Pilihan destinasi kuliner di Malang terus bertambah. Kalau dahulu biasanya ke Bakso President atau Bakso Bakar Trowulan, kini berbeda. Bakso-baksoan sudah dianggap membosankan. Saat ini tujuan kuliner orang-orang yang mampir ke Malang mulai bergeser ke Sego Sambel Cak Uut.
Sego Sambel Cak Uut berada di daerah Pisang Candi, Sukun, Malang. Sesuai namanya, tempat makan ini menjual nasi sambal dengan berbagai macam lauk. Namanya juga sego sambel, tempat ini memang terkenal dengan sambal pedas. Konsepnya memang mirip Sego Sambel Mak Yeye di Surabaya, cuma lebih variatif, dan buat saya lebih enak.
Di telinga orang asli Malang, tempat makan ini sudah lama terkenal, sudah sejak 2018. Beberapa tahun setelahnya, tempat ini baru dikenal lebih luas, didatangi lebih banyak orang dari berbagai penjuru negeri. Bahkan, sampai jadi destinasi wisata kuliner, jadi jujukan para wisatawan. Empat tahun belakangan ini mungkin jadi puncaknya, di mana Sego Sambel Cak Uut ini viral banget, nggak pernah sepi, sampai antrenya mengular.
Sego Sambel Cak Uut viral dan antrean yang mengular
Soal Sego Sambel Cak Uut, saya mungkin kurang beruntung. Saya tahu tempat makan ini agak telat. Maklum, saya jarang banget makan di luar. Saya tahu warung ini setelah 2020-an, tahun-tahun di mana Sego Sambel Cak Uut ini mulai ramai lagi (pasca Covid), dan perlahan menaiki tangga keviralan.
Baca halaman selanjutnya: Selayaknya …
Selayaknya tempat makan yang viral, Sego Sambel Cak Uut makin hari makin ramai saat itu. Benar-benar jadi pembicaraan, termasuk di lingkungan saya. Saya sebenarnya nggak punya niat untuk nyobain makan di sana. Saya malas nyobain tempat makan yang viral. Hanya saja, ada ajakan dari saudara yang nggak bisa ditolak saat itu.
Dan, saya ingat betul momennya, ini adalah kali pertama saya makan di Sego Sambel Cak Uut. Saat itu sekitar 2022, saudara saya mengajak saya untuk makan di sana. Karena nggak bisa nolak, saya mengiyakan ajakan tersebut. Berangkatlah kami. Benar saja, sampai di sana, keadaannya sudah ramai. Kami bingung parkir di mana, dan antreannya sudah mengular.
Lalu, mengantrelah kami di antrean yang panjang dan mengular itu. Setelah hampir satu jam antre, kami akhirnya bisa masuk Sego Sambel Cak Uut dan makan. Singkat cerita, kami melahap makanan yang disajikan. Makanannya enak, favorit saya adalah cumi pete. Makanan lainnya juga enak. Sambalnya mantap. Pokoknya semua yang kami pesan saat itu enak bangetlah.
Hanya saja, proses ngantre panjang dan lama (hampir satu jam!) bikin saya bad mood. Belum lagi ramainya, berisiknya, yang bikin saya agak risih. Nasi sambal cumi pete dan makanan lain yang sebenarnya enak banget itu nggak bisa mengusir rasa bad mood saya.
Setelah selesai makan, dalam perjalanan pulang saya nyeletuk, “ora kenek dibaleni (tidak untuk diulang).” Celetukan itu dibalas dengan tawa dari saudara saya. Memang benar, buat saya, nunggu atau ngantre sejam hanya untuk makan itu nggak banget, sih.
Malas datang ke tempat makan turistik dan viral
Mungkin ada orang yang rela ngantre panjang demi bisa merasakan makanan di tempat makan yang viral, yang turistik. Saya bisa paham kok, apalagi kalau makanannya emang enak, kayak di Sego Sambel Cak Uut. Akan tetapi, saya bukan orang yang seperti itu. Saya mending nyari tempat makan lain.
Harus ngantri lama hanya untuk makan itu males banget. Kayak nggak ada tempat dan waktu lain aja. Maksudnya, saya lebih mending makan di tempat lain, atau nunggu nanti (1-2 bulan kemudian misalnya) biar viralnya sudah agak reda, ramainya juga agak reda. Dan, untuk konteks Sego Sambel Cak Uut, kayaknya bukan hanya saya yang malas makan di sana ketika lagi viral-viralnya. Nggak sedikit juga orang-orang Malang lain yang merasakan hal serupa.
Sekali lagi bukan karena makanannya nggak enak ya. Makanannya enak banget, tapi karena terlalu ramai aja tempatnya, jadi kurang nyaman.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
