Kalau saya boleh menyebut tim sepak bola mana yang pantas diludahi, disumpahi, atau disebut apa pun yang buruk, dengan kilat saya akan menyebut Atletico Madrid.
Normalnya, sebagai fans Real Madrid, saya bakal menyebut Barcelona, musuh bebuyutan yang jelas bakal saling membenci hingga Bumi ini digulung kiamat. Tapi, tidak, dibanding Atleti, Barcelona jelas masih di atas, dari segi derajat, prestasi, dan hal-hal lain.
Saya kira harusnya tak ada tim yang bisa benar-benar buruk dari segala aspek: permainan hingga attitude pemain dan fans. Tapi Atletico Madrid beda, semua hal-hal buruk benar-benar diborong oleh mereka. Dan attitude pemain hingga fans mereka benar-benar patah bawah.
Beberapa waktu lalu, salah satu pemain mereka, saya lupa namanya (dan tak sudi juga saya mengingatnya), menyebut akan ada konsekuensi menanti jika Vinicius berdansa di Wanda Metropolitano. Kontan saja seluruh pemain Brasil menunjukkan dukungan mereka pada Vinicius Junior. Psywar yang niatnya menurunkan mental lawan, malah justru jadi bumerang.
Kalau hal itu sudah Anda anggap ra mashok, ada yang lebih tolol lagi. Menuju detik-detik derby Madrid, fans Atletico Madrid menggantung boneka Vinicius di jembatan dan membentangkan pesan “Madrid hates Real”. Sungguh, ini kelewatan. Pertama, tindakan tersebut melampaui batas. Saya tak pernah suka chant-chant atau olokan yang sudah menyinggung nyawa macam begini. Ancaman seperti ini tak seharusnya diberi ruang sama sekali di sepak bola.
🗣️ Atléti fans hung a Vinícius Jr. doll with a message: “Madrid hates Real.” pic.twitter.com/1GABpjllmQ
— Madrid Zone (@theMadridZone) January 26, 2023
Yang kedua, Madrid membenci Real? Ayolah, realistis kalau ngomong.
Itu ulah fans. Sekarang ulah pemain.
Pemain Atletico sama sekali tak menunjukkan respek yang harusnya diberikan pada lawan, sebenci apa pun. Bahkan dalam El Clasico yang jelas-jelas punya sejarah panjang dan tensi yang lebih sengit saja, pemain kedua tim masih saling memberi respek. Baiklah, ada kasus kepala babi di kala Figo merumput untuk El Real, tapi kita tahu betul masalah sebenarnya.
Ketika Vinicius mencetak gol, akun Twitter Atletico tak menyebutkan namanya dalam unggahannya. Padahal, ketika Benzema membobol gawang mereka, akun mereka masih menyertakan namanya dalam unggahan.
Atau mungkin udah kepalang malu pemain dan fansnya ngata-ngatain Vini, tapi mereka malah dibobol Vini. Cuk, kalau aku jadi Diego Simeone, pilih mundur dan beralih jadi peternak nila.
Pada titik ini, harusnya kita tahu bahwa selain medioker, Atletico Madrid ini rasis. Saya malas menunjukkan buktinya. Sila Anda berselancar di peramban, dengan mudah bukti-buktinya bisa ditemukan. Saya heran betul sama tim ini. Udah jelek, kasar, rasis lagi.
Untuk sebuah tim yang profesional, punya brand yang lumayan, dan fan base yang besar, apa yang Atletico Madrid lakukan ini jelas-jelas nggak bisa dianggap enteng. Mereka mencederai sepak bola dan menentang nilai-nilai yang sepak bola agungkan. Misalkan benar Vini itu menyebalkan, toh tak seharusnya fans melakukan itu. Misalkan benar Vini menyebalkan, toh tinggal kalahkan saja Real Madrid, itu saya pikir jauh lebih penting ketimbang mengurusi pemain yang suka berdansa.
Saya tidak membenci Atletico Madrid karena rival, wong sampai detik ini saya nggak nganggep mereka rival. Atau saya membenci tim ini karena saya fans tim Madrid yang jauh lebih sukses dan profesional. Tapi saya benci betul dengan tim ini karena tindakan rasismenya, dan bagaimana mereka diem-diem bae dan tak merespons dengan seharusnya. Sepak bola harusnya adalah tentang kebahagiaan, bukan tentang ancaman dan ujaran-ujaran yang biadab.
Hingga jornada ke-18, Atleti masih nangkring di posisi 4. Posisinya jelas tidak aman karena tim-tim di bawahnya menempel ketat. Mau mengejar tiga teratas juga susah, karena mereka berjarak 7 poin dengan Sociedad sebagai posisi ketiga. Apalagi mengejar Madrid dan Barcelona, makin susah, wong terpaut 10 dan 13 poin, itu pun mereka masih sisa satu pertandingan. Praktis, bisa dibilang kans mereka meraih trofi La Liga sudah hangus. Nggak usah bilang bola itu bundar, segoblok-gobloknya Real Madrid dan Barcelona, nggak bakal juga mereka buang-buang poin sebanyak itu.
Singkatnya, bisa jadi mereka nggak meraih trofi apa pun musim ini. Tim apa sih ini sebenernya.
Kalau saya di pihak mereka, saya mending fokus untuk mempertahankan posisi, atau berharap untuk menggeser Real Sociedad agar kans berlaga di Liga Champions tetap terjaga. Tapi kayaknya sih, mereka nggak kepikiran itu. Mereka mirip sama seleb problematik: karena nggak punya talenta, akhirnya bikin sensasi biar dilirik.
Dan mungkin ini juga yang dilakukan oleh Atletico Madrid. Karena susah untuk punya trofi, akhirnya mereka bikin atraksi agar keliatan relevan. Ya begitulah tim sampah, makin lama, baunya makin busuk.
Sumber gambar: Instagram @vinijr
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Rodrygo, The Starboy