Sebenarnya kepanjangan dari UM adalah Universitas Negeri Malang. Bukan Universitas Mahasantuy, apalagi Universitas depan Matos. Tapi UM sekarang lebih dikenal sebagai Universitas Mahasantuy dibanding dengan nama aslinya itu. Buktinya, kalau kalian datang ke Malang, terus mengetikan “Universitas Mahasantuy” di sana, Google Maps akan mengarahkan kalian ke Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145 yang jelas-jelas adalah alamat dari Universitas Negeri Malang.
Mungkin yang bikin UM terkenal sebagai Universitas Mahasantuy oleh google itu karena di kampus saya ini, kamu bisa kuliah, ambil cuti panjang, tapi tetap lulus seperti yang terjadi pada Mas Bayu Skak. Gimana? Super santuy kan?
Ya santuy sih santuy, tapi tetep ada prosedurnya kok itu wqwq.
Kalau melihat kasus Mas Bayu Skak, katanya mas ini sudah cuti kuliah selama 7 semester (alias 3,5 tahun), kalau melihat aturan, mungkin harusnya sudah hampir DO. Tapi pihak kampus dengan berbaik hati mengusahakan Mas Bayu agar bisa lanjut kuliah dan wisuda.
Lalu terjadilah yang namanya pembobotan SKS matakuliah diekuivalensi dengan kegiatan yang dilakukan Mas Bayu di luar kelas. Tapi ya bukan kegiatan yang isinya cuma rebahan sambil youtubean yaaa. Yang dijadikan penilaian adalah kegiatan Mas Bayu yang menggarap film dengan mengangkat bahasa daerah ke filmnya. Jadi meskipun cuti, sebenarnya Mas Bayu ini tetap rajin ngurusi ekuvalensi nilai tadi.
Sekarang Mas Bayu sudah lulus dan diwisuda tanpa harus buat tugas akhir. Memang sih bikin ngiri. Kalau kalian pengin kayak gini juga, dipersilakan untuk sadar diri dulu karena karya Mas Bayu kan memang besar, malah jauh lebih besar dari tugas akhir dan skripsi.
Jujur saja, menurut saya ini menginspirasi, saya harap kampus lain juga menerapkan hal yang serupa. Lalu untuk UM, mbok ya jangan mahasiswa sastra saja. Mahasiswa teknik diberlakukan begitu juga.
Kalau memang bisa, saya akan mengajukan 1 artikel mojok diekuivalensi dengan 1 sks matakuliah teknik pondasi. Agar saya dapat kesantuyan yang haqiqi di semester ini. Hah dasar saya ini, kebanyakan ngimpi. Tapi nggak apa-apalah siapa tahu benar-benar terjadi. Huahahahaha.
Jiwa santuynya UM ini tidak lepas dari motto “The Learning University”. Menurut pemahaman saya motto UM itu erat kaitannya dengan model pembelajaran sepanjang hayat. Maka dari itu sejak masih mahasiswa baru, saat masih unyu-unyunya mahasiswa, serta masih polos-polosnya mahasiswa, dosen sudah mewanti-wanti mahasiswanya untuk berkarir setelah lulus bukan sekedar bekerja.
Pemahaman yang saya tangkap, jika berkarir maka kita menjalankan tugas-tugas pekerjaan dengan senang hati, sekaligus berkembang secara keilmuannya. Selain itu, yang namanya berkarir kita tidak akan pernah merasa bosan dengan tugas pekerjaan yang kita lakoni, sehingga hasilnya cenderung mengalami peningkatan. Nah, beda ceritanya kalau kita bekerja saja.
Kalau hanya bekerja, produktivitas cenderung menurun. Minat kita terhadap pekerjaan rendah. Prestasi yang diraihpun juga rendah. Selain itu, kita juga malah banyak mengalami depresi selama mengerjakan tugas-tugas kerja dan merasa tidak bahagia. Hehehe.
Jadi, kalau kita itu berkarir kita senantiasa bahagia untuk terus belajar sampai kita selesai bekerja bahkan sampai kita tua. Mungkin begitu presepsi yang saya tangkap. Alangkah baiknya kita itu tidak pernah berhenti untuk belajar dan juga terus semangat untuk belajar. Pokoknya begitulah intinya.
Lalu alasan lain yang menjadikan UM disebut Universitas Mahasantuy itu ya karena UM ini selalu mencuri start untuk libur. Dibandingkan kampus-kampus lain yang ada di kota Malang seperti UB, ITN, UMM, POLINEMA, UNISMA, dan yang lainnya. UM selalu yang paling awal meliburkan mahasiswanya. Tapi ya gitu, ujiannya paling duluan juga. Hehehe.
Tak jarang, ini memang menyebabkan kecemburuan sosial. Di saat teman-teman mahasiswa dari kampus lain sedang berjuang mati-matian menghadapi ujian semester. Eh, mahasiswa UM sudah rebahan santuy sambil nonton sincan di kampung halaman.
Lalu lebih mengerucut santuy lagi kalau masuk jurusan Teknik sipil. Jadwal ujian tetap sama dengan jadwal mata kuliah di hari masuk biasa. Masuk kelas yang sama. Datang saat jam yang sama, dan tentunya juga diawasi oleh dosen yang sama. Jadiiii, saat ujian tiba kita merasa biasa-biasa saja, sama seperti saat melakoni perkuliahan biasanya. Ibaratnya itu kita sudah kenal kolamnya sebelum ujian renang. Jadi pas ujian sudah tidak tegang.
Sumber Gambar: Linkedin Universitas Negeri Malang
BACA JUGA 6 Hal yang Bikin Unisma Jadi Kampus Terbaik di Malang dan tulisan Rista Fatma lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.