Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan tentang kebijakan Pemkab Klungkung yang melarang warung buka 24 jam. Walaupun tidak spesifik menyebut toko tertentu, orang Madura yang memiliki warung buka 24 jam di daerah tersebut jelas merasa kecewa. Mereka merasa pemerintah menghilangkan unique selling point usaha mereka.
Diskusi-diskusi seru pun bermunculan di media sosial merespon hal ini. Banyak yang heran dan tidak terima dengan alasan dibalik kebijakan tadi. Pernyataan Arif Rahman Hakim selaku Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM malah bikin netizen makin heran. Banyak netizen suudzon kalau mereka yang mendukung kebijakan ini tidak memikirkan nasib rakyat kecil.
Ditengah ribut-ribut ini, saya sendiri jujur malah jadi salah fokus alias salfok. Saya jadi teringat dan kembali memperhatikan penjual warung Madura. Sering kali saya lihat, penjual warung Madura berjualan sambil teleponan.
Fenomena ini sebetulnya ga cuma di warung Madura aja, tapi bisa kita temukan di lini-lini usaha lain. Lihat saja orang Madura yang jualan sate, pangkas rambut, sampai penjaga warkop. Kalau yang melayani orang Madura, teori tadi pasti terbukti. Valid. Bukannya saya stereotyping ya, tapi memang hasil pengamatan saya menunjukan fenomena ini adanya ya disitu.
Daftar Isi
Orang Madura luar biasa multitasking
Mereka kalau sudah dalam mode teleponan, sama sekali tidak bisa diusik barang sejenak. Entah pelanggan banyak atau sedikit, komunikasi dengan yang di sana tidak boleh terputus. Satu waktu selepas Magrib saya mampir ke warung Madura di seberang gang rumah. Sampai disana, ibu penjaga warung sedang sibuk memasukan minuman-minuman botol ke dalam kulkas.
Awalnya saya kira beliau nyetok minuman di kulkas sambil ngomong ke anaknya karena kebetulan saat itu anaknya nangis dan teriak-teriak cukup kencang. Setelah didekati, barulah saya sadar ternyata tangan kirinya memegang smartphone dan sedang video call dengan seseorang. Entah apa yang dibicarakan, yang jelas beliau masih bisa sat set melayani saya di tengah-tengah tangisan anak dan video call. Luar biasa multitasking.
Baca halaman selanjutnya: Teleponan sebagai hiburan …
Teleponan sebagai hiburan dan mempererat persaudaraan
Dugaan awal saya, mereka melakukan ini sebetulnya cuma sebatas hiburan saja. Jualan dari pagi sampai malam pasti bosan, bahkan ngantuk. Telepon dan video call orang-orang terdekat mungkin cara mereka untuk mengusir dua hal tadi. Lha tapi kalau memang hiburan, berarti orang Madura yang berdagang hiburannya sama ya? Padahal hiburan jenisnya banyak lho, bisa dengerin lagu, menonton video Youtube, hingga main Mobile Legend.
Menurut saya, jawaban yang paling masuk akal adalah karena orang Madura punya rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang sangat tinggi. Dugaan ini diperkuat dengan testimoni teman saya yang beberapa bulan belakangan pergi ke Sumenep yang ada di Pulau Madura. Selama perjalanan, sang sopir juga multitasking menyetir sambil video call-an.
Teman saya memperhatikan, sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Sumenep, ada beberapa teman yang dihubungi pak supir selama perjalanan. Satu waktu beliau video call group dengan banyak temannya sekaligus. Setelah pamitan dengan kawan-kawannya, tiba-tiba saja beliau ini sudah video call–an dengan temannya yang lain. Begitu terus polanya sampai tiba di Sumenep.
Persaudaraan orang Madura yang kental
Persaudaraan yang kental nggak hanya terlihat ketika mereka bertukar kabar lewat. Kedekatan mereka juga tercermin dari cara mereka membangun rumah. Pengalaman beberapa kali mampir ke Pulau Madura, seringkali saya lihat mereka ini membangun rumah selalu di dekat rumah saudaranya. Jaraknya pun nggak jauh. Kalau ndak pas di sebelahnya, palingan cuma berjarak dua sampai tiga meter antar satu sama lain.
Ada pula konsep rumah yang lahannya sengaja dibeli agak luas berbentuk persegi. Lalu tengahnya dibiarkan kosong seperti lapangan dan pinggirnya barulah dibangun rumah. Lahan kosong di tengah tadi jadi tempat kumpul dan nongkrong keluarga besar di malam hari.
Begitulah orang-orang Madura, selalu membuat saya kagum dengan berbagai kelebihan dan keunikannya. Kegigihan mereka dalam bekerja ternyata juga sebanding usahanya dalam merawat hubungan dengan orang terkasih. Betul-betul menginspirasi. Saran saya, buat kalian yang suka overthinking dengan pasangan, cari saja jodoh orang madura. InsyaAllah 24 jam sehari nggak akan pernah libur video call-an.
Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Saya Orang Madura dan Sepakat Warung Madura Tidak Buka 24 Jam
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.