Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

Iqbal AR oleh Iqbal AR
4 Oktober 2024
A A
Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan! (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ajang festival musik Pestapora 2024 kemarin menyisakan sederet cerita menarik. Cerita tentang musisi-musisi yang baru merasakan main di festival besar, cerita tentang betapa mengagumkannya penyelenggaraan Pestapora, hingga cerita tentang aksi-aksi para penampil di panggung musik yang bikin mata berbinar, atau mungkin bikin dahi mengernyit.

Menyoal aksi-aksi para penampil, apa yang dilakukan Vincent Rompies mungkin jadi salah satu highlight. Vincent Rompies, yang pada ajang Pestapora kemarin bermain dengan Teenage Death Star, menunjukkan aksi panggung yang bikin cukup banyak orang heran. Aksi panggungnya atraktif, cenderung liar. Salah satu aksinya nyaris merusak drum dengan memukulkan gitarnya ke cymbal, hingga menendang jatuh head cabinet amplifier di panggung.

Kalau kita tahu bagaimana aksi band Teenage Death Star di panggung, kita mungkin nggak akan terkejut dengan hal-hal semacam itu. Chaos, penonton naik panggung, berdesakan dan bertabrakan, beberapa alat rusak, dan beberapa orang luka ringan, tapi tetap bersenang-senang. “Kalau terbiasa nonton Teenage Death Star pasti tahu,” ujar Vincent Rompies ketika ditanya mengenai aksinya di Pestapora kemarin.

Tentu, aksi panggung Vincent Rompies ini banyak mendapat repons. Beberapa menganggapnya keren, beberapa menyayangkan dan melayangkan kritik. Salah satu kritikan paling banyak adalah mengenai aksi panggungnya yang sampai merusak alat-alat (yang sepertinya) milik vendor—dalam hal ini adalah head cabinet amplifier yang ditendangnya hingga jatuh. Banyak orang yang menyayangkan aksi tersebut.

Alat musik adalah privilege bagi sebagian orang

Meskipun saya adalah pendengar Teenage Death Star, saya benar-benar tak sampai hati melihat ada alat-alat musik—apalagi alat milik vendor—yang rusak akibat aksi panggung. Sebab bagi sebagian orang, alat musik adalah privilege. Alat musik adalah kemewahan. Entah bagi musisi itu sendiri, atau bagi vendor alat musik sekalipun.

Bagi musisi, misalnya, sebagian dari mereka harus kerja keras bagai kuda, menabung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk beli alat musik. Ketika mereka berhasil mendapatkannya, mereka akan menjaga dan merawat alat musiknya seperti anak sendiri. Tidak boleh tergores, tidak boleh terjatuh, bahkan kalau bisa jangan sampai dipinjam orang lain. Maka ketika melihat ada musisi yang aksi panggungnya merusak alat musik, tentu ada rasa sakit hati yang muncul.

Bagi vendor, alat musik jelas merupakan sandang-pangan mereka. Para vendor alat musik ini hidup dari alat musik yang disewakan sana-sini. Mereka menyewakan alat musik, dapat uang sewa, dan alat musik mereka kembali tanpa cacat. Itu saja.

Maka ketika vendor tahu bahwa alat musik yang dia sewakan dirusak untuk alasan “aksi panggung”, rasanya sama saja merusak sandang-pangan mereka. Alat vendor yang rusak memang bisa diganti, tapi ya nggak gitu, lah, cara mainnya. Jangan menyepelekan hanya karena kalian kaya dan mampu mengganti kerusakan yang kalian perbuat.

Baca Juga:

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

4 Hal yang Bisa Ditarik Pajak selain Kantin Sekolah, kalau Mau Gila, Sekalian!

Okelah kalian rockstar, kalian punya aksi panggung yang liar dan gila. Silakan merusak alat musik. Tapi pastikan yang kalian rusak itu alat musik kalian sendiri, gitar kalian sendiri, drum kalian sendiri, mikrofon kalian sendiri, amplifier kalian sendiri. Terserah kalau itu. Tapi, selama apa yang ada di atas panggung itu bukan milik kalian, tolong jangan merusak. Tolong saling jaga!

Rock n roll boleh, destruktif jangan!

Kelakuan seperti ini bukan hal baru, kok, di dunia musik. Sepanjang sejarah musik, ada banyak musisi dengan kelakuan liar cenderung destruktif yang berlindung di balik label rock n roll. Kurt Cobain, GG Allin, Sid Vicious adalah beberapa di antaranya. Aksi panggung mereka kerap liar. Beberapa di antaranya melibatkan aksi merusak alat musik, bahkan merusak panggung atau venue.

Sayangnya, banyak orang yang meniru aksi liar dan destruktif ini. Banyak orang—beberapa musisi bahkan penonton musik—meniru aksi para ikon rock n roll ini hanya dari aksi liar dan destruktifnya saja. Benar bahwa rock n roll itu membawa semangat perlawanan, semangat do whatever you wanna do. Tapi, itu semua omong kosong jika ada sikap ignorant dan destruktif yang malah merugikan orang-orang sekitar, teman-teman, sesama musisi, sesama pegiat musik, termasuk merugikan vendor atau pemilik venue.

Kita bisa simak beberapa kejadian selama ini yang ada di industri pertunjukan musik. Ada festival musik yang penyelenggaraannya berantakan, lalu penonton marah dan merusak fasilitas—tenda, alat musik, hingga panggung. Di skala yang lebih kecil, misalnya, ada gigs musik underground, orang-orang bersenang-senang di sana, moshing dengan liar tak terkendali, lalu entah sadar atau tidak sampai merusak alat dari vendor, bahkan merusak venue, yang mengakibatkan vendor dan venue tersebut tidak bisa lagi dipakai untuk acara musik.

Siapa yang rugi? Kita semua yang rugi. Musisi rugi, penonton musik rugi, vendor rugi, pemilik venue juga rugi. Atas nama rock n roll? Ayolah, itu semua tidak sepadan.

Do whatever you wanna do, but don’t be ignorant

Melihat musisi beraksi di atas panggung memang menyenangkan. Melihat bintang rock n roll menggila di atas panggung memang kerap membuat kita terpana. Sebagai musisi, bisa melakukan apa saja di atas panggung, melakukan aksi-aksi bak bintang rock n roll akan membuat kita puas bukan main.

Tapi ingatlah, bahwa beraksi bak bintang rock n roll, bisa melakukan apa pun yang kita mau di atas panggung, bukan berarti bisa semaunya sendiri. Ada banyak yang dipertaruhkan di atas panggung. Hajat hidup musisi lain, hajat hidup orang vendor, dan hajat hidup pemilik venue, dan hajat hidup penyelenggara acara musik. Jangan sampai hanya atas nama rock n roll dan kepuasan pribadi semata, kita menghancurkan periuk nasi orang lain. Tidak ada yang bisa dibenarkan dari semua itu.

Ini bukan tentang Vincent Rompies. Bukan tentang Teenage Death Star. Ini juga bukan tentang boleh-tidaknya aksi rock n roll liar di atas panggung. Ini adalah tentang bagaimana kita semua, kita yang sama-sama suka musik, kita yang hidup dari musik, untuk selalu bertanggung jawab, selalu saling jaga, dan tidak berbuat semaunya, hingga merusak, bersikap ignorant dan berlindung di balik kata rock n roll.

Sudahlah. Kalian bukan Kurt Cobain, bukan GG Allin, bukan juga Sid Vicious. Kalian juga tidak akan pernah jadi mereka. Tidak akan. Mereka juga sudah lama mati, kok. Buang saja omong kosong rock n roll itu jika hanya jadi dalih untuk perilaku merusak dan ignorant.

Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Guitar Destruction, Aksi Panggung Brutal Penuh Pesan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2024 oleh

Tags: acara musikkonser musikMusikmusisipanggung musik
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

the rain mojok.co

Panduan Menikmati 10 Lagu Terbaik The Rain

21 Maret 2022
Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi 'I Said Maybe' noel gallagher liam gallagher terminal mojok.co

Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi ‘I Said Maybe’

8 Oktober 2020
lirik bahasa indonesia

Siapa Bilang Bikin Lirik Bahasa Indonesia Itu Gampang

21 Agustus 2019
Ribut di Konser Itu Nggak Keren, tapi Cara Ahmad Dhani Menghadapi Penonton Rusuh Boleh Dicontoh

Ribut di Konser Itu Nggak Keren. Cara Ahmad Dhani Menghadapi Penonton Rusuh Boleh Dicontoh

25 Mei 2023
Tribute untuk 7 Lagu Absurd yang Punya Lirik dan Vibes Nyeleneh terminal mojok.co

Tribute untuk 7 Lagu Absurd yang Punya Lirik dan Vibes Nyeleneh

5 Oktober 2021
Mari Bersepakat 'Terbang Bersamaku' Adalah Lagu Kangen Band yang Terbaik terminal mojok.co

Mari Bersepakat ‘Terbang Bersamaku’ Adalah Lagu Kangen Band yang Terbaik

29 Desember 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.