Hidup sebagai warga Lampung tidak pernah mudah. Satu-satunya yang terkenal dari daerah yang terletak di sisi selatan Pulau Sumatera itu adalah begal Lampung. Sama sekali tidak bisa dibanggakan.
Hidup terasa semakin sulit bagi mereka yang tercatat sebagai warga Kecamatan Jabung. Pasalnya daerah itu terkenal sebagai kampung begal. Warga Jabung sering mendapat diskriminasi karena itu. Terutama ketika razia kendaraan di jalan raya. Polisi selalu menggeledah pengendara secara menyeluruh karena dicurigai membawa senjata tajam. Bahkan, seorang pemuda dari kecamatan itu pernah ditolak pekerjaan berkali-kali karena berasal dari Jabung.
Tidak sedikit warga Jabung yang mengubah domisili KTP-nya demi tidak dicurigai sebagai begal Lampung. Miris memang. Ulah sekelompok orang berpengaruh besar terhadap kehidupan banyak orang.
Sebenarnya persoalan begal Lampung sudah menjadi hal yang berlarut-larut atau sudah lama terjadi. Itu mengapa citra Lampung di mata warga daerah lain adalah gudangnya begal dan daerah yang berbahaya. Saya terkadang bertanya-tanya, kalau masalahnya sudah menahun, apa yang dilakukan pemangku kebijakan setempat selama ini ya?
Faktor ekonomi pemicu maraknya begal Lampung
Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah dengan tingkat kriminalitas cukup yang tinggi. Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang tinggi mendorong seseorang melakukan tindak kriminalitas seperti pembegalan. Mengutip data BPS 2023, tingkat kemiskinan Lampung mencapai 11,11 persen. Angka itu menjadikan lampung menduduki posisi ke-7 dari 10 provinsi termiskin se-Indonesia.
Kemiskinan berpengaruh pada jumlah begal Lampung secara tidak langsung terkonfirmasi saat pandemi Covid-19. Daerah yang terkenal akan banyaknya kasus begal, Lampung Timur, sempat mengalami kasus begal yang cukup signifikan pada periode 2017-2019, penurunannya mencapai 50-70 persen.
Akan tetapi, penurunan itu tidak berlangsung lama karena peningkatan kasus begal terjadi lagi setelah pandemi, hingga 30 persen. Diperkirakan pandemi mempengaruhi kondisi ekonomi sehingga warga kembali mencari penghidupan dengan menjadi begal.
Tidak ada upaya serius
Persoalan begal Lampung yang sudah puluhan tahun menunjukkan tidak ada upaya serius dari pemerintah setempat untuk memberantas tindakan kriminal yang satu ini. Memang sih ada langkah-langkah yang sudah diambil oleh kepolisian. Namun, strategi itu terbukti tidak efektif menyelesaikan masalah.
Upaya yang tidak serius ini diperburuk dengan oknum-oknum yang memang bekerja sama dengan para begal. Asal tahu saja, pada 2021 terdapat 2 oknum polisi yang tertangkap menjadi pelaku begal truk. Setelah diselidiki lebih dalam, 2 oknum ini ternyata bekerja sama dengan salah satu anggota DPRD di Lampung Utara. Wakil rakyat ini berperan membeli atau mendah mobil dump truk.
Sebagai seorang yang lahir dan besar di Lampung, saya sungguh berharap permasalah begal bisa benar-benar dituntaskan. Jangankan warga luar Lampung yang takut mengunjungi Lampung, saya sebagai warga setempat saja juga was-was bepergian di daerah sendiri. Lebih jauh dari itu, banyak warga di daerah tertentu yang mengalami diskriminasi karena begal yang tak kunjung diselesaikan.
Bukankah tidak adil hanya sekelompok orang saja yang melakukan tindakan kriminal, tapi satu daerah jadi kena getahnya. Saya berharap, mereka para pemangku kepentingan benar-benar serius menyelesaikan masalah ini.
Penulis: Sinta Febriani
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.