Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alangkah Kesalnya kalau Ada Orang Minta Diajarin Nulis tapi Dia Pemalas

Ali Munir S. oleh Ali Munir S.
28 September 2020
A A
Alangkah Kesalnya Kalau Ada Orang Minta Diajarin Nulis Tapi Dia Pemalas terminal mojok.co

Alangkah Kesalnya Kalau Ada Orang Minta Diajarin Nulis Tapi Dia Pemalas terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Mas, saya diajarin nulis, dong! Saya ingin jadi penulis.”

“Kamu setiap hari suka nulis, gak?”

“Nggak, sih, Mas.”

Pertanyaan yang sering saya temui beberapa tahun terakhir: gimana cara nulis yang bagus hingga trik dimuat di media. Barangkali mereka berpikir bahwa menulis bisa dipelajari dalam waktu satu malam. Tidak, tidak sama sekali. Menulis bukan sistem aplikasi otomatis yang tinggal enter langsung jadi melainkan butuh proses yang tidak sebentar.

Menulis itu gampang. Tapi, prosesnya yang sulit. Saya ingin berbagi pengalaman bagaimana jiwa menulis itu tidak serta merta langsung jadi seketika. Bukan sehari minta diajarin nulis, besoknya sudah bisa.

Proses saya dimulai pada 2009 ketika saya masih kelas 2 SMP. Saya ingat betul waktu itu saya menulis puisi yang judulnya “Puisi”. Saya menulisnya di selembar kertas buku, kemudian saya robek dan saya masukkan ke kotak karya majalah dinding milik tetangga saya. Puisi itu dimuat, dan saya senang sekali melihatnya terpampang.

Sejak saat itu, semangat saya menggebu-gebu. Saya tidak hanya menyetor puisi, tapi juga artikel. Namun, beberapa bulan kemudian majalah dinding itu tutup. Saya kecewa, tiada lagi wadah untuk menelurkan tulisan-tulisan saya. Bahkan sampai SMA sekalipun, saya hanya menulis untuk koleksi pribadi.

Nah, baru pada 2014, saya bertemu seorang kakak senior yang juga kuliah di Jogja. Dia sudah mahir menulis puisi. Sebut saja Selendang Sulaiman. Dialah yang selalu memberikan kritik terhadap puisi-puisi saya. Setiap hari saya menulis puisi dan sesekali dikirim ke koran-koran lokal.

Baca Juga:

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Itu Luas. Nggak Melulu Bikin Puisi, Pantun, apalagi Quotes!

Tutorial Bikin Puisi Pascakontemporer yang Artsy

Sepanjang 2014, saya sering mengirim tulisan ke media tapi berakhir nahas. Tidak ada satu pun puisi saya yang dimuat, sampai saya sendiri hampir putus asa. Namun, kekecewaan itu dibalas ketika pada 2015, saya mendapat kabar dari Selendang Sulaiman mengenai puisi saya yang dimuat di Koran Radar Surabaya. Senangnya minta ampun, saya seperti ketiban uang triliunan rupiah. Padahal, hanya dimuat dan tidak ada honor sama sekali. Saya tidak peduli, yang penting puisi saya sudah nampang di media setelah satu tahun lamanya menunggu.

Saya terus menulis setiap hari, bahkan kadang-kadang menulis berita acara yang juga dimuat di Tribun Jogja. Ada kalahnya saja diajarin nulis oleh “keadaan”. Tapi, soal puisi, baru dimuat lagi pada 2016 oleh Koran Media Indonesia. Kabar itu datang dari orang tak dikenal yang mengirim pesan melalui Facebook. 

Hari itu juga saya mencari Koran Media Indonesia daerah Jogja dan ketemu. Bayangkan, puisi-puisi yang saya kirim ke berbagai media selama jangka waktu satu tahun itu apa kabar? Hampir setiap hari saya cek email pemberitahuan dan tidak ada satu pun yang masuk. Tapi, saya senang dan mulai menerima bahwa nasib penulis pemula memang seperti itu.

Saya telepon Selendang Sulaiman dan bertanya mengenai cara mendapatkan honornya dari Media Indonesia. Dia mengirimkan nomor telepon pihak Media Indonesia, kemudian nomor itu saya hubungi dengan bekal pulsa Rp15 ribu. Bukannya langsung dapat, pihak Media Indonesia meminta saya menghubungi pimpinan redaksinya. Saya pun beli pulsa lagi Rp15 ribu lagi. Saya diminta menunggu selama 1 minggu ke depan. Akhirnya honor cair juga, Rp500 ribu, dua kali lipat karena puisi saya dimuat dua pekan berturut-turut.

Kembali, pada 2017 puisi saya dimuat di Koran Minggu Pagi, koran lokal yang ada di Yogyakarta. Saya mendapat kesenangan yang serupa, tapi mulai terpikir di benak saya, Minggu Pagi honornya cuma Rp75 ribu, itu pun harus saya jemput ke kantor Koran Kedaulatan Rakyat. Belum lagi media itu tidak pernah mengirim pemberitahuan. Kalau gini terus, gimana caranya aku kaya dari hobi menulis?

Sejak itulah proses menulis saya mulai lamban dan mulai berkeliaran mencari muara yang bisa menjamin biaya hidup. Saya pun mengeluh kepada Rusydi Tolareng yang juga menjadi mentor saya sejak 2016. Dia mengatakan, “Pada akhirnya semua penyair akan seperti itu, Nir. Mereka akan mulai memikirkan kehidupan duniawi, bisnis, dan hal lain yang berkaitan dengan uang. Tapi untuk ke sana memang butuh proses, butuh kompetensi untuk layak mendapatkan semua itu.”

Sadar akan proses yang begitu sulit dan tidak sebentar itu, saya mulai kesal dengan orang-orang yang suka bertanya cara menulis yang bagus dan minta diajarin nulis, tetapi mereka sendiri tidak rajin menulis setiap hari. Memang menulis itu bukan profesi, melainkan condong kepada hobi dan keahlian. Maka yang namanya “penulis” berarti orang yang menjadi pelaku dari kata “menulis”. Hobi menulis setiap hari itulah yang akan membawa setiap orang menjadi seorang penulis.

Kalau kata senior saya, “Semua penyair yang puisinya bagus dan terkenal, pasti memiliki puisi yang paling jelek.” Itu masuk akal, pada dasarnya mereka berproses dari awal, dari yang tidak bisa menulis sama sekali. Tulisan jelek bukanlah alasan untuk berhenti menulis dan berhenti berproses. Ini adalah awal menuju ketajaman jiwa kepenulisan. Minta diajarin nulis oleh penulis terkenal sekalipun tidak bisa jadi jalan pintas yang menjamin kita semakin andal.

Jadi, untuk yang sering nanya dan minta diajarin nulis sama saya, mending kalian banyakin ngopi deh! Atau, sering-sering aja putus cinta dan sakit hati biar rajin “curhat” lewat tulisan.

BACA JUGA Seni Menghadapi Harta Dunia Melalui Peribahasa Madura Asel Ta’ Adina Asal dan artikel Terminal Mojok lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 September 2020 oleh

Tags: menjadi penulisPuisi
Ali Munir S.

Ali Munir S.

Ali Munir S., lahir pada tahun 1994 di Sumenep Madura. Alumni Jurusan Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisannya pernah dimuat di Koran Minggu Pagi, Media Indonesia, Koran Madura, Radar Surabaya, dan beberapa media online lainnya. Buku antologi puisinya berjudul “Jiwa yang Terlepas” diterbitkan oleh CV. Ganding Pustaka. Penulis bisa di hubungi lewat: HP. 087826952623. E-Mail: [email protected]. FB. Ali Munir. No. Rek. Bank Mandiri: 137-00-1136842-6

ArtikelTerkait

pascakontemporer

Tutorial Bikin Puisi Pascakontemporer yang Artsy

24 Desember 2021
Puisi Letto di Video Klip 'Permintaan Hati' Terkesan Jahat dan Maksa terminal mojok.co

Puisi Letto di Video Klip ‘Permintaan Hati’ Terkesan Jahat dan Maksa

28 Februari 2021
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Itu Luas, Nggak Melulu Bikin Puisi, Pantun, apalagi Quotes! Mojok.co

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Itu Luas. Nggak Melulu Bikin Puisi, Pantun, apalagi Quotes!

7 Desember 2023
puisi chairil anwar mojok

Film ‘Binatang Jalang’: Terinspirasi Puisi Chairil Anwar, Diisi Karya Orang Lain

27 Januari 2021
Rajin Mengkritik Tapi Malas Mengapresiasi Itu Budaya Kita, ya?

Rajin Mengkritik Tapi Malas Mengapresiasi Itu Budaya Kita, Ya?

5 Januari 2020
Buku 'Semesta Murakami' Adalah Kitab Penting untuk Penulis terminal mojok.co

Buku ‘Semesta Murakami’ Adalah Kitab Penting untuk Penulis

23 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.