Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
8 November 2023
A A
Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri

Balada Aktivis Hedon: Konferensi (dan Party) Sana-Sini Hanya demi Konten dan Aktualisasi Diri (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Apa yang lebih hipokrit daripada janji manis mantanmu yang bilang “I can’t life without you?” Tentu saja ide ndakik-ndakik para aktivis yang sibuk hedon berkedok mencari solusi. Berbagai belahan bumi disambangi demi mendatangi konferensi. Ketika pulang, membawa segepok makalah dan konten Instagram. Sedangkan ide-ide revolusioner tadi berhenti sebagai bahan onani intelektualitas semata.

Maaf jika terlalu kasar. Tapi inilah realitas yang dilupakan para aktivis hedon tadi. Mereka sibuk berjuang dari balik meja konferensi sejuk di hotel mewah. Sehingga lupa kalau dunia yang mereka bicarakan itu pengap, memuakkan, dan kasar pada siapa saja. Meskipun saya juga tidak berharap apa-apa pada kelompok hedon progresif ini. Toh, tujuan mereka memang ingin kelihatan kritis sambil berpesta pora kan?

Aktivisme hedonis yang cemerlang

Jika Anda tanya siapa atau kelompok mana yang saya maksud, waduh saya enggan menjawab. Alasan saya sepele: karena jumlahnya banyak. Bisa-bisa satu artikel ini hanya jadi daftar kelompok aktivisme hedon. Lagipula, apa gunanya menyebut nama ketika fenomena ini sudah kelewat luas?

Saya lebih tertarik pada tawaran model aktivisme nggatheli ini. Mereka menawarkan hal yang sama seperti aktivisme lainnya. Yaitu kesempatan untuk menjadi mesias di tengah masyarakat yang dilabeli “terbelakang.” Namun yang membedakan adalah perkara skala. Aktivisme hedon ini lebih banyak bicara skala dunia. Isu lokal juga akan dibahas dengan skala yang lebih luas.

Maka ada tawaran baru yang terlihat menjanjikan: kesempatan keliling dunia sebagai aktivis. Mereka mendapat kesempatan mengikuti konferensi skala internasional. Bertemu dengan orang-orang yang punya sudut pandang baru namun dalam ideologi yang sama. Serta bisa jalan-jalan menemukan “dunia baru” di lokasi konferensi.

Sebenarnya ide ini cemerlang. Membicarakan isu besar dalam konferensi skala nasional tentu lebih menarik daripada ngobrol di forum-forum sempit. Tapi apa benar-benar cemerlang? Atau hanya jadi ajang seru-seruan semata?

Jauh panggang dari api

Sekarang waktunya bicara dampak dari aktivisme doyan konferensi internasional ini. Dengan melihat dunia hari ini, saya skeptis terhadap dampak nyata dari aktivisme ini. Yah, sebenarnya sama saja dengan aktivisme gaya konvensional. Tapi kita bahas nanti saja. Kalau semua dicangkemi di awal jelas pusing tho sayang.

Skeptisme saya dimulai dari model konferensi yang jadi tawaran terbesar. Aktivisme hedon sibuk berdiskusi dalam forum internasional. Mencoba menemukan benang merah dari masalah skala besar dan menemukan solusi untuk dibawa pulang ke negara masing-masing. Masalahnya, apakah solusi ini akan relevan ketika dibawa pulang?

Baca Juga:

Kuliah S2 Beda dengan S1, Mahasiswa Jangan Kebanyakan Caper, Sudah Bukan Umur dan Tempatnya

Dilema Mantan Aktivis yang Kini Jadi PNS: Ingin Ikut Demo, tapi Takut Karier Terancam 

Sudah syukur kalau oleh-oleh ideologis ini bakal didiskusikan di negara asal, karena apa yang mereka diskusikan adalah hasil penyamarataan isu. Padahal setiap daerah itu unik dan punya pendekatan berbeda. Misal perkara kebebasan berpendapat. Metode dari negara yang punya budaya lebih bebas akan mental ketika digunakan di negara kolot. Dan ini yang paling sering terjadi.

Eksklusivitas yang ra mashok

Berikutnya perkara eksklusivitas. Model aktivisme ini melahrikan kelompok eksklusif yang terpisah dari masyarakat. Karena mereka menempatkan diri sebagai subjek dan isu serta manusia yang terdampak sebagai objek. Pada akhirnya, relasi subjek-objek ini hanya berujung pada kegagalan memetakan isu. Edukasi yang menjadi program aktivis hedonis menjadi tembok pemisah dengan masyarakat yang jadi latar belakang konferensi mereka.

Eksklusivitas ini tidak berhenti perkara pembahasan isu. Mereka yang bergabung perlu memiliki standar khusus sesuai harapan konferensi. Dengan esai ribuan kata dan kemampuan akademis tertentu. Akhirnya mereka yang terpilih adalah kelompok pemikir dan pencetus ide. Kedekatan mereka pada isu hanya sebatas studi pustaka dan impian tinggi semata.

Karakter hedon yang terbentuk dari kelompok ini ikut memperlebar jurang pemisah antara pemikiran dan isu. Kesempatan jalan-jalan dan liburan gratis ke luar negeri akhirnya jadi motor utama. Sehingga yang berkumpul di sana akan sibuk bicara pengalaman perjalanan selama konferensi daripada membahas produk konferensi.

Bagaimana cara untuk menyelesaikan isu dalam masyarakat ketika para aktivis ini terpisah dari masyarakat? Bukan masalah kemewahan dan liburan semata. Tapi ketika mereka menjadi think tank yang jauh dari masyarakat, bukankah produk yang dihasilkan juga tidak akan relevan?

Aktivis yang melayang-layang

“Tapi aktivis lokal juga sama saja!” Mungkin itu yang Anda pikirkan. Dan saya tidak menyalahkan. Selama aktivisme dilakukan sebagai onani pemikiran, hasilnya selalu jauh dari realitas. Tapi untuk aktivisme hedonis yang saya bahas ini lebih istimewa.

Problem utama aktivisme dari dulu adalah kemampuan untuk membumi. Meskipun sering berangkat dari akar rumput, namun hasilnya akan eksklusif bagi segelintir orang. Pada akhirnya, aktivis menjadi sosok yang gaib dan melayang-layang di tengah masyarakat. Serta memandang skeptisme masyarakat sebagai bentuk sikap kolot terhadap ide besar para aktivis.

Aktivisme hedon malah lebih istimewa. Yang berdiskusi di dekat masyarakat saja gagal, apalagi yang harus menjauh demi konferensi? Pemikiran yang dihasilkan di warkop saja tidak relevan, apalagi yang lahir dari hotel bintang lima nan jauh di sana?

Pada akhirnya semua jadi arena bagi oportunis. Mencari kesempatan untuk bisa jalan-jalan dengan jualan isu masyarakat. Lalu membawa bertumpuk-tumpuk teori yang menjadi selingan konten jalan-jalan bermodal donatur. Tapi mau berharap apa sih? Toh mereka juga tidak dikenal oleh masyarakat yang jadi barang dagangan.

Ah, untuk apa pula berharap pada aktivisme yang jauh panggang dari api ini? Berharap ada perubahan? Jangan tekan mereka sekeras itu. Nanti jadi canggung saat presentasi atau party bersama aktivis lain.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Aktivis Mahasiswa tuh yang Kayak Gimana sih?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 November 2023 oleh

Tags: AktivisaktivismeHedonkonferensithink tank
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

arsip

Bercilukba dengan Bilven, Si Bapak Arsip Nasional

2 Oktober 2019
ibu rumah tangga rendah diri istri aktivis rumah tangga suami sibuk mojok.co

Jadi Istri Aktivis Tak Seindah Cerita Senja

21 Juni 2020
Buggy Memang Pantas Jadi Yonko, dan Ini Alasannya dragon

Buggy sang Kaisar: Diam kayak Orang Bloon, Bergerak Mengungguli Dragon!

9 Agustus 2022
Dilema Mantan Aktivis yang Kini Jadi PNS: Ingin Ikut Demo, tapi Takut Karier Terancam  Mojok.co

Dilema Mantan Aktivis yang Kini Jadi PNS: Ingin Ikut Demo, tapi Takut Karier Terancam 

3 September 2025
Panduan Memahami Tweet-tweet Budiman Sudjatmiko yang Terlalu Ndakik Buatmu! terminal mojok.co

Panduan Memahami Tweet-tweet Budiman Sudjatmiko yang Terlalu Ndakik Buatmu!

31 Maret 2021
introvert

Ingin Demo Tetapi Introvert, Begini Solusinya

27 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.