Saya selalu heran dengan orang yang rela antre panjang demi sebuah hidangan. Itu mengapa saya tidak pernah terbiasa melihat antrean mengular di Kopi Klotok Jogja. Apa yang dicari sih? Begitu batin saya dalam hati.
Akan tetapi, setelah dipikir-pikir lagi, saya rasa pertanyaan tadi kurang bijak. Sebagian besar pengunjung Kopi Klotok dari luar kota. Bisa jadi, di daerah mereka, tidak ada konsep tempat makan seperti Kopi Klotok. Pengunjung bisa mencicipi makanan rumahan sambil memandangi sawah. Belum lagi harganya yang kelewat ramah di kantong.
Pengalaman itu yang mungkin dicari banyak pengunjung hingga rela antre panjang. Itu mengapa, walau suka terheran-heran dengan antrean di sana, saya selalu berusaha memahami alasan di baliknya. Persoalan yang datang kemudian, tidak sedikit kawan-kawan saya dari luar Johja yang mengajak saya makan di Kopi Klotok. Di situlah pergulatan batin dimulai.
Saya paham, kawan saya ingin memiliki pengalaman kuliner baru. Di sisi lain, saya sangat malas pergi ke sana. Saya coba tanya ke beberapa teman yang asli Jogja, ternyata sebagian besar dari mereka hampir tidak pernah mampir ke Kopi Klotok atas keinginan sendiri. Nasibnya persis seperti saya, terpaksa menemani saudara atau teman yang tengah berwisata. Ada beberapa alasan yang membuat kami orang asli Jogja malas ke sana.
Lokasi Kopi Klotok Jogja tidak strategis, terlalu utara
Bagi saya yang tinggal di Jalan Kaliurang, lokasi Kopi Klotok Jogja sebenarnya cukup dekat. Saya bisa mencapai lokasi tersebut cukup dengan berkendara beberapa menit. Lokasi juga mudah dan memungkinkan dijangkau dengan transportasi umum.
Akan tetapi, bagi teman-teman asli Jogja lainnya, lokasi Kopi Klotok Jogja sebenarnya kurang strategis. Terlalu utara, begitu katanya. Sebagai gambaran, setidaknya kalian perlu menempuh perjalanan sekitar 45 menit atau lebih dari 16 km ke sisi utara dari Jalan Malioboro. Jarak itu harus ditempuh dengan penuh kesabaran karena jalan yang dilewati kebanyakan jalanan sibuk.
Baca halaman selanjutnya: Mulai banyak konsep …