Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Pojok Tubir

Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
30 Desember 2021
0
A A
Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini terminal mojok.co

Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak yang bertanya pada saya, “Mas, apa itu klitih?” Umumnya, yang bertanya pasti bukan orang asli Jogja atau lama tinggal di daerah istimewa ini. Kalau yang asli Jogja sih, pasti sudah akrab dengan istilah ini. Entah tahu berita, jadi korban, atau malah pelaku. Makanya saya bilang berkali-kali: Jogja itu terbuat dari UMR murah, hotel penyedot air tanah, dan klitih!

Meskipun bahasan tentang aktivitas yang meresahkan ini makin ramai di media sosial, banyak orang yang belum paham benar apa fenomena ini. Kebanyakan memandangnya seperti perampok atau begal. Tentu ini perlu diluruskan! Pasalnya, ia adalah salah satu kearifan lokal Jogja yang beda jauh dari begal. Ibarat gudeg, kalau ada fenomena seperti klitih di luar Jogja pasti sudah beda spiritnya.

Saya ingin membantu Anda, warga luar Jogja, untuk memahami budaya penuh darah khas Jogja ini. Tentu bukan karena bangga. Tapi, ini demi mengabarkan kabar buruk dari negeri monarki ini. Biar saja aktivitas meresahkan ini jadi buah bibir atau cibiran orang. Kalau belum viral seperti ini, pihak berwenang belum tertarik memberi fokus lebih.

#1 Apa itu klitih?

Rujukan apa itu klitih yang paling banyak dibahas adalah pendapat Suprapto, kriminolog dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, kejahatan jalanan berbeda dengan klitih. Seperti yang dilansir dari Tirto, “Kejahatan jalanan itu beda dengan klitih. Jangan menyebut klitih karena klitih sendiri berarti aktifitas positif yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. Sayangnya, ini kemudian diadaptasi pelajar atau remaja untuk mencari musuh.”


Dari sini, kita memahami adanya pergeseran makna dari kata klitih. Ia adalah aktivitas keluyuran “mencari angin”. Biasanya dengan naik motor berkeliling sekitar rumah atau tongkrongan. Namun, para remaja yang sedang puber melakukan aksi kekerasan sembari klitih tadi. Pada akhirnya, ia dicap sebagai kegiatan mencari rusuh dan penyerangan orang tak bersalah.

Jadi, kalau Anda biasa mengenal istilah JJS, sunmori, rolling, atau night ride, dulu kami sebut sebagai klitih. Tapi kini makna itu bergeser menjadi ancaman yang menghantui warga Jogja. Mungkin Anda jadi bertanya, “Lalu, kapan kata ini jadi erat dengan pembacokan dan penganiayaan?”

#2 Penyebab klitih jadi aktivitas yang mengancam nyawa warga

Saya menemui dua orang yang akrab dengan dunia ini. Pertama ada Mas Depe (29), teman seangkatan saya yang pernah jadi joki klitih selama SMA. Kedua ada Mas Ari (25), adik kelas kami yang juga pernah terlibat urusan klitih. Bersama mereka, saya coba menggali asal mula aktivitas ini.

Kami bersepakat tentang teori asal mula aktivitas ini. Menurut kami, kitih dimulai dari dua geng besar Jogja: Joxzin dan Qzruh. Dua geng veteran ini bukanlah geng sekolah, tapi cenderung berdasarkan posisi geografis. Salah satu ciri khas anak geng zaman dulu adalah keliling area musuh untuk adu pengaruh dan keberanian.

Namun, ini bukanlah klitih model sekarang. Saat itu, jarang terjadi perkelahian yang berarti. Paling sering ya hanya saling tendang motor ketika dua anggota geng ini berpapasan. Nah, mentalitas geng ini dibawa ke dalam kultur SMA. Kultur klitih ini tumbuh subur seiring munculnya geng sekolah. Kami pikir, mungkin dekade 2000-an menjadi awal suburnya geng SMA.

Mas Depe berpendapat, aktivitas ini di antara geng sekolah lahir dari event olahraga SMA. Bukan event-nya yang bermasalah, tapi para supporter yang memegang chauvinisme sekolah. Biasanya setelah pertandingan, para supporter melakukan konvoi sambil provokasi ke sekolah rival. Provokasi ini sering berakhir dengan penyerangan dan tawuran.

Dengan makin panasnya permusuhan antar geng, para siswa ini mulai adu keberanian dengan klitih. Mereka keliling kota sambil menyerang siswa SMA musuh yang ditemui di jalan. Polanya sangat khas: pepet, tanyai dari SMA mana, dan serang jika valid sebagai siswa SMA musuh.

Mas Ari menerangkan bahwa klitih ala geng SMA mulai punah semenjak gelombang pembubaran geng di Jogja. Kira-kira sejak 2018-2019, geng SMA mulai berkurang dan jadi sekadar klub tongkrongan. Tapi bubarnya geng SMA diiringi dengan lahirnya geng baru. Geng ini mirip seperti geng veteran karena tidak terikat oleh almamater SMA. Tapi geng ini lebih kecil, mobile, dan trengginas mengancam nyawa.

Salah satu awal klitih menjadi populer adalah munculnya geng RKS. Geng ini diduga menjadi pioner klitih yang menyerang warga umum. Jika dulu klitih punya sasaran jelas, RKS menyerang siapa saja semau mereka. Tujuan mereka bukan untuk memenangkan harga diri dari rival, tapi memuaskan adrenalin dan toxic masculinity.

RKS juga menjadi urban legend dengan “mio putih” mereka. Bahkan mio putih, yang memang jadi salah satu motor pelakunya, menjadi momok saat melintas jalanan Jogja.

Mas Depe berpendapat, RKS dan kultur klitih 3.0 ini yang sekarang menghantui Jogja. Pun mulai muncul geng serupa RKS yang tujuannya hanya menyerang orang asing yang berpapasan di jalan. Tidak ada alasan perampokan atau penguasaan wilayah. Semua dilakukan demi harga diri dan kepuasan pribadi. Inilah yang membedakannya dengan begal. Klitih tidak butuh harta Anda karena luka atau kematian Anda lebih berharga.

Mereka masih menggunakan pola yang sama dari masa ke masa. Pelakunya berkeliling dengan gaya provokatif. Entah ngebut, zig-zag, atau menggeber motor. Mereka akan memilih jalan yang aman untuk melakukan klitih. Kalau tidak sepi, justru ramai sekalian tapi memungkinkan untuk kabur dan bermanuver.

Ketika pelaku menemukan sasaran secara acak, mereka memepet sasaran tersebut. Tanpa pikir panjang mereka serang dengan senjata yang sudah disiapkan. Entah tongkat kayu, tongkat besi, sampai sajam seperti golok dan clurit. Biasanya mereka menyerang sampai korban terlumpuhkan. Setelah serangan itu, mereka kabur.

Inilah apa itu klitih hari ini. Memang unik, karena siapa pun bisa jadi sasaran. Berbeda dengan model perselisihan antar geng. Ia bisa mengancam siapa saja. Sebenarnya model klitih antar geng masih ada di Jogja. Namun, intensitas (dan viralitas) mereka kalah dengan yang model random ini.


Jadi jangan pikir Jogja baik-baik saja. Ada teror yang bisa mengancam siapa saja. Anda tidak perlu repot-repot menyembunyikan harta. Anda tidak perlu menjauhi atribut tertentu. Karena jika nda kurang beruntung, Anda akan jadi korban berikutnya!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2021 oleh

Tags: apa itu klitih?Jogjaklitihpilihan redaksi
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Naracela di negeri Do It Yourself. Musuh romantisasi dan upah murah Daerah Istimewa. Sunset di tanah monarki.

Artikel Lainnya

3 Resep Rahasia Kesuksesan Yakult Bertahan di Pasar Indonesia Terminal Mojok.co

3 Resep Rahasia Kesuksesan Yakult Bertahan di Pasar Indonesia

24 Mei 2022
Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink Terminal Mojok.co

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink

23 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
Daripada Bikin Malioboro, Ada Baiknya Magelang Fokus Wisata Seribu Candi Saja

Daripada Bikin Malioboro, Ada Baiknya Magelang Fokus Wisata Seribu Candi Saja

22 Mei 2022
Surat Terbuka untuk Seluruh Pendukung Liverpool: Apa pun Hasilnya, Tetaplah Jatuh Cinta

Surat Terbuka untuk Seluruh Pendukung Liverpool: Apa pun Hasilnya, Tetaplah Jatuh Cinta

21 Mei 2022
Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat Terminal Mojok

Daihatsu Luxio dan Stigma Mobil Murahan yang Melekat

19 Mei 2022
Pos Selanjutnya
8 Oleh-oleh Khas Gresik yang Wajib Dicoba

8 Oleh-oleh Khas Gresik yang Wajib Dicoba

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya Terminal Mojok.co

5 Hal Konyol yang Bisa Kalian Temukan di Jalanan Kota Surabaya

23 Mei 2022
Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini terminal mojok.co

Apa Itu Klitih? Panduan Memahami Aktivitas yang Mengancam Nyawa Ini

30 Desember 2021

Dari MOJOK

  • UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa
    by Yvesta Ayu on 24 Mei 2022
  • Menelusuri Sejarah Rowo Bayu yang Diduga Jadi Lokasi Asli KKN Desa Penari
    by Fareh Hariyanto on 24 Mei 2022
  • Mobil Listrik Makin Nggak Menarik ketika Tarif Dasar Listrik Bakal Naik
    by Christian Evan Chandra on 24 Mei 2022
  • Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI
    by Ali Ma'ruf on 23 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In