Dalam pertemanan, ada orang-orang yang rebel bin rewel setiap mendapati ada temennya yang datang pas butuh doang. Sampai-sampai mereka posting di story WA kalau punya temen yang datang pas butuh doang.
Sebenernya, apa masalahnya sih orang datang pas butuh doang? Bukannya kita sebagai manusia memang punya kecenderungan untuk berlaku seperti itu ya? Terus, kalau misal nggak datang pas butuhnya doang, artinya pas nggak butuh pun tetap harus datang? Harus cerita kalau hari ini pake sempak warna apa, besok mau ngapain, sampai mungkin kudu ngasih tahu hari ini udah boker berapa kali? Gitu?
Terus bakal ada orang yang membela diri, “Ya nggak gitu juga. Tapi ya datang jangan cuma pas butuhnya doang dong.” Lah, terus gimana definisi dari “nggak datang pas butuhnya doang” ini apa?
Sebagian besar interaksi manusia memang transaksional. Aku kasih kamu A, kamu kasih aku B. Atau, aku datang ke kamu kalau misal aku butuh A, kalau aku butuhnya C aku datang ke dia. Menurut saya, hal itu adalah sesuatu yang sangat logis dan wajar. Karena nggak mungkin juga kita nanya dan mencari sesuatu kepada orang yang tidak kompeten atau nggak tahu dalam hal yang kita ingin cari tahu.
Saya mau nonton film ya saya datang ke XXI atau CGV. Nggak ke apotek. Saya mau makan ya datang ke warteg, bukan ke toko bangunan. Saya mau salat Jumat ya datangnya ke masjid, nggak namu ke rumah orang. Gitu, kan? Kita menempatkan sesuatu pada tempatnya secara tepat.
Misal kita punya banyak temen. Saya yakin, nggak semua dari mereka enak diajak curhat. Ada yang cocok untuk bercanda doang. Ada yang enak diajak deep talk. Ada yang pas buat diajak ngobrol berat-berat. Ada yang pakar cinta jadi kita selalu konsultasi perihal cinta ke dia. Ada yang organisatoris banget jadi kita cerita ke dia tentang masalah organisasi. Ada juga yang akademis banget, jadi kita ngeluh ke dia urusan akademik. Beda-beda, kan? Masak iya kita mau cerita cinta ke tukang bercanda? Yang ada kita dikata-katain bucin.
Idealnya, menurut saya, oke-oke aja kalau misal ada temen yang datang pas butuh doang, berarti ada kebutuhan dia akan sesuatu yang bisa kita penuhi, sementara kebutuhannya yang lain biar orang lain yang penuhi. Kan kita bukan Tuhan yang jadi tempat segala keluh-kesah dan bisa ngejamin kehidupan orang. Justru kita harus bersyukur kalau ada orang yang datang ke kita karena butuh, berarti keberadaan kita dianggap dan dihargai.
Hubungan antar-manusia memang transaksional, tapi yang sering buat masalah dan baper adalah manusia juga makhluk emosional. Banyak orang yang nggak bisa jernih liat persoalan, terlalu pakai hati sampai baper. Kenapa ada statement “KeNapA sIh oRanG iTu datang paS bUtuHnyA doAnG?!” adalah ketidakmampuan melihat secara jernih setiap hubungan sosial. Emosinya terlalu main, logika kurang dikedepankan.
Pemahaman hubungan manusia yang bersifat transaksional pun bisa jadi berlaku pada relasi yang paling intim, contoh orang yang berpacaran atau suami istri. Kita berpacaran karena butuh kasih sayang, perhatian, belaian, dan segala bentuk pemenuhan kebutuhan perasaan, bukan? Coba kalau misal pacar kita udah nggak kasih semua kebutuhan itu: dia udah gak sayang, nggak perhatian, bahkan nggak peduli ke kita, apa kita masih mau? Nggak, dong! Nah ya sama aja, kita pun “datang pas butuh doang”.
Suami istri pun begitu, saya kira. Kita menikah karena selain saling cinta, tentu karena butuh temen hidup. Kita butuh temen hidup untuk menjamin dan memastikan kebutuhan biologis, psikologis, dan fisiologis kita terpenuhi. Berapa banyak suami atau istri yang akhirnya memutuskan cerai ketika pasangannya nggak lagi mampu menuhin salah satu, dua, atau bahkan ketiga kebutuhan itu? Banyak, kan.
Kalau ada orang yang datang pas butuhnya doang, nggak masalah. Alam semesta manusia memang berjalan seperti itu. Hal-hal kayak donasi, filantropi, atau kegiatan sosial lainnya pun itu termasuk kebutuhan kita sebagai makhluk sosial, baik dari sudut pandang pemberi ataupun penerima. Yang ngasih tentu punya kebutuhan batin yang akan terpenuhi ketika dia memberi. Begitu juga yang menerima, punya kebutuhan fisik, yang kemudian batinnya pun turut terpenuhi dengan pemberian itu.
Jadi, nggak salah kalau ada orang datang pas butuh doang, karena kita cuma bisa “menuhin kebutuhan” dia pada satu atau dua hal doang, nggak banyak. Nggak perlu ngerasa orang lain datang ke kita pas ada butuhnya doang, kalau kita nggak bisa menuhin semua kebutuhan hidup dia.
BACA JUGA Jangan Ngerasa Repot kalau Orang Tua Minta Diajarin Main Gadget dan tulisan Akbar Malik Adi Nugraha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.