Stop meromantisasi Bandung dan Jogja
Sudah sejak jauh-jauh hari saya memperkirakan, meromantisasi sebuah kota tidak ada manfaatnya, justru mempersulit sebuah kota untuk berkembang. Itulah Bandung dan Jogja. Persoalan-persoalan yang ada tertutupi oleh tawaran romantisme semu. Ujung-ujungnya, tidak ada perbaikan dan menjadi kota salah urus.
Saya rasa, masyarakat perlu lebih galak dalam melihat realita. Begitu juga dengan pemerintah setempat. Jangan malah menggunakan romantisasi untuk menghindari akar masalah.
Oke lah, kalau sebuah kota mencatatkan prestasi, kita bisa mengapresiasinya. Namun, secukupnya saja. Jangan berlarut-larut, lalu lupa bahwa ada banyak persoalan lain yang belum selesai.
Memangnya kalian mau setiap hari melewati jalanan yang syahdu, tapi was-was dihadang geng motor? atau hidup di Kota Pariwisata, tapi tidak sejahtera? Hal itu mungkin saja terjadi kalau meromantisasi Bandung dan Jogja terus berlanjut dan tidak mau mengakui dan menghadapi persoalan yang sebenarnya.
Penulis: Akbar Malik Adi Nugraha
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Saya Beruntung Nggak Pernah Tinggal di Kota Romantis seperti Jogja dan Bandung
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.