Ngekos selalu menjadi sesuatu yang menarik. Membayangkan bisa hidup sendiri, bebas tanpa kungkungan aturan yang ketat dari orang tua, lepas dari tanggung jawab di rumah, dan bisa seenaknya di kamar menjadi hal yang membuat ngekos menjadi aktivitas yang kayaknya bakal terasa menyenangkan.
Nyatanya nggak segampang itu. Selama 3,5 tahun saya ngekos, ada banyak banget hal yang membuat saya jengkel karena perilaku sesama anak kos lain yang kurang menyenangkan. Saya berusaha merangkum beberapa sifat penting yang wajib dimiliki anak yang pengin ngekos. Tujuannya tentu saja biar hidup kita barokah dan nggak merepotkan teman-teman lainnya.
Satu, Peka
Sifat penting yang bakal membuat kamu disenangi oleh warga sekitar ialah kepekaan. Hal ini karena kita bakal hidup seatap dengan orang-orang yang mungkin memiliki latar belakang yang berbeda dari kita. Ada beberapa hal sederhana yang menurut kita normal, tapi ternyata mengganggu untuk orang lain. Hal-hal sederhana seperti tidak memutar lagu keras-keras ketika malam hari, tidak memasang alarm yang mengganggu, membuang sampah pada tempatnya, dan memarkir motor dengan rapi, bisa jadi membantu tetangga kosan kita untuk bisa hidup lebih tenang dan damai.
Dua, Mandiri
Ngekos bukan hanya sekadar pindah rumah doang. Tetapi lebih dari itu, ia menuntut seseorang untuk lebih mandiri. Hal-hal kecil yang mungkin awalnya merupakan tugas orang tua ketika kita masih tinggal di rumah, seperti mencuci, menyapu, menyiapkan makanan, harus kita tangani sendiri ketika ngekos. Pun dengan urusan ‘orang dewasa’ lainnya, seperti servis motor, membayar pajak, langganan listrik dan air, bayar Wi-Fi, dan lainnya.
Bakal ada momen-momen menyebalkan ketika ngekos yang menuntut kemandirian kita. Salah satu momen yang membuat saya ngerasa terlatih kemandiriannya ialah ketika sakit di kosan. Percayalah, rasanya pengin balik rumah aja, karena paling nggak kalau di rumah bakal ada yang ngerawat. Ketika sakit di kosan, yaudah kita harus ke dokter sendiri, beli obat sendiri, disiplin mengonsumsi obat biar lekas sembuh, dan harus memaksakan diri untuk tetap beraktivitas kalau nggak mau hidup keteteran. Sakit di kosan adalah salah satu momen yang menurut saya paling mendewasakan dan membuat saya sadar pentingnya bisa hidup mandiri.
Tiga, Punya Tanggung Jawab
Di luar euforia karena akhirnya bisa menentukan hidup sendiri tanpa aturan ketat dari orang tua, ngekos juga menuntut seseorang untuk bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Salah satu contohnya ialah bertanggung jawab dalam mengelola keuangan pribadi. Permasalahan ini kayaknya sederhana tapi nyatanya tricky, buktinya banyak banget mahasiswa yang harus makan seada-adanya di akhir bulan karena nggak bisa manage keuangan dengan baik. Padahal, kalau kita mau lebih disiplin dalam mengatur keuangan kita, sebenarnya kita bisa kok hidup sejahtera selama ngekos.
Ada banyak banget tips finansial sederhana di internet yang bisa diikuti anak kosan. Selain itu, penting untuk memiliki tabungan pribadi. Sebab, kita nggak pernah tahu akan ada apa di depan sana. Saya pernah mendadak sakit asam lambung yang membuat saya harus periksa ke tiga dokter berbeda. Semuanya ngasih obat yang beda-beda dan harganya nggak murah. Untungnya saat itu saya masih memiliki sedikit tabungan yang bisa digunakan untuk biaya periksa.
Contoh lain adalah tanggung jawab dengan diri sendiri. Banyak teman kuliah saya yang nggak pernah masuk kelas pagi karena nggak bisa memaksa dirinya untuk bangun pagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk bolos kelas. Kalau udah kayak gini, kan kita yang rugi sendiri.
Empat, Memiliki Tenggang Rasa
Keluarga paling dekat ketika ngekos ya sudah pasti tetangga kosan. Mereka yang bakalan kita mintai tolong ketika sedang susah, misalnya minjem uang, minta tolong temenin periksa ke dokter, hingga jadi narasumber untuk kebutuhan tugas.
Jangan lupa buat membalas jasa tetangga kosan. Jangan lupa bantuin mereka kalau mereka lagi susah.
Ngekos bukan hanya masalah pindah tempat tidur aja. Lebih dari itu, ngekos adalah proses mengambil semua tanggung jawab yang berkaitan dengan diri sendiri dan berlatih mengerjakannya sendiri. Banyak kok yang gagal jadi anak kos yang baik, dimusuhin sama tetangga-tetangganya, dimarahin terus sama ibu kosnya, simply karena dia ngga bisa mengatur dirinya sendiri. Semoga kita ngga menjadi golongan yang demikian, ya.
BACA JUGA Dari Anak Kos Untuk Ibu Kos atau tulisan Ali Achmad Zainuri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.