Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Anti-Natalitas : Sebuah Gaya Pikir Kontras Untuk Mengembalikan Kualitas

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
25 Mei 2019
A A
anti-natalitas

anti-natalitas

Share on FacebookShare on Twitter

Kontras dengan apa? Dengan realita yang kita hadapi sehari-hari, lebih-lebih ketika sudah menginjak usia kepala 2, 3 dan seterusnya, tapi belum menikah atau kalaupun sudah menikah belum punya anak. Pada masa tersebut, pertanyaan nggak penting tapi mengganggu akan selalu datang “kapan nikah?” “kok belum punya anak? nggak subur ya?” dan lain sebagainya. Tapi tentu anti-natalitas tidak hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kurang penting tersebut. Kalau soal gimana menjawab pertanyaan itu, mungkin artikel “Pilih Menikah atau Melajang?” bisa menjawabnya, bahkan saat baru baca judulnya.

Oke kita kembali ke topik, anti-natalitas. Sebuah posisi filosofis kalau kata tirto.id, tapi kalau menurut saya, anti-natalitas hanya soal bagaimana memandang hidup dengan cara lain—dengan cara memikirkan bagaimana hidup orang lain yang mungkin akan menjadi sebuah akibat dari hidup kita. Seperti namanya, bicara natalitas atau kelahiran pasti nggak akan jauh-jauh dari bahasan soal anak dan orangtua—di sini eksistensi si anak diposisikan sebagai sebuah akibat dari aktivitas terdahulu dari orangtuanya—nggak perlu dijelasin lah yaa aktivitasnya apa. Anti-natalitas merupakan posisi penolakan terhadap kelahiran yang cenderung sembarangan, berpotensi menghasilkan pribadi yang tersiksa dan atau mudhorot lainnya. Dalam kondisi yang lebih ekstrem, pandangan ini berpotensi untuk menentang seluruh kelahiran karena menganggap bahwa membiarkan sebuah nyawa hidup di dunia yang serba rusak ini ialah sebuah tindakan tidak bertanggungjawab.

Tapiii, segala sesuatu yang ekstrem memang tidak pernah baik, makanya kalau kata Rasulullah dulu (aseeekk, Ramadan jadi religius gini ya) bahwa sebaik-baik perbuatan itu yang sedang-sedang saja. Benci ya nggak benci-benci amat, rindu ya nggak rindu-rindu amat—biasa aja gitu. Nah sama, kalau natalitas ini kita posisikan sebagai sebuah kehati-hatian yang membuat seseorang, eh dua orang berfikir terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk punya anak atau tidak, menurut saya justru menjadi sebuah tindakan yang baik. Nggak asal wik-wik aja terus muncul anaknya baru bilang “yaudah, titipan Tuhan ya harus diterima.” Ya iya sih titipan Tuhan, tapi Tuhan juga nitipin akal untuk kita berfikir sebelumnya, apakah iya kita siap mendapatkan anak yang katanya “titipan Tuhan itu.”

Anti-natalisme berusah untk melawan mainstream RJH (Rencana Jalan Hidup) banyak orang di Indonesia—yang kurang lebih kaya gini : sekolah-kuliah-kerja-nikah-beranak-mati—yang seolah-olah sudah paten dan tidak boleh skip satu tahap pun dan masih ditambah ada rentang usia tertentunya. Kalo 25 belum nikah dicap pemilih, 25 belum lulus kuliah walaupun udah kerja dicap males, dan sebagainya. Termasuk dalam RJH itu punya anak, sehingga sangat umum kalo udah nikah ditanyainnya “kapan punya anak?”. Seringkali karena udah tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan macam itu, pasangan kemudian menjalani promil  (program hamil) yang tak lain dan tak bukan tujuannya lagi-lagi untuk menyenangkan lambe netijen. Bayangin, sebuah nyawa hanya dihargai untuk membungkam mulut dan segala prasangka netijen.

Atau misalnya keinginan punya anak supaya nanti di hari tua ada yang ngerawat, supaya bisa ngelanjutin cita-cita orangtua—supaya bisa banggain orangtua. Yakin, kalau si bayi dikasih tau sama Tuhan bahwa beban hidup dan ekspektasi yang harus ia tanggung sebanyak itu, pasti dia milih untuk nggak jadi lahir. Betapa ngeselinnya hidup di dunia yang makin lama makin rusak ini tapi masih juga dibebani dengan ekspektasi tinggi—sejak lahir. Eh, bahkan sebelum lahir.

Pernah denger orang ngomong “semoga nanti anakku bisa raih hal-hal yang dia impikan”? Atau lebih sering denger “semoga nanti anakku jadi anak yang berbakti pada orangtua, penurut, dll.” Nggak salah sih sebenarnya, kedua doa itu baik semua. Tapi saya pribadi jarang dengar yang pertama. Anak dihargai nyawanya bahkan untuk kepentingan orang tua untuk merasa dihormati. Bukan sebuah jiwa yang independen dan punya cita-cita sendiri. Akibatnya apa? Akibatnya banyak cita-cita anak yang kandas, batal berjodoh, karena keharusannya untuk “berbakti.” Menurut saya hal ini adalah sebuah kekejaman yang dibudayakan.

Anti-natalisme tidak menghendaki hubungan determinisktik seperti itu, tetapi juga bukan berarti mendorong untuk menjadi pembangkang—karena memilih membangkang atau terkekang, itu urusan masing-masing. Anti-natalisme hanya berusaha untuk membuka kesadaran kita para orangtua dan calon orangtua untuk menyadari bahwa sedari awal, keberadaan anak kita bukanlah keinginannya—ia ada akibat keputusan kita sebelumnya maka hendaknya ia juga menjadi tanggungjawab kita dan bukan sebaliknya.

Alasan paling ideal untuk memiliki anak ialah sebagai wujud cinta kasih dalam keluarga dan bukan yang lain. Sehingga jika awalnya bermula dari keinginan mewujudkan cinta kasih, pada masa selanjutnya dapat diminimalisir tuntutan-tuntutan kejam di atas. Anak bukanlah hasil dari membeli bursa saham yang labanya kita bisa nikmati pada hari selanjutnya, lebih-lebih jika masih harus diwarisi dengan hantu-hantu kegagalan masa lalu orangtua. “Melanjutkan cita-cita orangtua” katanya.

Baca Juga:

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

4 Hal Menyebalkan yang Membuat Ibu-ibu Kapok Pergi ke Posyandu

Jika hanya untuk keperluan investasi, langsung saja ke bursa saham karena anak bukanlah komoditas dagang dan dengan tegas katakan “tidak” untuk mempunyai anak jika tujuannya bukan untuk membagi kasih sayang.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: AnakAnti-NatalitasKeluargaOrang Tua dan Anak
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

Saatnya Berhenti Menyuruh Orang Lain untuk Tambah Anak, Donatur Juga Bukan, tapi Ngaturnya Kelewatan!

Saatnya Berhenti Menyuruh Orang Lain untuk Tambah Anak, Donatur Juga Bukan, tapi Ngaturnya Kelewatan!

8 April 2025
mitos jawa anak sesajen mojok

Saya Nggak Akan Pernah Percaya Mitos Jawa, Karena Nggak Ada yang Masuk Akal

10 Juli 2020
Beberapa Alasan Tinggal Terpisah dengan Orang Tua Adalah Pilihan Terbaik Setelah Menikah Terminal Mojok

Beberapa Alasan Tinggal Terpisah dengan Orang Tua Adalah Pilihan Terbaik Setelah Menikah

12 Desember 2020
Kalau Nggak Mau Pakai Helm, Sebaiknya Jangan Jadi Orang Tua! operasi otak

Kalau Nggak Mau Pakai Helm, Sebaiknya Jangan Jadi Orang Tua!

29 Februari 2024
Stop Glorifikasi Bapak Rumah Tangga yang Mulai Bikin Bosan, Memang Apa yang Spesial?

Stop Glorifikasi Bapak Rumah Tangga yang Overrated, Memang Apanya sih yang Spesial?

16 November 2023
bunga terakhir

Perjumpaan Terakhir: Pada Akhirnya Kita akan Menyusul Mereka

9 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.