Dari dulu hingga hari ini, wajah pendidikan kita disesatkan oleh “makhluk” yang bernama sekolah favorit. Sebenarnya pemerintah sudah mencoba meredam perihal ini—dengan adanya sistem zonasi. Tapi, kita tetap saja menemui orang-orang yang berusaha melanggar aturan zonasi tersebut. Supaya mereka tetap menyalurkan nafsunya untuk bersekolah di sekolah favorit.
Menurut saya, akar permasalahan pendidikan kita dari dulu berada pada fasilitas sekolah-sekolah di negeri ini yang tidak merata. Ini yang mengakibatkan adanya sekolah favorit. Banyak sekolah-sekolah di negeri ini yang di bawah standar—sekolah bagus—ketika kita berbicara tentang fasilitas. Bahkan masih banyak sekolah-sekolah di pelosok yang tidak layak di huni untuk kegiatan belajar-mengajar.
Dampaknya, saya rasa, kebanyakan anak yang pintar tidak akan mau bersekolah di sekolah yang bukan sekolah favorit. Orang tua pun sama, kebanyakan dari mereka tidak akan mau kalau anaknya yang pintar bersekolah di sekolah yang bukan sekolah favorit. Begitu pun para guru yang berkualitas, kebanyakan dari mereka tidak akan mau mengajar di sekolah yang bukan sekolah favorit.
Bagi anak sekolah yang bisa bersekolah di sekolah favorit, itu sebuah kebanggaan tersendiri. Mungkin bagi mereka, kalau mereka tidak sekolah di tempat yang bagus, mereka akan sulit berkembang dengan keterbatasan fasilitas, tidak bertemu teman-teman yang juga pintar dan tidak bertemu guru-guru yang berkualitas. Mungkin itu juga yang dirasakan para orang tua.
Begitu pun para guru, mereka memiliki kebanggaan tersendiri, kalau bisa mengajar di sekolah favorit. Kadang mereka tidak mau mengajar di sekolah yang fasilitasnya tidak bagus, mereka juga lebih ingin berpatner dengan guru-guru yang juga berkualitas dan mereka kadang lebih senang mengajar anak-anak yang pintar. Memang tidak semua guru seperti ini. Tapi, itu cuma segelintir.
Inilah wajah muram pendidikan kita. Label sekolah favorit sepertinya sudah menyesatkan pada diri tiap anak. Dan fenomena ini masih terjadi sampai hari ini. Itu terjadi karena tidak meratanya fasilitas sekolah-sekolah di negeri ini, seperti apa yang saya sudah utarakan di atas. Ini akan tetap terjadi kalau pemerataan fasilitas di sekolah-sekolah tidak cepat diatasi. Ini juga sebenarnya yang mengakibatkan pendidikan kita terpuruk, tertinggal dari negara-negara lain.
Saya berpikir, seandainya sekolah-sekolah di pedesaan dari SD, SMP, dan SMA dijaga fasilitasnya, saya meyakini, apa yang sudah saya utarakan di atas tidak akan terjadi. Kalau ini dilakukan, saya rasa tidak akan ada lagi anak-anak sekolah yang memilih sekolah-sekolah tertentu—sekolah favorit. Begitu pun orang tua tidak dibuat susah anaknya yang menginginkan sekolah di sekolah favorit. Para guru pun sama, tidak akan ada lagi guru-guru yang memilih mengajar di sekolah-sekolah tertentu.
Ini akan berujung pada sebaran, tidak akan ada lagi anak-anak yang pintar berada dalam satu sekolah. Begitu pun para guru, tidak akan ada lagi guru-guru yang berkualitas mengajar dalam satu sekolah. Ini akan membuat pemerataan di setiap sekolah terjaga. Dengan sebaran, para murid yang pintar dan para guru yang berkualitas tidak berada dalam satu sekolah tertentu—sekolah favorit.
Dan ini akan membuat wajah pendidikan kita tidak lagi muram—membaik. Tidak akan ada lagi label sekolah favorit. Dan, tidak akan ada lagi anak-anak yang tersesatkan olehnya—sekolah favorit. Dengan adanya pemerataan fasilitas sekolah-sekolah di negeri ini dan tersebarnya anak-anak pintar dan guru-guru berkualitas, saya menyakini, pendidikan kita akan mulai bangkit.
Semua hal yang saya utarakan di atas tidak akan tewujud, bila anggaran pendidikan kita masih rendah. Saya rasa, anggaran pendidikan kita masih relativ rendah untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Kita semua tau, bahwa negara-negara yang memiliki pendidikan yang berkualitas adalah negara-negara yang memiliki anggaran yang tinggi untuk pendidikannya. Misalnya saja, seperti: Jepang, Singapura, dan seterusnya.
Menurut saya, anggaran pendidikan itu bisa terwujud bila negara mengurangi pemakaian uang negara untuk hal-hal yang kurang penting—hal-hal yang tidak jadi prioritas. Akan lebih baik, apabila uang itu disalurkan untuk memperbesar anggaran pendidikan kita. Sehingga kita bisa memperbaiki fasilitas sekolah-sekolah yang ada di pelosok negeri ini. Sebab akar permasalahan pendidikan kita adalah bersumber dari tidak meratanya fasilitas sekolah-sekolah yang ada di negeri ini.
Seperti apa yang sudah saya utarakan di atas, dengan adanya pemerataan fasilitas sekolah-sekolah di negeri ini dan tersebarnya anak-anak pintar dan guru-guru berkualitas, saya menyakini, pendidikan kita akan mulai bangkit.
BACA JUGA Dari Pengalaman Saya, Ada yang Lebih Penting dari Menyekolahkan Anak di Sekolah Mahal atau tulisan Asep Meshuri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.