7 Hal Biasa tapi Pemkab Bangkalan Madura Nggak Bisa Kasih buat Warga, Bukti kalau Kabupaten Ini Nggak Punya Apa-apa

7 Hal Biasa tapi Pemkab Bangkalan Madura Nggak Bisa Kasih buat Warga, Bukti kalau Kabupaten Ini Nggak Punya Apa-apa

7 Hal Biasa tapi Pemkab Bangkalan Madura Nggak Bisa Kasih buat Warga, Bukti kalau Kabupaten Ini Nggak Punya Apa-apa (unsplash.com)

Jika saya diminta untuk menyebutkan apa yang bisa dibanggakan dari Bangkalan Madura, sejujurnya saya bingung apa yang harus saya utarakan sebagai warga. Sebab melihat kondisi kabupaten ini, tak ada yang menarik di setiap sisi. Yah, meskipun katanya Bangkalan Madura masuk kawasan metropolitan, faktanya kabupaten ini lebih sering disebut kawasan tertinggal.

Untuk melihat ketertinggalan ini, saya tak akan bahas yang berat-berat, seperti bikin provinsi lah, masalah tambang, investor, atau yang lain. Di sini saya akan bahas hal-hal yang sebenarnya biasa saja, tapi sekelas Bangkalan Madura masih nggak punya dan nggak bisa!

#1 Sentra wisata kuliner tidak ada di Bangkalan Madura

Setiap saya berkunjung ke suata kota/daerah, bukan untuk berwisata, saya sering kali berkunjung ke SWK atau Sentra Wisata Kuliner. Entah untuk makan siang, atau ngopi menghabiskan waktu luang. Nah, sejauh ini saya tidak menemukan adanya SWK di Bangkalan Madura. Padahal ini akan memudahkan para pekerja, mahasiswa, atau pendatang mencari makanan/minuman murah.

Di Pamekasaan Madura saja misalnya, di sana ada Food Colony. Dengan adanya Food Colony, pada pedagang di Pamekasan kini tertata rapi, tidak berantakan seperti sebelumnya. Apalagi kalau di Surabaya, banyak sekali pilihan SWK di sana.

#2 Bangkalan Madura nggak punya tugu ikonik

Tugu menjadi penting sebagai identitas sebuah wilayah. Nah, saya rasa Bangkalan Madura gagal memiliki identitas ini. Misalnya, identitas kota salak yang juga berdiri tugu salak di Bangkalan. Apakah sudah menjadi ikon Bangkalan Madura? Sudah tidak, kan?

Lalu Tugu Bebas Tributa, apa masyarakat paham makna tugu ini? Saya rasa juga tidak. Ya, bagaimana bisa jadi dikenal masyarakat luar, bagi masyarakat lokal saja Tugu Bebas Tributa masih asing.

Coba tugu Bebas Tributa dibranding seperti tugu Pal Putih Jogja, pasti keren!

Baca halaman selanjutnya: #3 Bikin taman kota selain alun-alun…

#3 Bikin taman kota selain alun-alun

Bangkalan Madura juga kekurangan ruang publik. Taman kota yang nyaman saja hanya alun-alun. Itu pun terpaksa saya katakan nyaman karena tidak ada pilihan lain. Sebenarnya ada juga Taman Rekreasi Kota (TRK) di belakang stadion, tapi lebih terlihat seperti taman yang tidak terurus.

Oleh karena itu alun-alun menjadi pusat keramaian satu-satunya. Mulai dari orang berolah raga, berjualan, bersantai, bikin agenda kegiatan, dan lain sebagainya. Akhirnya, malah nggak nyaman karena terlalu ramai!

#4 Bangkalan Madura nggak bisa buat transportasi umum antarkecamatan

Saya tidak akan menjelaskan ini seandainya Pemkab Bangkalan Madura lebih dahulu mengkaji sebelum mengoperasikan bus Trans Bangkalan. Ya, beberapa bulan lalu ada bus Trans Bangkalan yang menjadi transportasi antarkecamatan di Bangkalan. Tetapi karena pemerintah tidak memiliki manajemen yang baik, transportasi ini berhenti beroperasi.

Tidak perlu salahkan masyarakat kurang antusias, masalah ini datang karena pemerintah saja yang tida niat. Buktinya, transportasi umum lain masih bertahan beroperasi dari Blega sampai Kamal.

#5 Jalan tidak rusak

Pernah dengar hukum fisika tentang lama waktu tempuh suatu benda dipengaruhi oleh jarak dan kecepatannya? Jika kalian pernah dengar, saya yakinkan bahwa hukum tersebut tidak berlaku di Bangkalan Madura.

Di kabupaten ini, selain jarak dan kecepatan, jalanan yang rusak akan membuat waktu tempuh kalian 2 kali lebih lama dari yang seharusnya. Belum lagi kalau ketemu kemacetan di Pasar Blega, Galis, Tanah Merah, dan Potemun. Bisa-bisa, kalian menua di jalan!

#6 Gaji yang manusiawi

UMK Bangkalan Madura terbilang rendah, yakni di bawah Rp2,4 juta. Hal ini semakin tidak masuk akal setelah kita sadar bahwa kabupaten ini adalah kawasan kota metropolitan Surabaya. Tak jarang warga kabupaten ini bolak-balik ke Surabaya. Dengan gaji di bawah 2,4 juta, kami bisa apa di Surabaya?

Itu kalau gajinya sesuai UMK, faktanya lebih banyak gaji pekerja di kabupaten ini yang tidak sampai 1 juta. Entah, apakah memang UMK ini dibuat untuk menaikkan gaji pejabatnya saja? 

#7 Pejabat yang bisa kerja

Sebagai penutup, inilah akar dari semua masalah di atas. Bangkalan Madura tidak punya pejabat yang benar-benar mau bekerja untuk rakyat. Kasus jual beli jabatan tahun lalu dapat menjadi buktinya. Yang punya jabatan bukan karena mereka bisa, tapi karena mereka punya dana.

Pejabat saat ini pun saya juga tidak yakin benar-benar punya kompetensi kerja. Apalagi DPR-nya? Haduh, tak bisa dipegang janjinya.

Ya sudah, itu saja hal yang sebenarnya biasa tapi Bangkalan Madura nggak bisa. Saya harap ke depannya kabupaten ini bisa lebih baik. Kasian warganya tiap tahun menjerit!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Strategi Bertahan Hidup di Bangkalan Madura supaya Tetap Waras dan Bahagia, Setidaknya Tidak Sampai Gila!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version