Membaca tulisan terbaru dari Mas Lutfi tentang Kota Semarang membuat saya ingin misuh. Betapa tidak, Kota Semarang tempat saya kuliah selama 13 tahun dinarasikan seperti itu. Rasane pengen tak hih, gitu.
Oh ya, jangan tanya mengapa saya bisa kuliah sampai selama itu. Pokoke rumit. Yang jelas pendapat saya yang lebih banyak makan asam garam di Kota Semarang lebih bisa dipertanggungjawabkan dibandingkan Mas Lutfi yang baru 6 bulanan di kota ini.
Menurut saya, Semarang adalah salah satu kota besar terbaik di Indonesia. Bukan hanya untuk dikunjungi, tapi juga sebagai tempat tinggal. Buktinya saya dan teman-teman saya masih pada kangen pengin ke Semarang meskipun kami sudah tersebar ke seluruh penjuru Indonesia.
Berikut ini alasan mengapa Kota Semarang adalah kota yang layak dikunjungi dan menjadi tempat tinggal:
#1 Makanannya enak-enak
Mas Lutfi keberatan dengan tidak adanya penjual pentol yang berkeliling menjajakan dagangannya? Nggak masalah. Semarang punya banyak sekali makanan enak yang bisa dicoba.
Sebut saja lumpia, ikon makanan kebanggaan Semarang ini bahkan berani memakai nama “Semarang” di kotanya sendiri: lumpia Semarang. Coba sebutkan makanan apa yang masih pakai nama kota di tempat asalnya. Saya rasa tidak ada lagi. Toh, yang kalian sebut sebagai kue Bandung di Bandung malah disebut martabak manis dan martabak Bangka.
“Tapi lumpia Semarang nggak enak, bau.”
Tetap nggak doyan lumpia? Nggak masalah. Sila coba mampir ke pasar malam Semawis, atau cicipi ayam Pak Heksa, nasi goreng Pak Karmin, sate Pak Amat, soto Semarang, nasi gandul, wingko, tahu gimbal, mi godog, mi kopyok, dan masih banyak lagi. Eh, kok saya malah nyebut merek, padahal nggak di-endorse, je.
#2 Kotanya rapi
Coba bandingkan pemandangan di kanan-kiri jalan Kota Semarang dengan kota besar lainnya. Nggak usah jauh-jauh: Yogyakarta. Saya jamin berkendara di Semarang lebih memanjakan mata dibandingkan kota-kota lainnya.
Tidak ada rumah kecil lagi jelek di pinggir jalan arteri Kota Semarang. Istilah Mbah saya, rumah gedong semua. Yup, hanya rumah-rumah besar bernilai miliaran rupiah yang menghiasi pinggir jalan besar Kota Semarang jika kita turun lewat daerah Candi ke Semarang kota. Rumah-rumah yang bikin saya mikir, mbersihinnya gimana, ya?
Tanda kemakmuran masyarakatnya? Ya nggak juga sih, rumah yang ukurannya lebih kecil persis berada di belakang rumah-rumah gedong tersebut, masuk gang. Kontrakan saya dulu ada di gang semacam ini.
#3 Angkutan umumnya banyak
Mau pergi ke Semarang tapi nggak punya kendaraan pribadi? Nggak masalah. Semarang punya trayek angkutan umum yang beragam. Mulai dari angkot yang beragam jurusan, bus dalam kota konvensional, sampai bus Trans Semarang bisa dijumpai di sini. Waktu tunggunya pun tidak terlalu lama, kecuali bus jurusan Klipang-PRPP yang lewatnya sejam sekali.
Masalah lain yang dihadapi kalau naik angkot di Semarang? Daihatsu (ini sebutan warga Semarang untuk angkot) aneka jurusan warnanya oranye semua, jadi harus jeli melihat kode warna di bagian bawah mobil agar tidak salah naik. Sebagai bocoran: warna hijau muda untuk jurusan Johar-Sampangan, putih jurusan Karang Ayu-Penggaron, dan biru muda jurusan Johar- Banyumanik (kalau nggak salah, yang jelas lewat depan Java Mall).
#4 Berasa jalan-jalan ke luar negeri
Nah, ini adalah alasan terpenting mengapa kita harus main ke Kota Semarang: bisa berasa jalan-jalan ke luar negeri. Bahkan bukan hanya satu tapi beberapa negara.
Datang saja ke Sampokong, pagoda Watugong, dan pasar malam Semawis untuk merasakan suasana negeri Cina. Warna merah di mana-mana dan ornamen khas Cina bakal bikin fotomu di tempat-tempat ini Instagram-able banget. Mau ngaku-ngaku foto di luar negeri juga bakal banyak yang percaya selama dia belum pernah main ke Semarang.
Kalau mau merasakan sensasi main di Korea bisa mampir ke jogging track sepanjang Banjir Kanal Barat, tepian sungai ini dibuat “Korea banget” sejak beberapa tahun belakangan. Atau mampir ke daerah Mugas, Kintelan, dan sekitarnya. Jalan yang naik-turun tinggi-tinggi sekali macam di Korea pasti sukses membuatmu merasa seperti salah satu tokoh di film Parasite.
Mau umroh tapi belum punya tabungan yang cukup? Mampirlah ke Semarang di musim kemarau. Sambil wisata religi menengok Masjid Agung Jawa Tengah yang keren banget itu, rasakan juga suhu siang hari yang bisa mencapai 40 derajat celcius. Hitung-hitung latihan menghadapi hawa panas di tanah suci.
Nah, itu beberapa keunggulan Kota Semarang yang tidak sempat dibahas Mas Lutfi. Jika ada yang mau menambahkan, saya terima dengan senang hati.
BACA JUGA Katanya Semarang Kota Besar, tapi kok Terminal Busnya kayak Gitu? dan tulisan Maria Kristi lainnya.