Antara Kopi Nongkrong dan Kopikap, kopi cup mana yang worth to buy?
Tak hanya berhenti pada kemasan saset dan botolan, persaingan di dunia kopi juga merambah pada kemasan cup yang sering dijajakan di warung kelontong yang memiliki fasilitas WiFi 2000-an.
Setidaknya, saat ini ada 2 merek kopi cup yang mudah ditemui di warung-warung, yakni Kopi Nongkrong dan Kopikap. Keduanya sama-sama menawarkan kemasan 150 ml dan sama-sama menjual nama “Cappuccino” pada kemasannya.
Sebagai mas-mas yang gemar mencicipi kopi, saya pun mengadu kedua merek kopi cup tersebut. Fyi, keduanya saya cicipi setelah beberapa jam didinginkan di kulkas. Jadi, saya mencicipi Kopi Nongkrong dan Kopikap yang sudah dingin. Untuk mengetahui mana yang lebih unggul, berikut hasil battle antara Kopi Nongkrong dan Kopikap.
#1 Harga dan kemasan
Kopi Nongkrong dibanderol dengan harga Rp1.500 per cup. Kemasannya berbahan plastik rigid dan nggak mudah penyok.
Kopikap dibanderol dengan harga Rp1.000 per cup. Kemasannya cup plastik transparan yang rentan penyok sehingga kurang estetik untuk dijadikan objek foto.
#2 Aroma
Ketika mencicipi Kopi Nongkrong, saya nggak menghirup aroma kopi yang kuat, hidung saya malah menangkap aroma cappuccino instan yang sangat encer. Sementara itu, ketika mencoba Kopikap—yang konon katanya agak berbau apek—saya pun nggak menemukan aroma kopi yang kuat.
#3 Komposisi
Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, antara kedua merek kopi cup yang saya cicipi ini, keduanya mengusung embel-embel “cappuccino”. Mari kita pahami dulu apa itu cappuccino. Cappuccino merupakan seduhan kopi yang berisi 1/3 espresso, 1/3 susu steam, dan 1/3 foam susu. Artinya, harus ada komponen kopi dan susu dalam 1 sajian cappuccino.
Pada kemasan Kopi Nongkrong, di kolom komposisi tertulis kopi instan 0,45%, air, dan gula. Kebayang nggak encernya seperti apa? Sementara Kopikap menawarkan kopi instan yang lebih banyak, yakni 1,3%, air, dan gula. Meski begitu kopi masih terasa encer.
Sebenarnya, kedua kopi cup tersebut belum memenuhi syarat sah cappuccino lantaran dalam komposisinya nggak tertulis komponen susu. Saya jadi curiga, jangan-jangan kopi instan yang dimaksud dalam komposisi Kopi Nongkrong dan Kopikap adalah cappuccino instan sasetan. Meski begitu, keduanya sama-sama mengandung krimer nabati dan perisa sintetik.
#4 Rasa
Ketika diseruput, saya nggak menemukan rasa kopi dari Kopi Nongkrong. Mungkin karena komposisi airnya terlampau banyak dibanding dengan komposisi kopinya. Saya juga nggak mendapatkan rasa susu dari satu cup Kopi Nongkrong. Rasa manisnya juga terasa nanggung. Yang saya dapatkan dari kopi kemasan cup ini adalah rasa krimer yang kuat.
Selesai mencicipi Kopi Nongkrong, saya jadi kepikiran. Arti tagline “enaknya menggelora” seperti yang dikatakan Virzha jelas patut dipertanyakan. Apakah mungkin yang menggelora itu bukan kopinya, melainkan krimernya?
Sementara itu, rasa kopi pada Kopikap terasa lebih kuat dan nggak tertutup oleh rasa krimer. Meski begitu, saya nggak bisa menangkap unsur susu dalam kopi satu ini. Yah, setidaknya Kopikap masih menonjolkan sedikit rasa kopi dan rasa manis yang lebih pas.
#5 Kesimpulan
Baik Kopi Nongkrong dan Kopikap sama-sama belum memenuhi syarat sah cappuccino. Kopi Nongkrong memang unggul dalam hal kemasan, tetapi soal rasa kalah dari Kopikap. Harganya pun lebih mahal sedikit. Sedangkan Kopikap memang unggul soal rasa, namun kemasannya sering penyok. Mungkin karena kemasannya yang lebih “sederhana” ini membuat harganya jadi nggak terlalu mahal.
Dalam battle kopi cup kali ini, harus saya akui Kopikap sedikit lebih unggul karena rasa kopinya lebih terasa dan harganya lebih murah. Kalau kalian nggak setuju dengan saya, ya terserah. Soal rasa memang selera masing-masing. Yang penting jangan lupa mengecek tanggal kedaluwarsanya sebelum dibeli ya, Gaes.
Penulis: Dhimas Raditya Lustiono
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 6 Rekomendasi Kopi Saset Seenak Buatan Barista di Kedai Kopi.