Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko?

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
20 Januari 2022
A A
Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko? terminal mojok.co

Apakah Malioboro Masih Istimewa Tanpa PKL di Emperan Toko? (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Malioboro memang menjadi paran jujugan wisatawan ketika singgah di Jogja. Bahkan nama “Malioboro” mulai diadopsi daerah lain. Perpaduan pusat perbelanjaan, andong, dan pedagang kaki lima (PKL) menjadi roh yang ngangeni. Tapi salah satu roh ini harus hengkang dari hiruk pikuk Malioboro: para PKL.

PKL ini sering disebut perko, singkatan dari emperan toko. Maklum, posisi mereka memang berdagang di emperan toko Malioboro. Emperan sepanjang hampir 2 km ini menjadi layaknya bazaar. Terutama di sisi barat, PKL ini berebut pembeli dengan riuh yang khas. Tidak hanya antar PKL, tapi juga dengan toko yang terasnya menaungi mereka.

Teras toko di Malioboro ini bagaikan goa yang menaungin pejalan kaki serta lapak para PKL. Berbagai macam pernak-pernik dijajakan: kaos bertema Jogja, sandal anyaman, topi bootleg, sampai gantungan kunci dan miniatur. Ada juga pernak-pernik ala punk seperti gesper dan skull ring. Kenapa saya tahu? Ya, karena saya termasuk pelanggan PKL perko ini.

Namun, 2022 akan menjadi akhir dari kehadiran PKL ini. Sebanyak 1700 PKL ini akan direlokasi di dua tempat: eks bioskop Indra yang penuh sengketa dan bekas gedung Dinas Pariwisata DIY. Alasannya bisa ditebak: menata ulang Malioboro yang terlanjur penuh sesak.

Tentu proses relokasi ini menimbulkan polemik. Ada yang setuju, ada yang menolak. Sebagian sepakat relokasi ini memperindah area Malioboro. Tapi yang menolak merasa relokasi PKL membunuh ciri khas Malioboro. Sebagian lagi merasa relokasi ke dua lokasi ini membunuh pendapatan PKL.

Saya sendiri merasa wagu ketika Malioboro tanpa deretan PKL. Tapi sebelum makin jauh, saya harus mempertegas ini: opini saya tidak memiliki kepentingan tertentu. Maklum, relokasi PKL Malioboro sarat dengan kepentingan ekonomi. Dan opini saya ini semata-mata atas apa yang saya lihat dan rasakan sebagai warga Jogja.

Apakah Malioboro tetap istimewa ketika para PKL ini direlokasi dan dipusatkan? Sedangkan banyak PKL yang telah berdagang di emperan toko ini lebih dari 25 tahun. Selama lebih dari 25 tahun ini, para PKL ini menjadi daya tarik Malioboro. Jika bicara pusat perbelanjaan saja, mungkin setiap destinasi wisata punya “Malioboro”nya sendiri. Tapi Malioboro Jogja menjadi istimewa karena kehadiran PKL.

Seperti yang saya sebutkan di atas, PKL di sini membangkitkan nuansa bazaar dan pusat perbelanjaan sekaligus. Wisatawan seperti diberi dua tawaran: beli oleh-oleh di toko atau di PKL. Tentu dengan ciri khas dan mahar masing-masing. Mau beli yang berkelas, ada di toko. Mau beli yang hemat, ada di PKL.

Baca Juga:

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Daya tarik PKL tidak hanya bicara harga, tapi juga suasana. Pengalaman menawar harga lebih mungkin terjadi ketika belanja produk PKL daripada pusat perbelanjaan. Bahkan ada tantangan tersendiri untuk kuat-kuatan menawar harga di PKL Malioboro ini. Seni tawar menawar inilah yang sulit Anda temui di supermarket atau mal.

Masalah pendapatan para PKL juga menjadi perhatian. Relokasi menawarkan lokasi baru yang lebih nyaman dan aman. Tapi ketika para PKL dipusatkan, apa bedanya mereka dengan pusat perbelanjaan lain? Selama ini mereka hidup dari seliweran wisatawan yang kepincut dagangan mereka. Karena para wisatawan ini sedang menikmati suasana Malioboro, mata mereka tertarik pada dagangan para PKL.

Ketika para PKL dipusatkan, apa yang menjadi alasan khusus wisatawan untuk mengunjungi mereka? Situasi yang tidak berbeda dengan pasar mereduksi keistimewaan PKL Malioboro ini. Dan sudah pasti, kurangnya daya tarik ini mengikis pendapatan mereka.

Kalau bicara kerapian, saya pikir tanpa relokasi para PKL ini bisa dirapikan. Toh selama puluhan tahun, kehadiran PKL ini tidak menjadi momok bagi wisatawan. Bahkan riuh di sepanjang emperan toko tersebut sering diabadikan oleh wisatawan. Ketika para PKL direlokasi, akan ada yang hilang di rekam gambar para wisatawan.

Memang kehadiran PKL ini tidak selamanya positif. Dari oknum yang mematok harga terlampau mahal sampai ancaman copet menjadi masalah tersendiri. Belum lagi isu perebutan ruang pedestrian oleh para PKL. Dan kalau bicara isu ekonomi, toh sejak 2008 pihak pertokoan juga mengeluhkan kehadiran PKL yang merebut konsumen mereka. Relokasi PKL menjadi jawaban manis ketika melihat permasalahan ini.

Tapi apakah budaya puluhan tahun yang tidak benar-benar bermasalah ini harus kukut? Apakah PKL yang jadi ciri khas Malioboro ini perlu hengkang? Apakah demi tata ruang yang (katanya) demi mengejar Kota Warisan Budaya Dunia, keistimewaan Malioboro harus direlokasi?

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2022 oleh

Tags: JogjaMalioboropilihan redaksiPKLrelokasi
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Saya Justru Lega Semarang Tidak Mungkin Jadi “The New Jogja” seperti Solo dan Purwokerto Mojok.co

Saya Justru Lega Semarang Tidak Mungkin Jadi “The New Jogja” seperti Solo dan Purwokerto

5 April 2025
5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri Terminal Mojok.co

5 Hal yang Bikin Tinggal di Surabaya Itu Perlu Disyukuri

1 Maret 2022
5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

5 Bungkus Rokok Paling Artistik dan Mewah, Bikin Sebat Makin Berkelas

19 Agustus 2023
Sedayu Tempat Slow Living Terbaik, Mengalahkan Jogja dan Daerah-Daerah Lain Mojok.co

Sedayu Tempat Slow Living Terbaik, Mengalahkan Jogja dan Daerah-Daerah Lain

2 April 2024
5 Pekerjaan yang Menghasilkan Banyak Cuan dalam Hitungan Jam selain Tukang Parkir dan Pak Ogah

Yang Fana Itu Waktu, yang Abadi Adalah Tukang Parkir ATM yang Tetap Minta 2 Ribu sekalipun Mereka Tak Berguna

1 Oktober 2024
Jogja, Kota Pelajar yang Mengajarkan Saya Ikhlas Menderita

Jogja, Kota Pelajar yang Mengajarkan Saya Ikhlas Menderita

26 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.