Saya warga asli Bangkalan Madura dan sedih membaca cibiran terhadap kampung halaman tercinta. Beberapa tulisan di Terminal Mojok mengungkapkan tempat wisata Bangkalan yang kurang menarik, tukang parkir liar, kota tidak terawat, hingga ketertiban pedagang kaki lima. Satu sisi, semua keluhan-keluhan itu benar adanya, Bangakalan memang sedemikian problematik. Di sisi lain, saya nggak tega kabupaten ini jadi bahan olok-olokan.
Sebagai warga asli Bangkalan yang sehari-hari mengalami ketidaknyamanan itu, saya akan mencoba lebih solutif. Tidak melulu mengeluh pengelolaan daerah yang bobrok, saya akan mengajukan beberapa solusi. Semoga solusi-solusi ini bisa memberi pencerahan bagi pemerintah Bangakalan Madura.
#1 Bangkalan Madura perlu mencontoh Jember dalam mengelola daerahnya
Saya sebelumnya pernah menulis Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili. Di dalam tulisan itu saya mencoba membandingkan Bangkalan Madura dengan Jember. Itu mengapa, solusi pertama yang saya tawarkan adalah mencontoh Jember dalam memaksimalkan unit perawatan kota, yaitu Cipta Karya.
Saya sempat ngobrol dengan sepupu saya yang bekerja di Jember, tepatnya di bagian Cipta Karya. Berdasar hasil obrolan itu, saya melihat Jember memang benar-benar serius menggarap daerahnya melalui Cipta Karya di bawah Dinas PUPR. Tugas utama unit ini adalah membersihkan dan merawat keindahan kota, mulai dari taman, jalanan, dan monumen-monumen kota setiap hari.
Di Jember, setiap petak taman dan monumen sudah ada penanggung jawab secara profesional. Penanggung jawab tersebut digaji secara layak, kurang lebih Rp2,1 juta per bulan. Tugas utama mereka adalah membersihkan dan merawat taman mulai 06.00-10.00 WIB.
Keseriusan semacam inilah yang saya rasa dibutuhkan Bangakalan Madura. Sekarang coba lihat hasilnya pada Jember, nyaris tidak ada sisi kotor di Kota Karnaval ini. Terutama, di bagian taman dan monumen-monumen kota.
#2 Jaminan keamanan dan ketertiban pedagang kaki lima
Berbagai daerah di Indonesia ada pedagang kaki lima. Entah di kota-kota besar maupun daerah pelosok. Perbedaannya, beberapa daerah yang sudah ada kesadaran akan keindahan kota sudah mencoba melakukan penataan para pedagang ini.
Itulah yang tidak dimiliki Bangkalan Madura. Kesadaran akan keindahan kota masih rendah sehingga pedagang kaki lima dibiarkan begitu saja. Pembubaran pedagang kaki lima oleh satpol PP seperti yang selama ini dilakukan tidak memberikan dampak signifikan. Sebab, para pedagang akan kembali berjualan demi menyambung hidup.
Kabupaten di sisi barat Pulau Madura ini perlu segera menyadari masalah penataan pedagang kaki lima. Mereka tidak bisa sekadar dibubarkan tanpa diberi wadah baru. Lebih baik pemerintah Bangkalan Madura mengambil langkah penataan daripada pembubaran. Lokasi berjualan pedagang kaki lima perlu diatur dan mendapat jaminan keamanan. Dengan begitu, daerah menjadi lebih rapi dan tertata, sementara ekonomi warganya terus berputar.
Saya sempat mendengar kabar bahwa pemerintah sudah melakukan penataan perdagangan kaki lima di sekitar Gelora Bangkalan. Para pedagang diarahkan dari berjualan di pinggir jalan menjadi berjualan di area dalam stadion. Jelas ini awalan yang baik, hanya saja perlu dipikirkan bagaimana menarik lebih banyak pengunjung untuk masuk ke dalam stadion. Kabar sejauh ini, para pedagangan mengeluhkan omsetnya terus menurun karena sepi pengunjung.
Baca halaman selanjutnya: #3 Garis komando tukang parkir ….