Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Batas Usia Lowongan Kerja Wajib Dihapuskan, Nggak Ada Manfaatnya dan Bikin Susah Pencari Kerja!

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
15 Januari 2024
A A
Batas Usia Lowongan Kerja Wajib Dihapuskan, Nggak Ada Manfaatnya dan Bikin Susah Pencari Kerja!

Batas Usia Lowongan Kerja Wajib Dihapuskan, Nggak Ada Manfaatnya dan Bikin Susah Pencari Kerja! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Aturan batas usia lowongan kerja, bagi saya, wajib dihapuskan. Bikin susah, diskriminatif, plus malah bikin perusahaan sebenernya rugi.

Dinamika dunia kerja kian hari kian menarik untuk dikulik. Setidaknya, bagi saya yang sampai dengan saat ini masih bekerja sebagai rekruter. Pasalnya, persoalan yang dihadapi antara HRD dan pencari kerja semakin ruwet. Namun, di sisi lain, saat ini mulai banyak pencari kerja yang concern dengan persoalan yang belakangan kerap dihadapi.

Lantas, apakah ini tidak berbahaya bagi HRD dan perusahaan—karena artinya potensi pelamar kerja yang menuntut ini dan itu akan semakin tinggi?

Tentu saja tidak, Bung. Malah bagi saya, ini menjadi alarm tersendiri bagi dunia kerja—tak terkecuali HRD dan perusahaan—untuk segera berbenah dan bergerak ke arah yang lebih baik, sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

Belakangan, masalah yang kembali ramai didiskusikan adalah tentang batas usia lowongan kerja yang masih saja ada dan semakin menjadi-jadi. Betapa tidak, batas usia maksimal yang tertera antara 22 atau 25 tahun.

Sebagai sesama pekerja, saya nggak akan pernah bosan menyampaikan bahwa, hal tersebut nggak masuk akal. Pun sebagai rekruter yang terbiasa melakukan proses screening, wawancara kerja, hingga tahap lanjutan ke user, saya merasa keberatan jika ada user yang mulai menyinggung soal usia kandidat yang dianggap tidak produktif.

“Ketuaan, Mas.”

Dari yang sudah-sudah dan berdasarkan pengalaman, untuk posisi tertentu seperti supervisor atau team leader (dan yang selevel), sebagian user meminta kandidat yang usianya tidak lebih dari 35 tahun. Lebih dari itu, kurang diminati bahkan tidak butuh waktu lama untuk di-drop dan digantikan kandidat lain. Alasannya pun sangat tidak masuk akal, “Ketuaan, Mas.”

Ini menjadi bitter truth dari proses perekrutan yang, saya pikir, sudah semestinya diketahui oleh banyak kalangan. Biar ada perubahan. Ya, gimana ya. Bagi saya, alasan “ketuaan” sangatlah konyol. Nggak logis untuk menemukan seseorang yang punya pengalaman di bidangnya. Ayolah, para user. Saya cukup yakin kalian lebih baik dari itu.

Baca Juga:

Loker Management Trainee Membuat Orang Biasa Susah Masuk Perusahaan Impian: Nggak Semua Orang Ingin Jadi Manajer!

Realitas Pahit Lulusan Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Laris yang Susah Cari Pekerjaan

FYI, sebagian user menganggap bahwa golongan usia tertentu (dan dianggap masih muda), lebih cekatan, gesit, dan fresh secara ide/pemikiran. Namun, hal tersebut tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menolak secara serampangan kandidat dengan usia tertentu.

Batas usia lowongan kerja itu nggak masuk akal

Begini, Bung. Dalam proses perekrutan, sudah selayaknya yang diperhatikan adalah kecocokan kemampuan, pengalaman yang relevan untuk suatu posisi, atau paling tidak dinilai berdasarkan potensi yang dimiliki.

Jika diskriminasi usia atau ageism masih terus dilestarikan, bahkan oleh pekerja yang punya wewenang dalam proses perekrutan itu sendiri, saya pikir, kekesalan para pencari kerja akan persoalan ini memang valid dan layak untuk terus digaungkan. Dibuat bising. Agar regulasi soal diskriminasi usia semakin ketat dan jelas.

Biar lebih jelas, saya akan coba pertegas, kenapa ageism, sampai kapan pun, sama sekali nggak akan pernah masuk akal—wabil khusus di dunia kerja.

Pertama, dari sisi pencari kerja, berapa pun usianya, mereka layak dapat kesempatan yang sama untuk mendapat pekerjaan dan/atau penghasilan yang lebih baik. Kalau kata kebanyakan orang, sih, “Emang yang usianya lebih dari 25 tahun, nggak butuh duit, Bang?”

Dari sisi perusahaan atau HRD, juga bakal rugi. Saat saklek ingin merekrut calon karyawan dengan batas usia minimal, selamat, boleh jadi Anda menyia-nyiakan talenta terbaik untuk diajak bekerja sama.

Usia bukan tolok ukur tunggal

Kedua, dalam proses perekrutan sekaligus di dunia profesional, usia tidak bisa dijadikan penilaian akhir bahwa calon karyawan akan lebih matang secara sikap-pemikiran-pengambilan keputusan, siap bekerja, lebih rajin, loyal, dan hal banyak lainnya.

Itulah kenapa, wawancara untuk melakukan validasi pengalaman serta kemampuan yang dimiliki. Bila perlu lakukan tes pendamping sebagai pelengkap proses seleksi, akan lebih terukur. Dibanding hanya fokus menyeleksi kandidat berdasarkan kelompok usia tertentu.

Atau jangan-jangan, sebagian di antara Anda masih saja menggunakan tameng batas usia maksimal pada info lowongan kerja. Agar bisa mendapat calon pekerja dengan usia yang tergolong muda-minim pengalaman, yang katanya gampang diatur dan mau-mau saja ditawari benefit di bawah rata-rata, ya? Eh, ini termasuk bitter truth bagi Anda, ya? Iya?

Jangan-jangan, angka pengangguran tinggi gara-gara batas usia?

Ketiga, baru sebatas kecurigaan saya saja, sih. Jangan-jangan, salah satu alasan kenapa angka pengangguran di Indonesia sampai dengan saat ini masih tinggi, adalah karena batasan usia maksimal di banyak info lowongan kerja dianggap normal dan biasa. Barangkali, lho, ya.

Sebab itu, sejak awal sebagian pencari kerja nyalinya sudah ciut. Bahkan sebelum mereka memperkenalkan diri secara lisan di depan HRD. “Aduh, usia gue udah lewat batas maksimal. Pasti ditolak ini, sih,” mungkin begitu gumam banyak pencari kerja di luar sana.

Sampai kapan mau membiarkan hal ini terus berlangsung? Ini bukan soal mental lemah atau nggak siap bersaing, Bung. Anda sadar nggak, sih, dengan adanya batas usia maksimal pada info lowongan kerja, kelompok usia tertentu nggak diberi kesempatan? Bahkan langkahnya sudah di-skak sedari awal.

Kalau masih terus begini, saya nggak berharap banyak angka pengangguran di Indonesia akan menurun. Jika diskriminasi usia saja, sampai dengan detik ini masih dianggap bukan suatu masalah di dunia kerja, sih.

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Diskriminasi Adalah Virus, Salah Satunya Ageism yang Kuat Menjadi Budaya di Indonesia

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2024 oleh

Tags: batas usiaLowongan KerjaPengangguran
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Daripada Ngontrak, Mending Langsung Beli Rumah di Cikarang. Banyak Untungnya!

Daripada Ngontrak, Mending Langsung Beli Rumah di Cikarang. Banyak Untungnya!

17 Desember 2023
5 Pekerjaan Sampingan Karyawan yang Bisa Dikerjakan dari Kasur, Modalnya Receh tapi Hasilnya Bikin Senyum

5 Pekerjaan Sampingan Karyawan yang Bisa Dikerjakan dari Kasur, Modalnya Receh tapi Hasilnya Bikin Senyum

8 November 2025
mahasiswa selesai kompre, pengangguran

Buat Mahasiswa yang Baru Selesai Kompre dan Galau Nggak Bisa Ngelamar Kerja, Lakukan ini Aja

28 Mei 2020
Yang Menjengkelkan dari Rekrutmen Adalah Saat Recruiter-nya Menghilang terminal mojok.co

Tips Menjawab Pertanyaan tentang Kekurangan Diri saat Wawancara Kerja

14 Juli 2020
Tolong Hadiahkan Saya Lowongan Kerja Saat Sidang Skripsi, Nggak Usah Bunga atau Selempang! terminal mojok

Tolong Hadiahkan Saya Lowongan Kerja Saat Sidang Skripsi, Jangan Bunga atau Selempang Nama!

3 Juli 2021
Macam-macam Pribadi Manusia Saat Tradisi Gugur Gunung atau Kerja Bakti di Desa terminal mojok.co

Bercita-cita Memajukan Desa, Tapi Kerjanya di Kota

9 Juni 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.