendidikan Harus S1, tapi Gaji Cuma 300 Ribu

Andre Rizal Hanafi oleh Andre Rizal Hanafi
3 Juli 2025
A A
Beratnya Menjadi Guru TK di Desa: Pendidikan Harus S1, tapi Gaji Cuma 300 Ribu

Beratnya Menjadi Guru TK di Desa: Pendidikan Harus S1, tapi Gaji Cuma 300 Ribu

Share on FacebookShare on Twitter

Di negeri yang sering bilang “pendidikan adalah fondasi bangsa”, ada kenyataan yang bikin ngelus dada, yaitu kisah dari guru-guru TK di desa, yang katanya fondasi paling awal dalam dunia pendidikan. Ternyata, nasib gurunya masih harus berjuang hidup dengan cara-cara yang bahkan nggak masuk logika ekonomi sederhana.

Padahal, untuk bisa jadi guru TK sekarang syaratnya lumayan ketat. Harus lulusan S1 Pendidikan Guru PAUD adalah salah satu syarat yang wajib dipenuhi, itu pun belum tentu masuk Dapodik sekalipun sudah bekerja.

Sekarang, bayangkan seperti ini: kuliah 4 tahun, bikin skripsi, bayar UKT, dan ikut PPL ke sana kemari. Tapi setelah lulus dan ngajar, nasibnya seperti main lotre. Kadang beruntung, tapi lebih sering dapat zonk.

Jenis TK berbeda, nasib sama

Di desa-desa, di Kabupaten Kendal misalnya, TK itu biasanya ada dua jenis. Pertama, TK milik pemerintah desa. Kedua, TK milik yayasan biasanya berbasis keagamaan. Ada yang di bawah naungan NU, ada juga milik Muhammadiyah.

Secara tampilan, semua kelihatan rapi, dan penuh dengan kata-kata bijak. Tapi di balik papan nama dan baliho, nasib guru-gurunya nggak seindah poster motivasi. Mereka tetap harus menjalani hidup yang sangat bergantung pada keikhlasan dan mie instan.

Bayangkan, sudah lulus kuliah, mengajar anak-anak dari pagi sampai siang, anak-anak ini bahkan belum bisa cebok sendiri para guru ini digaji cuma 300 ribu rupiah per bulan. Itu pun belum tentu lancar. Kadang telat, kadang nggak turun sama sekali, tergantung orang tua murid bayar SPP atau enggak.

SPP TK di desa memang murah, biasanya 30 sampai 50 ribu per bulan. Tapi ya namanya juga kondisi ekonomi desa, banyak yang telat, bahkan ada yang nggak bayar sampai anaknya lulus. Guru TK mau tidak mau harus mengikhlaskan. Bagi mereka, yang penting anak (mau) sekolah dulu. Urusan pembayaran, nanti saja, atau malah tidak dipikir.

Inilah realitas yang terjadi di desa-desa. Yang tidak tersorot lampu terang, tak terjamah tangan-tangan dermawan.

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Kantin Sekolah Adalah Penyelamat Guru yang Gajinya Rata dengan Tanah

Guru TK kerjanya kelewat banyak

Pekerjaan guru TK di desa itu paket lengkap. Bukan cuma mengajar, tapi juga jadi baby sitter, cleaning service, konselor anak, kadang jadi tempat curhat orang tua murid, bahkan kadang jadi penitipan anak dadakan.

Anak-anak nggak bawa bekal? Ya gurunya yang ngasih. Lupa bawa pensil warna? dipinjemin. Nggak punya uang saku? Mintanya ke guru juga. Gaji 300 ribu harus kuat menopang kebutuhan darurat murid satu kelas. Belum lagi urusan seragam yang belum lunas sampai akhir tahun. Ya sudah, diikhlaskan demi kelulusan anak-anak yang tenang tanpa beban mental untuk belajar.

Ada juga yang rumahnya dijadikan penitipan anak dadakan. Anak dititip jam tujuh pagi, dijemput jam empat sore. Kalau orang tuanya baik, kadang ngasih tambahan uang. Tapi lebih sering cukup dengan ucapan, “Makasih ya, Bu,” sambil pulang bawa motor matic keluaran terbaru.

Ini bukan cerita satu-dua orang. Hampir di semua TK desa, guru TK harus jadi superwoman yang tahan banting. Kalau superhero Marvel punya jubah, guru TK cukup pakai sabar dan mie instan ujung bulan sebagai kekuatan utama.

Defisit anggaran, gaji nunggak, kontrak digantung

Sejak kabar efisiensi anggaran (yang tentu saja berujung defisit), keadaan makin pelik. Di Kendal misalnya, banyak program pembangunan ditunda, termasuk urusan gaji PNS, kontrak dan honorer. Tahun lalu, gaji guru TK kontrak sempat ditunggak.

Tahun ini, kontrak belum diperpanjang. Ya otomatis, gaji nihil.

Banyak guru TK mulai bingung. Ada yang jualan kecil-kecilan, buka warung, jualan baju preloved. Ada juga yang cuma bisa pasrah, sambil berharap ada keajaiban. Karena nggak tahu juga harus mengadu ke siapa. Pemerintah daerah lagi puyeng. Masyarakat maunya tetap ada event, pembangunan jalan, dan pengajian akbar. Tapi duit Kas daerah nggak ada.

Kalau bupati yang baru terpilih ini saat diem, dianggap nggak kerja. Tapi kalau fokus menyelesaikan pembayaran gaji pegawai, dibilang nggak punya visi. Ya terus Bupati harus bagaimana ?

Isu Outsourcing Guru TK

Belakangan ada isu bahwa guru TK bakal dialihkan jadi tenaga outsourcing. Kayak satpam dan cleaning service. Bukan merendahkan profesi lain ya, tapi bayangkan guru yang ngajari anak mengenal huruf, ngajari buang sampah di tempatnya, bahkan kadang nyuapin dan nyebokin, disamakan dengan tenaga lepas harian.

Di Finlandia, guru PAUD digaji tinggi dan dihormati. Di sana, pendidikan usia dini dianggap sebagai pondasi utama. Tapi di sini, guru TK digaji 300 ribu dan masih diminta sabar. Katanya, “ngajar itu ladang pahala.” Ya benar, tapi pahala nggak bisa buat beli gas elpiji dan beras 3 KG.

Jadi, solusinya apa?

Sederhana saja. Kalau belum bisa mengangkat semua guru TK jadi PNS, ya setidaknya beri mereka gaji layak dan dibayar rutin. Jangan sampai guru TK harus minjam ke pinjol cuma buat bertahan hidup sambil tetap tersenyum di depan anak-anak.

Pemerintah juga perlu menertibkan pengelolaan TK berbasis yayasan. Meski atas nama agama, jangan sampai urusan dunia seperti gaji guru disepelekan. Nabi pun ngajarin keadilan soal upah. Dan yang paling penting, masyarakat juga harus sadar. Bahwa mendidik anak itu bukan cuma soal menitipkan. Tapi ada guru yang berjibaku setiap hari, yang berhak diapresiasi.

Jangan cuma pengin anaknya pinter, sopan, dan hafal doa-doa, tapi pelit kasih apresiasi ke orang yang tiap hari mendidik dan mengasuh.

Guru TK itu bukan manusia setengah malaikat. Mereka tetap butuh makan, sabun, dan pulsa. Kalau bangsa ini benar-benar serius soal pendidikan, ya mulailah dari mereka. Dari tangan-tangan lembut guru TK-lah, karakter bangsa dibentuk sejak dini.

Kalau terus dibiarkan ya jangan salahkan kalau nanti negeri ini tumbuh di atas pondasi yang rapuh. Karena yang membangunnya, dipaksa bertahan hidup dengan 300 ribu sebulan, tanpa jaminan, tanpa kejelasan.

Kalau kamu punya adik, anak, atau keponakan yang sekolah di TK desa, cobalah sekali waktu titipkan juga rasa terima kasih untuk gurunya. Nggak harus dalam bentuk uang, cukup 1 gelas es teh jumbo dan obrolan ringan, barangkali bisa jadi pengganti THR yang tak kunjung datang.

Karena sejatinya, bangsa ini dibentuk bukan cuma dari bangunan megah dan janji politik, tapi dari ruang kelas kecil, lantai beralas tikar, dan suara lembut guru TK yang sabar menyanyikan lagu “Balonku” tiap pagi.

Penulis: Andre Rizal Hanafi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Guru TK: Gajinya Kecil Nggak Papa yang Penting Masa Depan Anak Baik

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Juli 2025 oleh

Tags: gaji guruguru TKS1 paud
Andre Rizal Hanafi

Andre Rizal Hanafi

Pemuda dari Kendal yang dulunya kuliah perhotelan tapi sekarang lebih sering nulis dan tidur siang. Bisa diajak diskusi soal telur gosong dan masa depan yang gagal diracik.

ArtikelTerkait

Nadiem Makarim dan Teks Pidato untuk Hari Guru yang Penuh dengan Harapan Baru MOJOK.CO

Nadiem Makarim, Kita Lebih Membutuhkan Program Merdesa Belajar Sebelum Merdeka Belajar

28 Juli 2020
Derita Lulusan S2 Jogja, Dikasihani dan Ditolak Puluhan Sekolah (Unsplash)

Lulusan S2 Kesulitan Cari Kerja di Jogja: Ditolak Puluhan Sekolah karena NU dan Tidak Punya KTA Muhammadiyah Sampai Nggak Tega Ngasih Gaji Kecil

3 Agustus 2025
Mengenal SS 201, Terduga Bahan Nampan MBG yang Berbahaya dan Berpotensi Haram TK

MBG di TK: Niat Baik yang Realitasnya Cuma Bikin Ribet

24 September 2025
Guru Honorer Minggat, Digusur Negara dan Guru P3K (Unsplash)

Selamat Hari Guru untuk para Guru Honorer Bergaji 200 Ribu, Tenang, Masa Depan Masih Belum Terlihat Cerah

25 November 2024
Nyatanya Guru Tak Pernah Mulia, Sejak Dulu Isinya Hanya Luka MOJOK.CO

Guru Adalah Profesi yang dari Dulu Nyatanya Tidak Pernah Mulia karena Sejak Dulu Hanya Memberi Luka

8 September 2025
Guru SD Cuma Manusia Biasa tapi Dituntut Serba Bisa. Jangan Menaruh Ekspektasi Berlebihan pada Kami

Kalau Mau Cari Uang Jangan Jadi Guru, Terus Mereka Mau Makan Apa? Tenaga Dalam?

7 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.