• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bagaimana Jadinya Jika Generasi Z Jadi Orang Tua?

Nila Rosa Pratiwi oleh Nila Rosa Pratiwi
16 November 2020
A A
Bagaimana Jadinya Jika Generasi Z Jadi Orang Tua? terminal mojok.co

Bagaimana Jadinya Jika Generasi Z Jadi Orang Tua? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai generasi yang menyukai kebebasan dan tidak suka diperintah, deretan kaum generasi Z sangat anti dengan pengekangan. Wajar saja kalau kami (karena saya juga anggota generasi Z) sering merasa mendapat pola asuh yang tidak sesuai dari orang tua. Banyak sekali peraturan yang diterapkan orang tua dan wajib hukumnya untuk dipatuhi, kalau sekali saja melanggar, angel wes angel.

Mungkin para orang tua mengira kalau peraturan yang dibuat bisa memberikan perasaan nyaman untuk anaknya, tetapi kami para generasi Z menganggapnya sebagai garis pembatas yang menghalangi hak kebebasan yang kami miliki. Salah satu peraturan yang meresahkan adalah diberlakukannya jam malam, apalagi kalau yang batas jam malamnya hanya sampai pukul 18.00, itu sih bukan jam malam, tapi jam petang. Belum juga malam, sudah disuruh pulang.

Pulang malam bukan berarti kami anak nakal yang buang-buang waktu dengan keluyuran ke sana sini. Ada yang mengerjakan tugas kelompok sampai larut malam, ada yang ikut kepanitiaan dan harus rapat sampai malam, ada banyak kegiatan lain yang harus dikerjakan saat malam hari, dan memang tidak bisa dikerjakan sendirian di rumah. Akan tetapi, sering kali orang tua tidak memahami hal itu, ujung-ujungnya salah paham lagi, lagi, dan lagi. Salah paham terjadi karena kurangnya keterbukaan, betul tidak? Sebagai anak dengan tipikal orang tua yang “straight”, rasanya mustahil untuk mengutarakan pendapat, mustahil untuk berterus terang tentang apa yang sebenarnya sedang dirasakan. Kalau sudah begitu, sangat sulit untuk berteman dengan orang tua.

Lagi curhat tentang percintaan bisa-bisa langsung diminta putus. Cerita kalau lagi down, berharap bisa didengar dan diberi semangat, eh malah dibilang kurang ibadah. Bukan salah generasi Z kalau pada akhirnya lebih dekat dengan teman atau sahabat daripada dengan orang tua sendiri. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang yang membuat semua kegiatan jadi online. Sering diteriaki “HP terooosss”, padahal HP juga dibuat sekolah, cari materi pembelajaran. Seharian sekolah online di kamar, dikira rebahan doang, angel wes angel. Ada banyak aspek di kehidupan anak yang bisa menjadi objek pengekangan bagi orang tua.

Misalnya saya, saya memang tidak mendapat batasan perihal waktu. Semalam apa pun saya pulang ke rumah, orang tua saya tetap membukakan pintu tanpa dibumbui dengan omelan. Bahkan saya juga diizinkan untuk menginap di rumah teman walaupun tanpa alasan yang jelas. Saya bebas traveling kemana pun dengan teman-teman saya. Teman-teman saya sampai iri karena saya selalu mendapat kebebasan. Tetapi tetap saja, saya juga merasakan yang namanya dikekang, di balik kebebasan waktu yang saya miliki, saya juga menerima banyak tuntutan. Saya bebas secara waktu, tapi saya tidak bebas secara pilihan. Saya dituntut untuk mengikuti pilihan orang tua, alhasil, saya tumbuh menjadi anak yang sulit mengambil keputusan sendiri.

Saya juga sering dibanding-bandingkan. Bicara tentang dibandingkan, sepertinya bukan cuma saya. Saya yakin seratus persen, pasti para generasi Z pernah dibandingkan, entah sama anak tetangga atau bahkan dengan saudara kandung sendiri. Gimana rasanya dibandingkan? Mantap, kan? Dari sini akhirnya saya menyadari kalau parenting itu perlu dipelajari, bukan sekadar meneruskan tradisi. “Saya akan mendidik anak saya seperti orang tua mendidik saya,” anggapan seperti itu sudah seharusnya dihentikan. Kita belajar saja dari pengalaman, pola asuh itu tidak cuma ada satu. Ada beberapa tipe pola asuh yang bisa kita pelajari dan kita terapkan.

#1 Pola asuh otoriter

Orang tua tipe otoriter biasanya cenderung membatasi dan menghukum. Mereka menuntut anak untuk patuh pada perintah. Orang tua dengan pola ini sangat ketat dalam memberikan batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak. Komunikasi yang terbentuk antara anak dan orang tua hanya komunikasi satu arah. Orang tua merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya.

#2 Pola asuh demokratis/otoritatif

Orang tua tipe otoritatif mendorong anak untuk mandiri, tapi tetap memberi batasan-batasan. Orang tua tipe ini cenderung memberi kebebasan. Pendekatan yang dilakukan orang tua pada anak bersifat hangat. Komunikasi yang terbentuk adalah komunikasi dua arah antara anak dan orang tua.

#3 Pola asuh permisif

Orang tua tipe permisif bisa dibilang tidak memiliki peran dalam kehidupan anaknya. Mereka memberi kebebasan penuh pada anak, tanpa melakukan pengawasan. Orang tua tidak memberikan teguran atau peringatan, dan sedikit sekali memberi bimbingan pada anaknya.

Sebagai pengguna TikTok, saya pernah beberapa kali menjumpai konten TikTok yang isinya tentang curhatan generasi Z tentang orang tua mereka. Intinya, ada banyak hal yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah, orang tua tidak tahu kalau anaknya susah tidur tiap hari karena overthinking. Mereka tidak tahu kalau anaknya lagi insecure, mereka tidak tahu kalau anaknya bisa tertawa lepas saat nongkrong sama teman-temannya.

Belakangan ini, TikTok memang jadi tempat curhat bagi penggunanya yang didominasi oleh generasi Z. Ada konten menarik yang beberapa kali muncul di fyp saya, kontennya berkaitan dengan konten sebelumnya. Masih tentang hubungan antara orang tua dan anak. “Bayangin kalau generasi Z jadi orang tua,” kira-kira seperti itu kata-kata yang pertama muncul di konten yang berhasil membuat saya ikut berandai-andai.

Katanya, kalau generasi Z menjadi orang tua, mereka tidak akan mengekang anaknya, mereka akan memberi izin untuk pulang malam asalkan alasannya jelas, pergi ke mana dan dengan siapa. Mereka juga tidak melarang anaknya untuk berpacaran, asal mereka memperkenalkan pacarnya. Mereka akan memberi dukungan penuh pada anaknya, tidak akan membanding-bandingkan anaknya, dan berjanji akan menjadi tempat curhat untuk anak-anaknya.

Kelihatannya menyenangkan sekali, ya, punya orang tua yang berasal dari jajaran generasi Z. Kalau diperhatikan, sepertinya para generasi Z lebih memilih tipe pola asuh demokratis, memberi kebebasan tetapi juga tatap memberi pengawasan. Coba bayangkan, bagaimana kalau semua generasi Z memiliki pemikiran yang sama, dan kemudian di masa depan anak-anak bisa dididik dengan cara yang demokratis? Hmmm, sepertinya tentram sekali kehidupan ini. Yaaa, kita lihat saja nanti, bagaimana eksekusinya? Kalau sekarang, sih, cuma bisa berandai-andai.

BACA JUGA Saya Gen Z dan Bukan Bagian dari Generasi Cashless Society

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2020 oleh

Tags: generasi ZOrang Tua

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Nila Rosa Pratiwi

Nila Rosa Pratiwi

Sangat senang dipanggil dengan nama Nila, lahir 22 tahun lalu di bagian selatan Jawa Timur. Nila memiliki hobi membaca, menulis, traveling, dan diskusi ringan dengan teman di tongkrongan. Nila adalah seorang fresh graduate dari jurusan psikologi yang bercita-cita ingin berbagi ilmu yang dimiliki melalui tulisan-tulsan ringannya. Tulisan-tulisannya yang masih seumur jagung bisa dijumpai di wattpad dengan nama pena "Alinpra" dan tulisan dalam bentuk video singkat di akun TikTok @alin atau @lebihdaricukup. Saat ini Nila sedang sibuk menulis dan mengambangkan bisnis.

ArtikelTerkait

Perlengkapan MPASI yang Nggak Perlu-perlu Amat Dibeli Orang Tua Terminal Mojok

Perlengkapan MPASI yang Nggak Perlu-perlu Amat Dibeli Orang Tua

17 Januari 2023
Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet Terminal Mojok

Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet

14 Januari 2023
Tulisan Balasan: Tak Masalah Orang Tua Berutang untuk Pendidikan Anak, demi Hidup yang Lebih Baik, Apa Salahnya?

Tulisan Balasan: Tak Masalah Orang Tua Berutang untuk Pendidikan Anak, demi Hidup yang Lebih Baik, Apa Salahnya?

6 Januari 2023
Risiko Jadi Orang Tua yang Melek Kesehatan Anak

Risiko Jadi Orang Tua yang Melek Kesehatan Anak

12 Desember 2022
4 Jenis Ujian Kesabaran untuk Pasutri yang Memutuskan Tinggal Beda Rumah dengan Orang Tua (Pixabay)

4 Jenis Ujian Kesabaran untuk Pasutri yang Memutuskan Tinggal Beda Rumah dengan Orang Tua

8 November 2022
Mengenal Fase Falik pada Anak dan Tips Menghadapinya Terminal Mojok

Apa Itu Fase Falik pada Anak dan Cara Menghadapinya

8 November 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Penyambutan Tokoh Ormas Boleh, Konser Musik Harusnya Juga Boleh, dong? terminal mojok.co

Penyambutan Tokoh Ormas Boleh, Konser Musik Harusnya Juga Boleh, dong?

stasiun citayam kereta api penataran blitar mojok

Kereta Api Penataran, si Ular Besi Tua Andalan Mahasiswa Blitar Raya

staf tu fakultas yudisium wisuda lulus mojok

Di Kampus Saya, Orang Paling Menyebalkan Bukanlah Dosen Pembimbing, tapi Staf TU Fakultas



Terpopuler Sepekan

Surat Cinta untuk Walikota: Pak, Malang Macet, Jangan Urus MiChat Saja!
Pojok Tubir

Mati Tua di Jalanan Kota Malang

oleh Mohammad Faiz Attoriq
28 Maret 2023

Lama-lama, kelakar mati tua di jalanan Kota Malang itu nggak lagi jadi guyonan, tapi risiko yang menjelma jadi nyata.

Baca selengkapnya
Derita Pemilik Honda CS1, Mulai dari Biaya Servisnya Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

Derita Pemilik Honda CS1, dari Biaya Servis yang Mahal Sampai Disinisin Montir di Bengkel

25 Maret 2023
Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

Pantes Nissan Evalia Nggak Laku di Indonesia, Desainnya Aneh!

28 Maret 2023
Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

Pengalaman Saya Naik ATR 72, Pesawat Baling-baling yang Katanya Berbahaya

23 Maret 2023
3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

3 Dosa Tempat Kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare yang Bikin Kecewa

20 Maret 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_zeY2N8MAE4

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!