Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Hewani

Bagi Pencinta Kucing, Bisa Main sama Kucing di Jepang Adalah Privilese

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
11 Oktober 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Selama 3 tahun tinggal di Jepang, kalau dipikir-pikir saya baru sekali saja “mengelus” kucing di negara ini. Kadang saya heran, kenapa kucing dan anjing Jepang itu bisa tertib untuk jaga jarak dengan orang asing, ya?

Kadang kepikiran juga, apa karena orang Jepang juga cukup menjaga jarak dengan orang yang baru dikenalnya? Bisa jadi memang karena kelekatan emosi antara si tuan dan binatang peliharaannya, sih, ya. Saya juga jarang sekali mendengar anjing menggonggong, lho. Kucing mengeong apalagi. Bener-bener mereka ini jaga manner, kaya tuannya.

Meski ada pulau berpenghuni kucing (Aojima dan Tashirojima), tapi tetap saja pecinta kucing bisa bermain bersama kucing di Jepang adalah sebuah privilese. Berikut penjelasannya.

#1 Memelihara kucing itu mahal dan ribet

Pertama, biaya untuk mengadopsi kucing itu mahal. Salah satu contoh “harga” (untuk mengadopsi) kucing adalah 390.000 yen (sekitar 50 juta rupiah). Harga pakan kucingnya juga nggak murah.

Kalau kucingnya meninggal, dikubur atau dikremasi di mana juga agak ribet untuk para anak rantau. Kalau memelihara kucing liar saja, bagaimana? Kan gratis tinggal comot aja kucing terus dibawa pulang. Wuih lebih ribet lagi.

Memelihara kucing secara resmi saja ribet, apalagi memelihara kucing liar. Banyak aturannya. Mungkin bisa-bisa saja sih, tapi terlalu berisiko, terutama buat orang asing.

Yang kedua adalah ribet. Mereka harus memenuhi syarat-syarat memelihara kucing (dan juga anjing), seperti memiliki tempat yang layak, mendapat persetujuan keluarga, nggak alergi binatang, mempersiapkan diri, mampu secara fisik, waktu, dan finansial, mampu merawat kebersihannya, dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan saat nanti nggak bisa merawatnya lagi. Kalau nggak bisa, mending nggak usah melihara kucing daripada hanya menyakitinya.

Yang ketiga, nggak semua apartemen/kos-kosan di Jepang mengizinkan untuk boleh memelihara binatang. Kalau boleh, “biasanya” harga sewa apartemennya pun mahal. Di asrama kampus jelas nggak boleh.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Lagipula, hidup sendirian di kos maupun asrama dengan hewan peliharaan mungkin malah bikin khawatir. Kalau harus ditinggal sendirian di kos karena kegiatan kampus atau pekerjaan di luar kota dan sampai menginap, siapa yang akan memberi makan kucingnya? Waswas dan malah nggak bisa fokus, deh. Kalau menyebabkan kebakaran, dll justru malah menyebabkan masalah. Denda, berurusan dengan polisi. Duh jangan, deh.

#2 Kucing liar di Jepang susah didekati

Sebenarnya, kucing liar itu banyak jumlahnya, tergantung daerahnya. Di tempat teman saya di beda kota, ia akan mudah menemukan kucing liar di taman dekat asramanya. Kalau di tempat saya ya susah karena memang jarang ada kucing liar. Kami pernah bertemu, tetapi ia langsung lari begitu melihat orang. Susah, lah untuk didekati meski digoda dengan makanan sekalipun.

Lagipula, memberi makan kucing liar nggak boleh sembarangan karena ada aturannya. Semacam harus mendapat izin juga ke pemerintah setempat untuk jenis makanannya, kapan pemberiannya, dll.

Kalau nggak salah, kucing liar kadang diamankan oleh semacam Asosiasi Perlindungan Hewan untuk disterilkan agar tidak berkembang biak semakin banyak dan mengganggu ketertiban umum. Ini juga jadi tanggung jawab pemerintah setempat.

Kalaupun ingin memungut kucing liar yang mungkin dibuang oleh pemiliknya, kita harus pastikan memang nggak ada yang punya. Ini ribet sih, salah-salah malah kita dilaporkan dikira menculik kucing. Waduh.

Setelah itu, kita harus mengecek kesehatannya di klinik hewan. Kalau kita nggak bisa merawatnya, kita justru malah bisa kenal pasal penyiksaan hewan dan bisa dihukum penjara kurang dari setahun atau denda sekitar 130 juta rupiah. Yang jelas, nggak mudah untuk mengadopsi kucing liar, deh.

#3 Kafe kucing

Solusi lain kalau sudah kebelet banget pengin bermain dengan kucing, tapi nggak bertemu juga dengan kucing liar atau nggak punya kenalan orang Jepang yang punya kucing, ya pergi ke kafe kucing. Berbeda dengan kafe kucing di Indonesia pada umumnya, biasanya kafe kucing di Jepang memisahkan ruangan untuk makan minum pengunjungnya dengan ruangan bermain bersama kucing. Ada juga kafe yang menyediakan minuman saja.

Sejak 2012, pemerintah melarang jam buka kafe kucing selama 24 jam. Sebelum masuk, pengunjung juga akan dijelaskan mengenai aturan berinteraksi dengan para kucing agar nggak membuat kucing stres.

Tarif masuk masing-masing kafe berbeda, tapi kira-kira untuk 30 menit pertama sekitar 700 yen (sekitar 81.000 rupiah). Untuk 1 jam 1200 yen, 1,5 jam 1500 yen, 2 jam 1800 yen, 2,5 jam 2000 yen, dan sepuasnya 2200 yen (sekitar 280.000 rupiah). Wow.

Biasanya, kucing-kucing yang berada di kafe kucing adalah kucing liar yang sengaja diadopsi dengan “resmi”. Asosiasi Perlindungan Hewan Jepang sangat memantau kesejahteraan kucing-kucing ini. Oleh karenanya, jam buka pun nggak boleh di atas jam 10 malam dan kucing harus dibiarkan bebas bergerak di dalam kafe. Setiap minggu toko juga harus mempunyai hari libur agar dilakukan pengecekan kesehatan kucing-kucing tersebut secara berkala.

Sebagai contoh kasus, pada 2 Agustus 2018, kafe kucing MOCHA yang dioperasikan oleh Keiai Corporation mengumumkan di situs web resmi mereka bahwa tujuh kucing terinfeksi parvovirus dan mati. Lantaran hal tersebut, semua toko di daerah Kanto ditutup sementara. Ngeri juga, ya.

Lantaran di kota saya saat itu belum ada kafe kucing, saya belum pernah ke kafe kucing. Saya malah pernah masuk ke kafe burung hantu (owl cafe). Harganya juga sama, sekitar 700 yen untuk 30 menit (kalau jajan, setara 1 mangkuk ramen, lah, ya). Kita bisa bebas berfoto, tapi ada aturan yang harus ditaati, termasuk bagaimana memegangnya saat berfoto. Mengelusnya pun harus bersama petugasnya.

Pokoknya meski mereka “menjual” interaksi binatang dengan manusia yang ingin melepas stresnya, mereka nggak gelap mata sampai membuat stres binatangnya juga. Setuju, memang pengawasan dari Asosiasi Perlindungan Hewan harus diperketat juga, sih.

Bagi cat-lover yang setiap hari bisa meluk-meluk kucing, bersyukurlah. Itu adalah sebuah privilese. Saya benar-benar merasakan bagaimana rasanya menahan rindu nguyel-uyel kucing di rantau. Nangis, Gaes.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2021 oleh

Tags: jepangKucingmerawat kucing
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

membuang kucing di pasar

Membuang Kucing di Pasar, Cara Pecundang Lari dari Tanggung Jawab

11 November 2021
wawancara dengan akun twitter bintik pemilik bintik @bintik_ mojok.co

Wawancara sama Mbaknya si Bintik, Kucing Gemas Penyegar Timeline Twitter

8 September 2020
Jangan Salah Kaprah, Liburan ke Jepang Memang Bebas Visa, tapi Bukan Berarti Kalian Cukup Bawa Paspor Saja Mojok.co

Jangan Salah Kaprah, Liburan ke Jepang Memang Bebas Visa, tapi Bukan Berarti Cukup Bawa Paspor Saja

8 Februari 2025
Salon de thé François industri musik jepang mojok

Jangan Anggap Enteng Urusan Sampah di Jepang

6 Oktober 2021
Menangis di Stasiun Shinjuku, Stasiun Tersibuk di Dunia

Menangis di Stasiun Shinjuku, Stasiun Tersibuk di Dunia

24 Mei 2023
bebas visa anime 2021 jepang mojok

Semoga 5 Negara Ini Menerapkan Bebas Visa buat Turis Indonesia

15 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.