Saat membaca artikel alumni UNESA hanya bisa pura-pura bangga dari Mas Abdur, saya sempat kaget melihat bahwa dalam artikel tersebut Mas Abdur bilang bahwa jadi alumni UNY enak, karena tidak menanggung beban seperti alumni UNESA.
Saya sih membaca paragraf pertama tersebut, dapet kesan seperti itu. Nah, kalau benar seperti itu, jujur saja saya kaget. Yang jelas sih, kaget kalau kuliah di UNESA itu bikin mahasiswanya (merasa) punya beban moral sebesar UGM (karena tulisan saya membandingkan UNY dengan UGM). Ngeri betul ya kampus yang sempat viral karena bentakan ospek online ini.
Kalau UNESA aja bisa merasa seperti itu, apalagi UNY yang notabene cuman sebelahan sama UGM.
Tapi, lupakan itu. Hanya saja, saya perlu kasih tahu ke kalian para pembaca, bahwa mahasiswa dan alumni UNY tidak perlu pura-pura bangga jadi mahasiswa Kampus Bertaqwa, Mandiri, dan Cendekia ini. Sebab, mau separah apa pun kampus ini, jujur saja, masih banyak hal yang sebenarnya bisa bikin alumninya menepuk dada.
FBSB, that’s it, that’s the tweet
Saya alumni UNY, tepatnya, alumni FBSB UNY. Dan kampus inilah yang bikin saya nggak malu menyebut diri UNY, meski ya saya nggak sebangga itu sampai harus nulis itu jadi bio medsos hingga setelah lulus.
Kalau saya boleh norak dikit, kampus saya itu penghasil banyak sekali artis, terutama di dunia musik. Saya males dan malu bilang ini, tapi kalian perlu tahu kalau Ghea Indrawari itu alumni UNY. Saya ketemu beberapa kali di kantin kampus, and all I can say is, meski saat itu namanya sudah naik, nggak ada aura menyebalkan dan sok ngartis dari beliau.
Nggak hanya Ghea sih yang mentas dari UNY, sebenernya banyak. Tapi saya nggak perlu lah ya tulis di sini. Buat apa anjir. Nyebut Ghea aja merasa cringe saya. maksudnya ya, biasa banget gitu lho kuliah sekampus sama artis. Toh, UGM, tetangga kaya itu, menghasilkan banyak orang yang terkenal.
Contohnya sih yang lagi naik daun ya Pak Jokowi. Saking terkenalnya, bahkan katanya ada kapal pengangkut tambang yang dinamai pake nama beliau. Katanya lho ini.
UNY top of mind kampus pendidikan
Misal ada yang bikin bangga lagi dari UNY, ya salah satunya adalah universitas ini memang top of mind perkara kampus pendidikan. Kamu kalau pengin jadi guru, kuliahnya ya di UNY. Sekalipun nggak di sini, ya pasti ada kepikirannya kuliah di sini.
Sampe sekarang, masih banyak orang nyebut UNY itu IKIP. Ya artinya memang label kampus pendidikan masih melekat erat. Bahwa nyatanya kini makin jauh dari dunia pendidikan, itu urusan lain.
Yang jelas, kualitas calon guru jebolan UNY saya bisa bilang memang top. Banyak kawan saya yang sudah jadi guru dengan kemampuan hebat selepas mereka lulus. Saya sendiri pun, sekalipun bukan guru, saya juga mentor kelas menulis. Well, memang nggak bisa lepas dari dunia pendidikan.
Alumninya bangga beneran
Tulisan saya tentang alumni UNY itu memicu perdebatan. Banyak yang merasa berang karena merasa bahwa mereka beneran bangga kuliah di UNY. Saat itu saya garuk-garuk kepala, wong saya ini cerita tentang beban dan ekspektasi, kok dibalas dengan kebanggaan. Tapi ya okelah, rapopo, pie meneh.
Nah, jelas ini nggak kayak tulisan Mas Abdur, yang bilang bahwa alumni UNESA terpaksa dan pura-pura bangga. Alumni UNY beda cerita, mereka beneran bangga. Banyak yang menceritakan pencapaian mereka setelah kuliah yang sebenernya nggak nyambung, tapi ya nggak apa-apa, namanya orang bangga mah bebas.
Yang membedakan mungkin satu, mereka—alumni UNY—itu nggak overproud dan nggak boleh overproud juga. Saya nggak nemu orang overproud sih sampe sekarang, nggak tau kalian. Paling cuman di komen tulisan saya itu, tapi itu masih wajar karena memang itu ruang mereka untuk berbangga diri.
Mungkin karena di Jogja kelewat banyak kampus yang mentereng, bikin alumni UNY ya merasa nggak perlu sebegitunya. Toh, di atas langit, masih ada langit.
Jadi ya, wajar dan nggak masalah alumni UNY merasa bangga. Dari dua contoh di atas saja, sudah bisa jadi modal bangga. Dan alasan-alasan lain untuk bangga jadi alumni UNY masih ada, silakan dicari. Nggak perlu pura-pura, kayak alumni UNESA. Kalau sampai pura-pura ya… nggak tega ah bilangnya wqwqwq.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya




















