Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ajining Diri saka Lathi: Pepatah Jawa yang Seharusnya Berlaku Universal

Wafiyah Wahyuningsih Wilma oleh Wafiyah Wahyuningsih Wilma
9 Februari 2021
A A
Ajining Diri saka Lathi Pepatah Jawa yang Mendunia dan Implementasinya dalam Kehidupan Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berinteraksi dengan sesamanya. Sangat mustahil jika manusia bisa hidup tanpa adanya interaksi. Campur tangan manusia lain ada dalam seperangkat kebutuhan seseorang dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tali rambut, kacamata, pakaian, perhiasan, dan segala kelengkapan lainnya tentu tidak dibuat sendirian oleh seseorang itu, melainkan atas bantuan orang lain.

Interaksi antarmanusia dapat berupa visual, gerak tubuh, verbal, dan sebagainya. Interaksi yang paling dekat dengan kita adalah interaksi secara verbal. Jembatan komunikasi verbal antara manusia satu dengan lainnya adalah bahasa.

Kemampuan berkomunikasi diasah sejak dalam kandungan. Ini dibuktikan dengan seringnya pasutri yang ngajak ngobrol calon anaknya saat masih di alam rahim. Setelah sang bayi lahir, ajakan komunikasinya semakin nyata dengan diajak bicara sebagaimana bicara dengan orang pada umumnya. Sang bayi juga mampu memberi umpan balik baik berupa tawa maupun tangisan.

Dalam berkomunikasi, agar lawan bicara mampu memahami dan memberikan feedback yang sejalan, maka diperlukan bahasa yang saling dimengerti. Penggunaan bahasa ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu, muncul istilah bahasa ibu. Simpelnya, kalau nggak ada ibu, bahasa juga nggak akan ada. Dengan demikian, orang terdekatlah yang membentuk perilaku berbahasa seseorang.

Perbedaan latar belakang bahasa orang tua menyebabkan penggunaan bahasa daerah di kalangan anak memudar. Misalnya, sang ibu berasal dari suku Jawa, sedangkan sang bapak berasal dari Sunda. Jalan tengahnya hanya ada satu, menggunakan bahasa persatuan. Penggunaan bahasa persatuan ini cukup adil bagi kedua orang tua, namun merugikan pula di sisi yang lain. Untuk mencegah hilangnya pengguna bahasa daerah, maka anak perlu dikenalkan dengan “bahasa ibu” dari kedua orang tuanya.

Kalian tahu tidak kenapa bahasa persatuan kita bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia dipilih menjadi bahasa persatuan karena tidak memiliki tingkatan bahasa. Tingkatan bahasa ini contohnya pada bahasa Jawa yang memiliki istilah ngoko (kurang halus) dan krama (halus). Hal ini mengacu pada status sosial lawan bicara. Sebagai contoh, dalam bahasa Jawa kata “mandi” memiliki banyak padanan. Kata “adus” adalah ngokonya, “papung” adalah ngoko alusnya, dan “siram” adalah kramanya. Jika orang yang diajak bicara berbeda status sosialnya, maka berbeda pula pemilihan katanya.

Bagi keluarga Jawa yang menjunjung tinggi martabat, penggunaan bahasa krama adalah sebuah kewajiban. Prinsip yang digunakan adalah pepatah yang berbunyi “Ajining diri saka lathi”. Pepatah ini mengandung makna bahwa seseorang dapat dihargai berdasarkan lidahnya (tutur katanya). Lain halnya dengan keluarga yang tidak mengindahkan penggunaan bahasa halus, tentu saja bahasa ngoko yang selalu digunakan.

Yang sangat disayangkan, di masa kini pengguna bahasa halus semakin menyusut. Semakin banyak anak muda yang tidak menghormati orang tua dengan cara menggunakan bahasa Jawa ngoko seolah berbicara dengan teman sebayanya. Tak perlu jauh-jauh antara anak dengan orang tua, deh. Obrolan antara anak satu dengan anak lainnya saja dipenuhi kata-kata yang tidak patut, apalagi dengan orang tua.

Baca Juga:

Panduan Bahasa Korporat bagi Karyawan Baru Jakarta supaya Nggak Syok

Bahasa Temanggung yang Sulit Dipahami dan Membingungkan bagi Pendatang

Jika terkendala karena kesulitan berbahasa halus, mungkin bahasa persatuan bisa menggantikannya. Saya pikir lebih baik kehilangan bahasa dibandingkan kehilangan tata krama. Makin hari makin sedikit yang memperhatikan tata krama. Bisa-bisa tata krama menjadi spesies langka di Indonesia.

Untuk memperjelas, izinkan saya memberikan contoh realitanya. Sebutlah sepasang suami istri. Keluarga pihak suami adalah keluarga yang tidak membudayakan bahasa krama, sedangkan keluarga pihak istri kebalikannya. Meskipun keluarga pihak istri bukanlah keluarga berstatus sosial tinggi, namun mereka meyakini atas pepatah yang disebutkan sebelumnya. Singkat cerita, pasangan tersebut dikaruniai seorang anak dan dibesarkan oleh lingkungan keluarga dari pihak suami. Kira-kira bagaimana perkembangan bahasa si anak? Sudah jelas, anak tersebut tidak diajarkan untuk membudayakan bahasa krama. Lalu apa masalahnya?

Masalah muncul ketika anak berinteraksi di keluarga dari pihak istri. Bagi keluarga pihak istri, cara berbahasa si anak bukanlah budaya mereka. Telinga mereka merasa asing ketika bahasa-bahasa pergaulan ngoko keluar dari mulut si anak. Lantas upaya pelurusan bahasa tentu sulit dilakukan, sebab sekali lagi lingkungan main si anak adalah orang-orang yang tidak membudayakan bahasa halus.

Keluarga dari pihak istri tentu sangat menyayangkan hal ini. Usaha mereka untuk melestarikan budaya tata krama seperti dihancurkan begitu saja. Seandainya pemirsa tahu, keluarga tersebut sering diolok-olok tetangga karena berbahasa layaknya pemain ketoprak. Pada kenyataannya, ketika kita berbahasa dengan bahasa yang baik, sebenarnya kita sedang ngajeni diri sendiri.

Bukan berarti saya membenci orang-orang berbahasa ngoko. Yang ingin saya highlight adalah kenyataan bahwa pengguna bahasa krama sudah sangat langka. Saya yakin, bahasa ngoko akan mahir dengan sendirinya tanpa perlu diajarkan sekalipun, dengan syarat harus bergaul dengan teman sebaya. Bahasa krama inilah yang perlu diajarkan, dipelajari, dan dilestarikan.

Terlepas dari bahasa apa pun yang kita pakai, saya rasa pepatah yang telah disebutkan berlaku universal. Bahasa dan ucapan yang keluar dari bibir kitalah yang menjadi cerminan diri kita sendiri. Jika kita berkata baik, artinya kita sedang menghargai diri kita sendiri. Jadi, orang yang suka berkata kotor dengan hiasan hewan-hewan, artinya… Silakan lanjutkan sendiri, saya nggak mau disalahkan.

BACA JUGA Dua Pepatah Jawa Ini Tidak Dapat Digunakan di Bikini Bottom dan tulisan Wafiyah Wahyuningsih Wilma lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2021 oleh

Tags: Bahasapepatah jawa
Wafiyah Wahyuningsih Wilma

Wafiyah Wahyuningsih Wilma

Hanya manusia biasa.

ArtikelTerkait

Buat yang Menganggap Kuliah Jurusan Bahasa Sama dengan Les Bahasa: Kalian Sesat!

Buat yang Menganggap Kuliah Jurusan Bahasa Sama dengan Les Bahasa: Kalian Sesat!

9 September 2023
Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif terminal mojok.co

Dialek Orang Wonosobo Itu Beda, Bukan Ngapak dan Bukan Bandek

2 September 2020
Menguasai Bahasa Mandarin Lebih Menjanjikan daripada Bahasa Inggris, Peluang Kerja dan Gaji Lebih Besar Mojok.co

Menguasai Bahasa Mandarin Lebih Menjanjikan daripada Bahasa Inggris, Peluang Kerja dan Gaji Lebih Besar

11 Januari 2024
Meresapi Lagu-lagu Iksan Skuter yang Mewakili Aspirasi Anak Rantau terminal mojok.co

Bahasa-bahasa yang Perlu Dipelajari oleh Mahasiswa Jurusan Sejarah

12 November 2020
Bahasa Jonegoroan Bikin Teman Kuliah Saya Gagal Paham

Bahasa Jonegoroan Bikin Teman Kuliah Saya Gagal Paham

9 November 2023
Kalau Istilah 'Kampungan' Artinya Udik, Kenapa Nggak Ada Istilah 'Kotaan' yang Artinya Tamak? terminal mojok.co

Kalau Istilah ‘Kampungan’ Artinya Udik, Kenapa Nggak Ada Istilah ‘Kotaan’ yang Artinya Tamak?

16 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.