Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Apa Iya NU Marah Hanya Gara-gara Kursi Menteri Agama?

Kardono Setyorakhmadi oleh Kardono Setyorakhmadi
25 Oktober 2019
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Saya bukan kader NU, dalam artian tak pernah aktif baik dalam NU secara struktural maupun banomnya. Tapi menarik juga memperhatikan reaksi sebagian struktural dan kultural NU marah menyikapi pemerintahan Jokowi pasca penyusunan kabinet.

Salah satu elit PBNU secara terbuka menyampaikan protesnya, terutama soal menteri agama. Reaksi publik beragam. Termasuk kecaman. Tak sedikit pula. Biasanya argumentasinya seperti ini: “Sudah ada Kiai Ma’ruf Amin sebagai wapres, lalu ada Mahfud MD menkopolhukam, belum lagi Ida Fauziyah, dan Abdul Halim Iskandar di kabinet, masih kurang aja. Malu-maluin”.

Argumentasi yang sulit dibantah, memang. Tapi saya curiga bahwa apa yang terjadi di bawah permukaan jauh lebih dashyat, dan mungkin tak akan pernah sampai di publik.

Namun, argumentasi di atas justru harusnya memunculkan rasa penasaran. “Lah, sudah punya Kiai Ma’ruf Amin sebagai wapres, kenapa NU masih marah? Ada apa ini?” “Lah, Mahfud MD, Ida Fauziyah, dan Abdul Halim Iskandar posisinya benernya seperti apa di NU?” “Benarkah hanya gara-gara kursi menteri agama saja?”

Proses penyusunan kabinet biasanya menjadi pertarungan negosiasi antara sejumlah faksi secara keras (dan sayangnya sering tak pernah muncul di publik). Lalu proses politik apa yang terjadi sehingga NU lalu marah karena merasa dipinggirkan, atau meminjam istilah seorang nadhliyin kawan saya “gak direken blas oleh Jokowi”? Padahal kita tahu bahwa mulai dari pertengahan masa jabatan periode pertamanya hingga pilpres 2019 lalu, boleh dibilang NU adalah benteng terakhir Jokowi (dan lingkarannya), ketika serbuan dari kelompok “Islam keras” kencang menghantamnya. NU menggelar istighotsah kubro di Sidoarjo dengan jumlah massa yang tak kalah dengan jumlah massa aksi 212 di Monas, misalnya.

Lalu, apa yang terjadi setelahnya? Kini bahkan sejumlah tokoh NU secara informal bilang “wis sudah, mbok mau perang dengan radikalisme, itu perangmu, tuan presiden. Kami tak mau ikut-ikut lagi!”

Benarkah hanya gara-gara kursi menteri agama saja? Bagi kalian yang menganggap iya jawabannya, ya diskusi berarti selese. Tapi saya khawatir Anda tak akan mendapat jawaban aslinya, dan gagal memahami realita politik yang tengah terjadi.

Saya yakin jawabannya bukan hanya gara-gara kursi menteri agama saja. Mungkin bahkan merentang hingga sebelum pilpres. Elit politik NU bagaimanapun juga bukan tokoh kaleng-kaleng yang ngambek hanya gara-gara gak kebagian jatah kursi saja. Lalu, apa itu? Mari bagi yang tertarik dan sama-sama penasaran seperti saya mencarinya. Karena saya duga bahwa ini erat kaitannya dengan persiapan kekuatan politik utama negeri ini jelang 2024.

Baca Juga:

Kuliah di UNU Yogyakarta: Senang dengan Fasilitasnya tapi Sedih karena Nama Gedungnya

Lulusan S2 Kesulitan Cari Kerja di Jogja: Ditolak Puluhan Sekolah karena NU dan Tidak Punya KTA Muhammadiyah Sampai Nggak Tega Ngasih Gaji Kecil

BACA JUGA Sisi Lain Nadiem Makarim atau tulisan Kardono Setyorakhmadi lainnya. Follow Facebook Kardono Setyorakhmadi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2019 oleh

Tags: menteri agamanahdatul ulamanu
Kardono Setyorakhmadi

Kardono Setyorakhmadi

ArtikelTerkait

Tips Membedakan Masjid NU dan Muhammadiyah Sebelum Ikut Salat Tarawihnya. #TakjilanTerminal20

22 April 2021
Polemik Cadar: Membaca Maksud Pak Menag Melalui Fakta dan Justifikasi yang Ada

Polemik Cadar: Membaca Maksud Pak Menag Melalui Fakta dan Justifikasi yang Ada

4 November 2019
Ayahku Adalah Orang Muhammadiyah, tapi Soal Rokok Dia NU Tulen terminal mojok.co

Ayah Saya Adalah Orang Muhammadiyah, tapi Soal Rokok Dia NU Tulen

11 Desember 2020
Menyebut Muhammadiyah & NU Elitis Adalah Jokes Pandji Pragiwaksono yang Paling Ampas terminal mojok.co

Menyebut Muhammadiyah & NU Elitis Adalah Jokes Pandji Pragiwaksono yang Paling Ampas

24 Januari 2021
UNU Yogyakarta Adalah Anomali, Kampus Swasta dengan Fasilitas Lengkap kok UKT-nya Masih Terjangkau Mojok.co

UNU Yogyakarta Adalah Anomali, Kampus Swasta di Jogja dengan Fasilitas Lengkap kok UKT-nya Masih Terjangkau

30 Juli 2025
pembubaran fpi

Membubarkan Banser dan Pembubaran FPI: Serius?

26 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.