Beberapa waktu yang lalu teman WhatsApp saya melayangkan story di WA-nya. Sepintas sebelum saya buka, semacam ada dekorasi pernikahan. Dan betul saja, setelah saya buka story-nya, ternyata teman saya tadi memposting foto temannya yang sudah menikah. Mesra dan indah kelihatannya. Alhamdulillah. Â
Saya langsung teringat, kalau beberapa waktu lalu, sempat ditanya sudah tunangan atau belum oleh tetangga saya. Blio juga bilang, jangan lama-lama tunangannya.
Enak aja ngatur-ngatur.
Jujur saja, saya itu belum siap menikah. Masih banyak pertimbangan yang bikin saya maju-mundur ngomongin pernikahan. Salah satunya adalah, saya nggak bisa bangun pagi. Ini serius.
Saya memahami satu hal ini: bangun pagi adalah kewajiban bagi orang yang sudah menikah. Bangun siang itu adalah kemewahan yang tak bisa didapat tiap hari. Katakanlah bisa bangun siang pun, standar siang harinya berubah. Bukan lagi bangun jam 10-11, tapi jam tujuh pagi itu sudah terhitung bangun siang. Jam-jam segitu, udah telat mau ngapa-ngapain.
Apalagi kalau masih numpang di rumah mertua. Aduh, bangun siang itu adalah cara paling tepat untuk tidak disukai oleh mertua. Asli.
Saya tahu saya nggak bisa bangun pagi karena melek sampai subuh. Kadang karena nonton Barcelona, tim bola yang mainnya jelek betul itu. Selain karena nonton Barcelona, ya buat scroll medsos. Duh, kek gini kok kepikiran menikah.
Bayangkan, kalau sekarang saya menikah, terus istri saya punya adik juga, dan ketika mau sekolah, minta diantar setiap pagi, lha cuman jadi masalah. Sayanya nggak bisa bangun, adik saya nggak sekolah. Ha mung remuk bakule rambak!Â
Baca halaman selanjutnya