Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah berita tentang rencana pembangunan rumah sakit khusus Corona yang akan dibangun di Pulau Galang, Batam, kepulauan Riau. Saya setuju jika pembangunan rumah sakit tersebut berada di sebuah pulau kecil yang jauh dari kepadatan penduduk, agar angka penyebarannya pada manusia lain lebih kecil.
Pulau Galang pun saya rasa pilihan yang bagus, mengingat letak pulau ini hanaya sekitar 50 Km dari pusat Kota Batam, mungkin sekitar 1,5 jam. Selain itu akses jalan menuju Pulau Galang juga sudah bagus, kita tak perlu naik perahu untuk ke sana, karena sudah dibangun enam jembatan Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang. Kalau tidak salah Pulau galang ada di Jembatan 5.
Masalahnya itu pembangunan rumah sakit ini rencananya akan dibangun di lokasi eks-pengungsi Vietnam atau yang populer dikenal dengan sebutan Kampung Vietnam. Bagi warga Batam dan sekitarnya tentu sudah tak asing lagi dengan yang namanya Kampung Vietnam. Meski merupakan sebuah tempat wisata bersejarah yang mengagumkan, tapi cerita horor tentang tempat itu tak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut cerita, pada tahun 1979, ratusan ribu warga Vietnam mengarungi lautan untuk mencari perlindungan akibat perang saudara yang terjadi di negaranya. Setelah terombang-ambing berbulan-bulan di Laut Cina Selatan, akhirnya beberapa kapal yang mengangkut ratusan pengungsi ini sampai ke Pulau Galang, Kepulauan Riau, beberapa lainnya ada yang di Pekanbaru, Bintan, Tanjung Pinang, dan lain-lain.
Setelah disetujui oleh PBB via UNHCR, maka Pulau Galang dijadikan sebagai tempat penampungan sementara warga Vietnam. Setelah itu di sana dibangunkan berbagai macam fasilitas. Ada rumah sakit (PMI), kantor administrasi PBB, rumah ibadah, sekolah, makam, dan lain-lain. Setelah perang mereda, sebagian warganya dikembalikan ke negara asalnya. Sedangkan bekas pengungsian tersebut dijadikan sebuah tempat wisata yang dinamai Kampung Vietnam.
Pada tahun 2011, saya pernah berkunjung di tempat itu. Meski cerita dari orang-orang tempat itu sangat angker dan mistis, tapi saya masih penasaran dengan tempat tersebut. Beberapa teman saya mengaku bahwa mereka pernah melihat penampakan makhluk halus di sana dan ada juga beberapa teman yang setelah pulang dari sana langsung kesambet. Saya dingatkan berulang kali, agar saat di sana pikiran kita tidak boleh kosong dan untuk berhati-hati saat bicara (jangan ngomong kasar dan jorok).
Jalan masuk menuju tempat ini dari jalan raya lumayan jauh kalau jalan kaki. Di kanan kiri ada banyak pepohonan dan juga kita akan disambut oleh beberapa monyet. Lagi mau masuk saja aura horor sudah kerasa banget, Gaes.
Setelah memasuki lokasi kampung Vietnam kita akan melihat patung Humanity, yang melambangkan kemanusian. Menurut cerita patung itu dibuat untuk mengenang tragedi pemerkosaan seorang perempuan yang dilakukan oleh sesama pengungsi di sana. Sang perempuan itu pun akhirnya memutuskan bunuh diri. Oh iya, katanya saat itu banyak juga pengungsi yang memutuskan untuk bunuh diri.
Di sana juga ada museum perahu. Di mana dulunya ada banyak manusia-manusia perahu di Pulau Galang ini, sebelum akhirnya mereka dikembalikan ke negara asalnya oleh pemerintah. Selain itu di Kampung Vietnam ini ada juga sebuah makam. Dulunya di pengungsian tersebut merebak penyakit kelamin yang cukup berbahaya yang bernama Vietnam Rose. Ada sekitar 500-an orang yang meninggal dan dimakamkan di tempat itu.
Ada banyak bangunan yang terbengkalai sana, namun beberapa bangunan juga tetap terjaga dan dalam kondisi yang bagus. Dari bangunan peribadatan yang ada, saya mengira bahwa keyakinan warga Vietnam ini beragam, antara agama Islam, Budha, dan juga Nasrani. Ada mushala, gereja, serta Vihara Quan Am Tu.
Di antara semuanya, Vihara ini yang paling menarik buat saya. Bangunannya begitu bagus dan terawat sekali, selain itu ada patung Quan Am Tu dan pengikutnya di depan Vihara tersebut. Menurut kepercayaan yang ada, jika kita bisa melempar koin ke mulut sang naga maka keinginan kita akan terwujud. Kalaupun tidak terwujud, semua itu kembali ke takdir tiap-tiap orang.
Meski sebenarnya tempat itu indah, memesona, dan mengagumkan, tapi sisi mistis dan horor di tempat itu sungguh luar biasa kerasa. Saya yang datang siang hari saja sampai merinding dibuatnya, apalagi saat menjelang sore hari. Saya tak membayangkan jika nanti aka nada petugas medis dan pasien yang harus siang malam tinggal di sana. Kata orang setempat, saat malam hari suasana di sana lebih mencekam lagi. Maka tak salah kalau banyak acara mistis yang sering mengadakan syuting di lokasi ini.
Saya tak bisa membayangkan jika nanti rumah sakit khusus Corona ini benar-benar dibangun di lokasi ini. Semoga semuanya baik-baik saja dan tidak mengalami ganggungan-gangguan dari makhluk halus. Sudah ditakuti virus yang mematikan, masih juga ditakuti hantu, kan serem ya? Semoga kita aman-aman aja deh dari virus ini biar nggak ada yang perlu dikarantina di sana.
BACA JUGA Menanggapi Virus Corona, dari yang Seksis Sampai yang Agamis atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.