Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Ananda Badudu dan Moralitas Palang Merah Albert Camus

Randi Reimena oleh Randi Reimena
30 September 2019
A A
ananda badudu

ananda badudu

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang akan kamu lakukan di depan kebathilan? Melalui esainya, Terlibat di Sisi Korban Menghadapi Kebathilan Absurd: Etika PolitIk Albert Camus, Setyo Wibowo mengajak kita untuk melihat pencarian Albert Camus dalam menjawab pertanyaan tersebut. Wibowo memulai dengan menelaah posisi para tokoh dalam novel Camus, Sampar. Bagaimana posisi para tokoh saat berhadapan dengan bencana, dengan kebathilan.

Dalam novel tersebut, penduduk Kota Oran tiba-tiba dikejutkan kedatangan wabah hitam atau sampar. Kota Oran kemudian diisolasi. Dalam isolasi itu, sampar menghajar siapa saja yang kebetulan berada dalam jangkauannya. Tidak peduli anak-anak, dewasa, si miskin, atau si kaya. Sampar adalah ancaman lintas kelas, lintas umur.

Penduduk menghadapi bencana ini dengan berbagai moralitas sebagai dasar tindakan, “apa yang mesti saya lakukan”. Ada yang diam-diam mengambil keuntungan dari bencana tersebut. Ada juga yang melihat bencana sampar sebagai sarana bagi praktik ideologis dan religius. Bagi mereka ini, hadirnya bencana sampar adalah saat yang ditunggu-tunggu untuk melibatkan diri, untuk membuktikan kebenaran agama mau pun kebenaran ideologi.

Di luar itu semua, ada yang secara teguh berdiri bersama korban sampar. Ia tidak berniat mengambil keuntungan, maupun punya tendensi untuk ‘memetakan’ sampar dari kacamata ideologis atau agama. Sampar baginya adalah kondisi aktual yang harus dihadapi, tanpa peduli dari mana datangnya atau apa yang akan terjadi setelah sampar berhasil diatasi.

Yang jelas, sampar memakan korban tanpa pandang bulu. Manusia hidup yang kini, saat ini, di sini, tengah terancam sebagai korban. Si Tokoh memilih berdiri bersama korban. Dengan nyawa sebagai taruhannya, Ia mengobati para korban, mendampingi mereka, mencatat gejala-gejala, merancang vaksin penangkal sampar, mendirikan kelompok relawan, dan seterusnya. Tokoh itu bernama Dokter Rieux.

Menurut Wibowo, tokoh yang disebut terakhir ini adalah Albert Camus sendiri. Novel Sampar sendiri merupakan semacam pernyataan filsafat moral Albert Camus. Para rival Camus sering mengolok-olok moralitas semacam itu sebagai ‘moral palang merah’.

Saya tidak sedang ingin memproblematisir moralitas tersebut. Saya juga tidak ingin berdebat tentang agensi dan struktur. Jika saya nampak sedang terlibat proyek ‘menjinakkan’ Camus, saya sedang tidak ingin memikirkan itu. Ketika menulis ini, saya hanya teringat Ananda Badudu.

Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Ini fakta tak terbantahkan. Konflik multidimensi di Papua, perusahaan-perusahaan besar membakar hutan, tentara memukuli petani, kriminalisasi pejuang lingkungan, ibu-ibu kendeng dan ibu-ibu di aksi kamisan seperti sia-sia berdiri menuntuntut keadilan. Daftar masalah ini silakan perpanjang sendiri.

Baca Juga:

6 Lagu Anime yang Cocok Diputar Saat Aksi Mahasiswa

Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara

Sementara negara dengan oligarki bersamanya, tengah mempersiapkan paket perundangan yang jelas-jelas akan memperparah keadaan. Orang-orang yang resah mulai bersuara, namun negara abai. Api-api kecil mulai menyala di sana-sini, makin lama-makin membesar. Di Jakarta api itu menjelma gelombang demonstrasi pada 23-25 September 2019. Aparat menyambutnya dengan represif, dan karenanya korban-korban berjatuhan. Menurut kepolisian, 265 mahasiswa terluka sepanjang aksi. Ini baru yang terdata.

Apa yang akan kamu lakukan di depan itu semua?

Sebagaimana penduduk kota Orang, netizen Indonesia punya kode etik tertentu dalam menyikapi semua ini. Ada yang lebih tertarik melihat gerakan massa kali ini sebagai laboratorium sosial. Tidak ada salahnya. Ada yang sekedar menggalang solidaritas lewat tagar sambil mendukung gerakan di daerah, seperti saya. Tidak ada salahnya.

Ada juga yang tampil dengan sinisme tak berkejelasan, semangat anti-tren yang tak lebih dari semangat ‘asal tidak seperti orang banyak’. Bagi mereka ini, saat naik pasangnya kesadaran politik orang banyak adalah saat yang tepat untuk ‘asal tidak seperti orang itu’.

Ananda Badudu memilih berpihak pada gerakan mahasiswa

Saya tidak kenal Ananda Badudu sebelumnya. Baik sebagai musisi atau jurnalis atau pun aktivis. Namun pada hari-hari ini itu, saya yang tinggal jauh dari Jakarta, mengikuti peristiwa-demi peristiwa di media sosial. Sekali-sekali saya retweet hal yang saya rasa perlu. Melawan propaganda buzzer anti-demonstran. Ikut melambungkan tagar #mahasiswabergerak. Singkatnya, melakukan apa yang saya secara naif saya yakini dapat membantu mendesakkan Tujuh Tuntutan yang dapat memperbaiki keadaan.

Pada saat itulah saya melihat @anandabadudu. Ia membikin crowdfunding di Twitter. Dana ini digunakannya untuk menyuplai logistik mahasiswa, terutama medik. Saya melihat betapa responsifnya Ananda di tengah kericuhan. Lewat  akunnya, ia menanyakan serta mendatangi lokasi-lokasi demonstrans yang terluka dan butuh pertolongan, memberi informasi lokasi ambulans terdekat yang disewanya dengan dana tersebut atau memberi informasi lokasi evakuasi. Pendeknya ia mengubah akun Twitter-nya menjadi semacam crisis center di tengah krisis tersebut. Kita tahu, gara-gara ini ia harus berurusan dengan kepolisian.

Semua itu ia lakukan nyaris tanpa heroisme menggebu-gebu (seperti saya, misalnya). Ia tidak sekalipun melandasi aktivitasnya dengan teori-teori sosial atau ayat-ayat dari kitab suci. Ia juga nampak tidak punya tendesi untuk memperkirakan ke mana gerakan berarah.

Yang jelas, Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Yang jelas, Tujuh Tuntutan harus dipenuhi. Yang jelas,  pada saat itu, di situ, ia berbuat apa yang bisa ia perbuat: berdiri bersama mereka yang menjadi korban dalam perjuangan melawan sampar, melawan kebathilan.

Memang ada kesan naif dalam moralitas palang merah ini. Namun di saat sampar telah sampai di pintu kamarmu tanpa memberimu waktu yang cukup untuk mempelajari dan memahami apa itu ‘sampar’, apa lagi yang yang bisa kamu lakukan? (*)

BACA JUGA Indonesia Lagi Lucu-lucunya… atau tulisan Randi Reimena lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Februari 2022 oleh

Tags: aksi mahasiswaananda badudugejayan memanggilruu kpkruu kuhp
Randi Reimena

Randi Reimena

ArtikelTerkait

entah apa yang merasukimu

Mahasiswa yang Nyantet DPRD, Presiden, dan KPK: Entah Apa yang Merasukimu

1 Oktober 2019
ruu kpk

RUU KPK Adalah Bukti Betapa Progresifnya DPR dan Presiden Kita

17 September 2019
6 Lagu Anime yang Cocok Diputar Saat Aksi Mahasiwa terminal mojok

6 Lagu Anime yang Cocok Diputar Saat Aksi Mahasiswa

16 November 2021
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara

26 Januari 2021
Eyang Habibie

Surat Untuk Eyang Habibie

27 September 2019
mas didi kempot

Dari Istana Negara Hingga Senayan: Mas Didi Kempot, Tolong Buat Lagu dari Tempat-Tempat Ini, Dong!

10 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.