Dalam beberapa bulan ini, saya begitu antusias dengan yang namanya tulis-menulis. Kegiatan menulis ini memiliki manfaat menambah pundi-pundi rupiah di rekening. Terlebih di tengah kondisi pandemi yang membatasi ruang gerak kita.
Bagi saya pribadi, kegiatan menulis bisa menjadi salah satu cara untuk bekerja atau berbisnis sembari stay di rumah. Bermodal laptop serta aliran ide di kepala, saya coba untuk merangkai kata demi kata. Entah itu itu terkait dengan pengalaman hidup atau tidak.
Selama menjalani kegiatan ini, entah mengapa saya merasa jika menulis sebenarnya memiliki manfaat bisa jadi ladang bisnis potensial di masa depan. Bukan tanpa sebab atau hanya sekadar firasat saja saya mengatakan hal semacam ini. Biar tak menimbulkan spekulasi, berikut saya paparkan alasannya hanya untuk Anda yang setia membaca tulisan ini.
#1 Tak perlu keluar modal banyak
Dalam melakukan kegiatan bisnis apa pun, para pelakunya tentu wajib mengeluarkan modal. Bisa sedikit, bisa juga banyak. Tergantung dari skala serta jenis bisnis yang ingin dibangunnya.
Melakoni kegiatan tulis-menulis juga membutuhkan modal. Hanya saja, modalnya tidak begitu berat atau banyak. Cukup dengan laptop atau komputer serta inspirasi yang mengalir di dalam otak, sudah sangat cukup untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Di samping itu, bentuk tulisan yang dihasilkan tak selalu harus selalu berdasarkan kejadian nyata atau fakta. Bisa juga tulisan yang dihasilkan tersebut mengambil referensi dari khayalan yang bermain di otak. Karya semacam ini biasa disebut sebagai fiksi.
Kalau ide di kepala lagi stuck, bisa diatasi dengan jalan-jalan atau berkontemplasi di tempat-tempat tenang agar aliran ide yang tersendat tersebut kembali lancar. Atau bisa juga dengan membaca buku atau lainnya.
#2 Bisa dilakoni siapa saja
Pada umumnya, berbisnis membutuhkan kemampuan negosiasi yang baik. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaring klien maupun customer sebanyak-banyaknya. Namun, bukan perkara mudah untuk bisa melakukan negosiasi secara tepat guna.
Tidak semua orang dianugerahi kemampuan berbicara yang baik. Walaupun bisa dilatih, hal tersebut tergolong rumit bagi kaum introvert seperti saya. Oleh karena itu, saya kemudian memutuskan untuk menjadikan kegiatan menulis sebagai bisnis alternatif.
Saya tidak perlu bertemu dengan orang secara langsung. Dalam kesunyian ruang, saya mulai menuangkan segala isi pikiran serta memori yang terpendam. Untuk memasarkan hasil tulisan yang dimuat, saya mengandalkan beberapa media sosial seperti Instagram, Facebook, dan LinkedIn.
#3 Perkembangan teknologi
Untuk bisa menghasilkan uang dari kegiatan menulis di era kiwari, para penulis sudah tak perlu lagi berkeringat darah mengirimkan naskah ke penerbit. Banyak kok website yang mau menerima tulisan dari para kontributor lepas atau yang bisa disebut sebagai freelance writer. Termasuk Terminal Mojok yang sekarang Anda baca ini tentunya.
Tak pandang bulu atau status pekerjaan, semua orang berhak mengirimkan buah pemikiran atau keresahannya ke platform ini. Termasuk Anda yang sedang membaca tulisan ini, boleh banget untuk mengirimkan karyanya di sini. Yang penting punya alamat e-mail aktif serta kemauan saja.
For intermezzo nih ya, Terminal Mojok sendiri merupakan sebuah platform yang menerima tulisan dari siapa pun. Jadi, kalau seandainya mau protes sama tulisannya, jangan pakai redaksi kalimat ke adminnya. Langsung saja tembak penulisnya.
#4 Tak akan tergantikan oleh robot
Dewasa ini, begitu banyak pekerjaan yang perlahan tergantikan oleh perkembangan teknologi. Contoh kecilnya bisa dilihat pada pintu-pintu tol zaman now. Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan petugas di pintu tol sudah terbilang sulit untuk ditemukan. Sebagai gantinya, para pengguna jalan tol hanya perlu menempelkan semacam kartu khusus di gerbang tol.
Di sisi lain, teknologi alias robotisasi memang memudahkan beberapa pekerjaan manusia. Terutama di bidang administratif yang pola pekerjaannya tergolong runut alias teratur. Di sisi lain, hal ini justru bisa melahirkan masalah baru yang bernama pengangguran. Dalam konteks ilmu ekonomi, pengangguran semacam ini disebut sebagai pengangguran teknologi.
Dari semua pekerjaan di muka bumi ini, penulis menjadi salah satu pekerjaan yang sulit digantikan oleh robot. Secanggih apa pun robot yang diciptakan manusia, ia tidak akan mampu mengalahkan otak manusia yang super canggih ini. Robot hanya bisa melakukan apa yang telah diperintahkan atau diprogram, sementara manusia bisa menciptakan sesuatu yang belum ada.
Menulis sendiri dapat dibilang sebagai proses penciptaan. Dari yang awalnya tidak ada menjadi ada untuk dilihat serta dinikmati. Menulis adalah sebuah kegiatan yang dilandasi dari hal-hal kompleks seperti pengalaman atau pemikiran. Hal tersebut tentu sulit dilakukan oleh robot.
Kegiatan bisnis menulis juga tak luput dari yang namanya risiko. Kalau boleh jujur, pendapatan murni seorang penulis pemula seperti saya memang tak begitu besar. Oleh karena itu, saya mungkin akan melirik sekaligus mencoba peruntungan sampingan yang sesuai dengan passion saya.
Meskipun demikian, saya begitu menikmati proses ini dan berusaha mensyukurinya. Siapa tahu kelak saya bisa sukses sebagai penulis seperti Mas Agus Mulyadi atau Mas Raditya Dika. Kalau nggak, ya asu…dahlah.
Yang paling penting, semoga tulisan ini bisa memotivasi atau menginspirasi bagi para pembaca sekalian. Terutama bagi penulis yang mungkin sedang membaca tulisan ini dan memiliki nasib yang sama seperti saya sekarang. Yok ayo, kita bisa yok!
BACA JUGA Apa yang Dipikirkan Penulis Pemula Saat Menulis Esai untuk Media Online? dan tulisan Muhammad Fariz Kurniawan lainnya.